Sheet 41 : Going to Antartica

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Welcome to The A Class © Fukuyama12
Genre : Teenfiction, drama, Psychology

.
.
.

Sheet 41: Going to Antartica

.
.
.

Dalam kurun waktu lima belas menit, ketiganya kembali ke kelas tanpa membawa apapun. Tidak ada perubahan penting dari mereka bertiga, kecuali mata emas Zelts yang berbinar penuh semangat."Mr. Oliver, kau seharusnya menunjukkan itu lebih cepat!" seru Zelts dengan mata berbinar. Guru itu seperti telah menunjukkan sesuatu yang sangat menarik bagi pemuda itu. Sayangnya, raut wajah Sive berbeda dengan Zelts. Ia hanya menampilkan raut wajah sehari-harinya."Jika aku menunjukkan itu kepada kalian semua, maka tugas yang aku berikam akan sia-sia," jelas Mr. Oliver.Kniga mengernyit dan menoleh cepat. "Tunggu, jadi kunci dari tugas ini adalah mereka berdua?" simpulnya. Mr. Oliver mengangkat kedua bahunya seakan menyerahkan jawaban itu kepada Kniga sendiri."Jadi, apa kalian bisa membantu kami menyelesaikan ini?" tanya Aida. Zelts menangguk mantap. "Kalau begitu, apa kau tahu seberapa besar rumah yang akan kita buat?"Zelts mengangkat tangannya hingga melebihi kepalanya seraya ingin menunjukkan seberapa tinggi rumah iglo yang ia ketahui. "Kira-kira setinggi ini. Mungkin sampai dua setengah meter.""7,21 kaki. 220 sentimeter," ucap Sive tiba-tiba. Seluruh pasang mata segera menoleh kepada Sive. Laki-laki itu menunduk dan mencengkeram spidol di tangannya. Dengan gerakan canggung dan tidak tenang, ia berjalan menghadap papan tulis dan menatap deretan angka yang ditulis oleh Kniga. Ilustrasi beruang kutub dengan rumah iglo di pojok kanan bawah seperti menandakan bahwa tulisan itu berakhir di sana. Tidak ada ruang kosong untuknya menulis."Hasil dari Kniga cukup bagus untuk menentukan besar bongkahan esnya dan perkiraan diameter. Good job, Boy!" Puji Mr. Oliver. Ia melingkari hasilakhir Kniga dengan tinta merah. "Oh, siapa yang menulis rumus ini?" Mr. Oliver balik bertanya saat melihat sebuah rumus tertulis dengan spidol berwarna merah. Raven mengangkat tangannya. "Bagus sekali!" puji guru pria itu. Ia mengulurkan spidol di tangannya. "Bisa jelaskan kepada kami? Sive, kau bisa duduk terlebih dahulu."Raven bangkit dan mengambil spidol itu. Ia menatap papan tulis yang penuh itu, lalu membaliknya dan manggunakan sisi lain yang bersih. Ia menulis ulang rumus yang tadi ia tulis lalu menjelaskan cara kerjanya sebagai rumus parabola yang cocok digunakan untuk menghitung rumah iglo yang akan mereka buat."Penjelasan yang baik. Apa ada yang ingin menambahkan?" tawar Mr. Oliver. Ia melihat Argia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Ok, Argia, tunjukkan kemampuanmu!"Argia tersenyum dan maju dengan cepat. Ia tidak memedulikan tatapn dingin yang melayang kepadanya dan hanya menampilkan senyum penuh kebanggaan yang menunjukkan bahwa ia berada satu langkah di depan yang lain.Mr. Oliver kembali memberikan pujian kepada anak didiknya. Argia berhasil menjelaskan rumus itu dalam sudut pandang fisika. Pria itu jadi mengetahui sejauh mana Argia mengerjakan soal latihan yang ia berikan.Kali ini, Mr. Oliver menunjuk Sive untuk melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan sebelumnya. Setidaknya saat ini ia punya tempat untuk menuliskan apa yang ada dalam otaknya.Ia tersenyum bangga saat melihat Sive berhasil menggunakan rumus itu ditambah dengan ingatannya tentang rumah iglo yang ia tunjukkan berhasil membuat siswa A Class yang lain dapat melihat bayangan rumah iglo yang akan mereka buat menjadi lebih terang.Iris mengangkat tangannya dan bertanya, "Mr. Oliver, apa kita juga harus menentukan di mana letak tempat yang bisa kita gunakan untuk membangun rumah iglo?""Tentu saja. Di sekitar sini, tempat mana yang paling cocok untuk membangun rumah iglo? Kalian bisa menentukannya dengan mengidentifikasi jenis salju, ketebalannya, suhu, dan yang lainnya. Kurasa Zwart dan kelompoknya sudah menjelaskan hal ini sebelumnya."Zwart bangkit dan membacakan ulang simpulan dari materi presentasinya sebagai perwakilan dari kelompoknya. Mr. Oliver mengangguk puas. Ia menggeser papan tulis beroda itu dan membuat layar papan tulis yang menggantung di dinding kini menampilkan sebuah peta. "Jadi, di mana tempat yang cocok untuk membuat rumah iglo menurut kalian?"Beberapa siswa mengernyit saat melihat peta itu, tetapi mereka segera mengangguk paham saat menyadarinya. Itu adalah denah wilayah sekolah dalam bentuk peta satelit yang juga ada pada buku Pedoman Seasonal Leaves Academy."Dilihat dari berbagai sudut mana pun, akademi kita memang sangat luas, ya?" komentar Aida. Ia pernah mendengar bahwa akademi ini punya wilayah perkemahannya sendiri yang terletak di sebelah timur danau, lebih tepatnya di seberang gedung sekolah.Zwart mengambil spidol dan berunding dengan Sage di depan papan tulis. Tak lama kemudian, ia melingkari dua wilayah yang berbeda. "Di daerah bukit sepertinya tempat yang bagus untuk membangun rumah iglo. Lalu, dua wilayah ini sangat cocok untuk digunakan, selain itu juga dekat dengan gedung sekolah.""Tapi, kita harus mengukur kepadatan dan kedalaman saljunya terlebih dahulu, kan?" Argia menyanggah.Zwart menatapnya tak suka, tetapi ia tetap menjawab, "Banyak salju yang menumpuk di daerah itu. Lagipula, berdasarkan pengamatan cuaca, nanti malam akan ada badai salju, jadi-- tunggu dulu." Zwart mengernyit dan menghentikam penjelasannya tiba-tiba. Ia menoleh kepada Mr. Oliver yang memperhatikannya sejak tadi."Mr. Oliver, apa kita benar-benar akan membuat rumah iglo sungguhan?" tanya Raven saat menyadari apa yang ada dalam pikiran Zwart. Sebenarnya ia sudah merasakan keanehan itu sejak guru baru itu memberikan tugas setelah presentasi.Mr. Oliver berlagak seperti berpikir tentang sesuatu. "Sebenarnya aku punya wacana untuk membawa kalian ke Antartika, tetapi karena terlalu dingin, aku jadi ingin membawa kalian ke Oymyakon." Dua belas pasang mata melotot ke arahnya dengan cepat. "Aku ingin menunjukkan kepada kalian bagaimana kehidupan di sekitar sana.""Jadi intinya?!" Blue bertanya tidak sabaran.Mr. Oliver tak mengindahkan dan tetap bercerita, "Tetapi karena kepala sekolah kalian tidak mengizinkannya karena alasan tertentu, aku jadi berniat membawa kalian ke sekitar sekolah saja dan, ya! Aku ingin kalian membangun rumah iglo seperti suku Inuit sekaligus mengamati lingkungan di musim dingin ini.""Di suhu di bawah 0° seperti ini?!" protes Zelts.Mr. Oliver menghela napas panjang. "Ini kesempatan yang bagus untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam! Kita tidak boleh melewatkannya. Selain itu, kalian juga akan aku tugaskan untuk menulis laporan mengenai gambaran kehidupan orang-orang di sana.""Mr. Oliver sekali," gumam Blue. Ia dan yang lainnya sudah tidak terlalu terkejut saat mendengar ide guru itu. Ia mengangkat tangannya dan bertanya saat Mr. Oliver mengalihkan perhatian kepadanya, "Apa aku bisa membawa kamera saat membuatnya nanti? Kita bisa merilisnya ke akun channel kita!""Ide yang bagus! Sebenarnya aku sudah memasukkannya dalam daftar barang yang harus kalian bawa, tetapi aku senang saat kalian sendiri yang memutuskannya," ungkap Mr. Oliver. Layar kembali berubah dan menampilkan daftar-daftar barang yang harus dibawa anak didiknya, tetapi ia segera menggantinya karena dua dari dua belas muridnya masih belum menyelesaikan pendapat mereka.Zwart dan Sage kembali dengan papan dan spidol mereka saat Mr. Oliver mempersilakan mereka melanjutkan apa yang sempat terhenti. Hasilnya, wilayah di dekat danau dan perbukitan, beberapa meter dari gedung sekolah, menjadi lokasi yang akan digunakan oleh mereka. Sebuah plihan yang bagus.Layar kembali menunjukkan daftar barang yang harus dipersiapkan. Namun setelah diperhatikan dengan baik, beberapa di antaranya adalah barang yang lebih cocok untuk berada dalam dapur, tetapi enak untuk disantap saat musim dingin, sekotak bubuk cokelat."Pakailah pakaian yang lebih tebal mulai besok! Jangan lupa untuk menjaga kesehatan kalian, karena besok kita akan berada di luar lebih lama."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro