25. Kematian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Permainan belum berakhir, tapi bisa dibilang hampir mencapai puncak. Kini Bardi merasakan segalanya, kesakitan yang didera Paman Leifer pada saat malam halloween. Melihat wajahnya yang memohon pengampunan, belum cukup membuatku puas. Satu per satu kelinci percobaanku harus merasakan penderitaan yang mereka benci.

"Anggap ini sebagai latihan sebelum tiba di neraka," bisikku pada Bardi.

Dia terlihat semakin ketakutan. Aku tahu posisiku sekarang sudah seperti iblis penghuni neraka. Namun, semua ini tidak bisa kuhentikan.

Bardi terus meminta berhenti dan memintaku untuk mengakhiri hidupnya daripada harus tersiksa. Tapi, memangnya dia mau mati dua kali? Oh iya, ingatan tentang bagaimana dia mati belum aku kembalikan padanya. Menurutku kematiannya tidak betul-betul istimewa. Akan tetapi, memang sebaiknya kukembalikan ingatan itu. Sehingga pergilah jiwanya pada kejadian satu tahun yang lalu, ketika usianya mencapai tiga puluh tahun.

Di dalam ilusi itu, Bardi kembali pada tubuhnya yang sehat tanpa celah. Namun, dengan tingginya berbeda menjelma laki-laki dewasa. Siang hari itu, dia sedang berjalan dari toko es krim di kota bersama rekan kerjanya. Di masa itu, dia menjadi seorang pekerja kantoran. Menurut informasi dari Bibi Medea, setelah insiden mengerikannya yang membuat Paman Leifer cacat, Bardi seakan lenyap dari desa. Dia kabur dari rumahnya dan membiarkan ayahnya seorang diri mengurus rumah. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu, tapi bertahun-tahun setelah lulus sekolah, Bardi tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi ke desa. Dia seakan lenyap ditelan waktu.

Waktu kematiannya terjadi saat malam hari. Ketika ruang kantor dalam kondisi sepi. Kebanyakan orang sudah pulang karena jam kerja yang berakhir di sore hari. Namun, Bardi memilih lembur. Naasnya, terjadi kebarakan di gedung tempatnya bekerja hingga merenggut nyawanya saat dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tidak ada yang tahu identitas asli Bardi. Bahkan saat pihak rumah sakit menyatakan dia sudah meninggal, mereka tidak bisa menghubungi siapa pun. Polisi membantu melacak identitas Bardi, tapi karena dia sudah tidak punya kerabat yang bisa dihubungi, termasuk ayahnya yang tidak waras dan memedulikannya, Bardi akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman umum tanpa ada pelayat yang merupakan kerabat atau bahkan teman dekatnya.[]

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro