3. Secercah Kebaikan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Udara pagi berhasil menusuk tulang milik lelaki yang masih mengantuk itu. Sesekali, Dior menguap sembari memaksakan diri untuk berjalan bersama Calvin karena tertinggal beberapa langkah oleh teman-temannya yang lain. Kalo tidak diberi tahu jika Tiffany juga ikut jogging pagi ini, Dior tak akan mau mengikuti jejak teman-temannya.

"Anak yang kemarin kasih es buah ke Fendi, cantik banget. Sampai insecure gue," seru Nautica heboh.

"Yang kasih es buah satu, 'kan?" sahut Zara.

"Emang kemarin ada yang kasih kita es buah?" Zara, Nautica dan Prada menatap Tiffany lalu mengangguk pelan.

"Kok Tiffany enggak inget?"

"Dasar pikun!" cecar Nautica yang ditenangkan oleh Zara.

"Gimana kalo nanti kita bagi-bagi takjil? Masa kalah sama anak kecil," ujar Fendi tiba-tiba sembari menghentikan perjalanannya.

"Nah, bener! Otak lo baik juga Pak Ustadz!" seru Chloe sembari menepuk pundak kiri Fendi.

"Kenapa berhenti?" Suara yang terdengar malas, berhasil membuat teman-teman Dior menoleh.

"Fendi ada usulan buat bagi-bagi takjil," jelas Chloe.

Calvin mengucek-ngucek mata, lalu berkata, "Mau bagi-bagi apa emang?"

Mereka terdiam cukup lama hingga akhirnya suara Chloe memecah keheningan. "Cendol dawet, aja."

"Setuju!"

"Main setuju aja lo, Vin! Emang siapa yang bisa bikin?" tanya Chloe.

"Nyokap gue bisa, kok. Lagian kalo enggak bisa, 'kan ada YouTube," ujar Fendi.

"Si Valen ajak! Kita mau langsung ke pasar buat beli bahan-bahan atau gimana?" tanya Calvin.

"Langsung aja, deh. Takutnya kalo belanja siang bahan-bahannya pada abis," usul Zara yang disepakati oleh yang lain.

"Kalo gitu, gue jemput Valen dulu. Kalian tunggu di pasar!" titah Calvin.

🐣🐣🐣

"Duit!" Chloe menjulurkan tangannya pada Dior yang masih memejamkan mata setelah semalaman begadang hanya untuk bermain Mobile Legend.

Tak mendapat respons, Chloe pun menepuk-nepuk pundak Dior. "Duit buat patungan."

Perlahan, Dior membuka mata. "Gue gak bawa duit."

Chloe beralih pada teman-temannya yang lain. Untungnya, kebanyakan dari mereka membawa uang yang cukup untuk membeli bahan-bahan cendol dawet.

Setibanya Calvin dan Valen, mereka pun memutuskan memasuki pasar tradisional yang tak jauh dari tempat mereka jogging.

Saat kaki mereka menginjak pasar, para lelaki bereaksi tak biasa.
"Anjir gue ke pasar! Mimpi apa semalam?" Tom mulai berceloteh heboh.

"Buset baunya kaya si Fendi enggak mandi!" kata Tom yang sibuk menutup hidup dengan tangan, saat berbagai macam bau menusuk indera penciumannya.

"Ih, jorok! Harusnya kalo sampah jangan disimpan di depan lapak," komentar Tom saat tumpukkan sampah sayuran berserakan di depan lapak penjual sayur.

"Diem, jangan berisik!" titah Fendi gemas dengan kelakuan Tom yang memalukan.

"Aduh, kalo jalan hati-hati dong!" Seorang ibu membentak Valen dengan suara keras. Valen yang dibentak hanya tersenyum kecil dan kembali berjalan.

Fendi yang enggak enakan pun segera meminta maaf pada ibu yang tengah memilih sayur itu. Lalu, melanjutkan langkah menyusul teman-temannya.

"Makanya kalo jalan pake mata, kakinya pake yang bener!" ujar Calvin memberi wejangan pada Valen sembari berjalan. Feeling-nya yang berkata jika Valen akan membuat kekacauan benar terjadi. Akhirnya, Calvin memantau gerak gerik Valen saat memasuki pasar.

"Gue ngantuk! Lo sih, ajak gue!" balas Valen yang mendapat jitakan pelan di kepalanya dari Calvin.

"Emang mau enggak diajak?" Gelengan Valen berikan sebagai jawaban atas pertanyan Calvin.

"Beli tepung beras udah, beli sag-"

Byurr!

Perkataan Zara terpotong ketika mendengar suara yang tak asing mewarnai telinganya. Seketika, mereka dibuat tertawa oleh kelakuan Dior yang tak sengaja masuk ke dalam kubangan air. Di saat teman-temannya sibuk menertawakan Dior, para pedagang dan pembeli justru heboh. Setelah puas tertawa, mereka pun membantu Dior bangkit dari kubangan yang cukup dalam itu.

Beberapa menit berdiskusi, mereka sepakat untuk membeli baju terlebih dahulu untuk Dior. "Ini, nih, cocok buat Dior." Nautica menggerak-gerakkan baju pada Dior. Setelah disepakati, mereka pun segera membelinya.

Sepulang dari pasar dengan membawa bahan-bahan untuk membuat takjil, mereka pergi ke rumah Fendi. Alasannya karena tak jauh dari pasar juga memiliki peralatan masak yang komplit dan yang terpenting ibunya bisa membuat cendol dawet.

Sesampainya di rumah Fendi, para lelaki langsung tertidur di sofa ruang tamu. Karena jiwa keusilan Nautica dan Prada muncul, akhirnya kedua gadis itu berinisiatif membangunkan para kebo dengan mengguyur mereka menggunakan air.

"Hujan!" seru Dior yang langsung bangkit sembari mengusap-usap wajahnya.

Tak hanya Dior, laki-laki yang lain juga ikut heboh. Mereka tak henti mengomeli Prada dan Nautica yang usilnya kelewatan.

"Prada! Nau! Itu sofa kesayangan nyokap gue basah!" teriak Fendi saat menyadari sofanya basah.

"Oh, sorry!" Dengan kompak, kedua gadis itu meminta maaf.

"Udah, udah, sekarang pada bantuin bikin cendol dawetnya, sana!"

Anggukan, Prada dan Nautica berikan sebagai jawaban perintara Zara. Tetapi berbeda dengan para lelaki yang justru sibuk mengeringkan baju dengan mengibas-ngibaskannya.

"Ini rasanya gimana, ya?" Prada mengangkat gelas berisi cendol dawet yang telah jadi.

"Sini, biar Tiffany cobain." Tiffany mengambil gelas tersebut dari tangan Prada.

"Puasa, Tiffanny!" ujar Fendi saat Tiffany hendak mencoba es cendol dawet itu.

"Tiffany lagi halangan, kok."

"Sedikit aja, Tiff!"

Setelah menanggapi ucapan Prada dengan anggukan, Tiffany mencoba es tersebut. Udara yang panas luar biasa, membuat Tiffany meminum es cendol dawet secara berlebihan. Tanpa Tiffany sadari, teman-temannya sedang memperhatikannya dengan berbagai ekspresi.

"Tiffany, gue mau, dong!" Semua mata kompak menatap Dior.

"Enggak boleh, Dior lagi puasa!" larang Tiffanny yang kembali menyantap es cendol dawet di hadapan teman-teman lelakinya.

"Batal aja, yuk!" Valen berusaha meraih gelas tersebut dari Tiffany.

"Yuk!" imbuh Dior yang bergerak membawa gelas kosong.

"Kalian lagi puasa!" ujar Fendi dengan suara keras.

"Gak boleh!" Teman-temannya menghadap dan berhasil membuat dua lelaki yang lemah iman itu terdiam.

Setelah semua siap, mereka pun berdiskusi untuk menentukan tempat untuk membagi-bagikan takjil. "Di sekitar rumah gue aja, deh,"

"Enggak di masjid aja, Fen?" tanya Zara yang direspons gelengan oleh Fendi.

"Jangan, di sekitar rumah gue aja. Biasanya ada anak-anak jalanan yang lewat. Kalau di masjid, mereka gak bakalan dateng."

Akhirnya mereka setuju dengan keputusan Fendi. Dengan sigap, para lelaki itu segera mengangkut puluhan plastik berisi es cendol dawet, sedangkan para gadis sibuk mendengarkan celotehan Nautica tentang skincare routine terbarunya.

"Nau kamu ngomong tentang apa, sih? Tiffany gak ngerti!"

"Ah, serah, lo!"

"Ayo, berangkat!" potong Chloe yang membuat keempat gadis itu beranjak dari tempat duduknya. Mereka pun berjalan ke arah luar rumah Fendi. Namun tiba-tiba, Tom memanggil Fendi dan berakhir dengan semua langkah teman-temannya terhenti.

"Nanti pas bagiin takjil, tolong bagiin ini juga," ucap Tom sembari memberikan beberapa amplop.

"Itu amplop ada isinya apa kosong?" tanya Prada yang dibalas anggukan oleh yang lain kecuali Toms.

"Ada isinya, lah! Ya kali, kosong!"

"Wah, tak disangka, Tom yang gesrek ternyata hatinya baik juga."

Tom hanya tersipu malu. Rasanya, kesembilan remaja itu ingin muntah di saat itu juga. Tapi, karena ingat sedang puasa, mereka membatalkan niatnya untuk muntah di depan Tom.

Di bawah langit senja, sepuluh anak Adam dan Hawa itu menghabiskan waktunya. Berbagi dengan sesama, membuktikan bahwa di dunia fana ini masih banyak orang yang peduli. Tawa dan canda menghiasi langit sore kala itu, menambah satu dari seribu kenangan yang akan selalu mereka ingat.

🐣🐣🐣

❤ Beta Orionis Squad

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro