16. Peringatan Bibi Medea

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bruk!

Suara gedoran di pintu luar kian terdengar keras. Hantaman-hantaman besar dilayangkan untuk menembus pertahananku. Tapi, aku masih belum selesai. Aku masih harus menyempurnakan apa yang telah kumulai. Niatku sudah bulan, dan tujuanku sebentar lagi mungkin akan tercapai. Andai saja Bibi Medea tidak terus menggangguku, aku ingin sekali bermain dengan tenang.

"Kamu tidak bisa terus mendekam di sana, Lilja. Cepat batalkan sihir penghalang akses ini! Kalau sampai mending pamanmu tahu, dia pasti akan kecewa."

Bibi Medea terus berteriak dari luar. Padahal aku sudah jauh-jauh datang ke sini hanya untuk menuntaskan apa yang ingin kulakukan. Untungnya Bibi Medea bukan seorang penyihir, jadi dia tidak bisa masuk ke ruangan tempatku berada sekarang.

Dulu, sebelum paman meninggal, ini adalah kamarnya. Dia adalah satu-satunya anggota keluargaku yang dengan senang hati membantuku mengasah kemampuan sihir yang mengalir dalam darahku. Selain paman, tidak ada yang mau mengajariku sihir. Bahkan ayah dan ibuku tidak bisa mengajariku sebab mereka memang sudah tiada. Hanya paman yang dengan sabar mau membantuku untuk menjadi penyihir muda seperti sekarang. Hanya saja, aku harap paman bisa hidup lebih lama.

"Jangan salahkan aku jika sihirmu akan terganggu, Lilja. Ini semua demi kebaikanmu." Bibi Medea terdengar mengancam dari luar pintu. Tapi, memangnya dia bisa apa? Dia bukan penyihir. Sudah pasti dia mungkin akan meminta bantuan polisi untuk mendobrak masuk ke ruanganku sekarang.

Aku sudah punya antisipasi jika ada kejadian seperti ini. Sehingga di celah lapisan pintu, sudah kuolesi ramuan penghilang ingatan yang tinggal kuberi mantra untuk mengaktifkannya. Akan tetapi, aku ternyata telah salah langkah. Bibi Medea ternyata jauh lebih paham untuk melawanku, sebab tak lama setelah Bibi Medea mengancam beberapa menit lalu. Kurasakan sihirku melemah. Seperti ada sensasi sihir lain yang masuk dan mengganggu area sihirku. Hingga tak lama kemudian aku terjebak ke dalam permainan sihir milikku sendiri.

Ah Bibi Medea! Aku kan hanya ingin balas dendam pada orang-orang yang melukai Paman Leifer.[]

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro