5. Pesan dari Beruang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gigas melepaskan satu tembakan telak pada mata si beruang. Sosok hewan besar yang semula sudah marah kini makin berteriak kasar. Suara geramannya lebih menyakitkan dan lebih nyaring dibanding sebelumnya. Makhluk itu berusaha menggapai Gigas yang masih dalam posisi membidik. Dia tampak kelewat tenang untuk ukuran remaja yang nyawanya terancam. Sementara si beruang berlari mendekat, Gigas kembali menembakkan peluru dan mengenai perut si makhuk besar. Akan tetapi, untuk kali ini si beruang seolah mengabaikan rasa sakitnya dan menerjang Gigas yang sudah siap berduel dalam jarak dekat.

Mereka bertarung dengan sengit. Meski ukuran tubuh Gigas sudah besar, tetapi beruang bukanlah tandingan untuk manusia. Apalagi beruang yang kami hadapi merupakan induk beruang yang ukuran tubuhnya hampir tiga kali lipat lebih besar dari manusia dewasa.

Gigas tampak kesulitan untuk melawan. Cakar-cakar beruang tampak mengoyak bahunya dan meninggalkan darah segar di sana. Gigas meringis ngeri, tetapi keinginannya untuk menang masih belum surut. Aku tidak ingin hanya menjadi penonton, sehingga kuraih ransel milik Gigas yang tergeletak di sudut pohon. Setelah kugeledah isinya, ada sebuah tali yang sepertinya bisa kugunakan. Lekas kuikat tali itu pada batang pohon cemara dengan kuat. Ujung jalinan tali itu kutarik memanjang dan dengan mengumpulkan keberanian yang masih tersisa, kucoba untuk melompati tubuh si beruang dari arah belakang untuk mengikatkan tali itu ke lehernya.

Si beruang mengamuk! Dia mengubah perhatiannya dari Gigas pada tali yang mencekik lehernya. Kuku tangannya berusaha mencakar dan memutus tali itu, tetapi segera kubenamkan belati yang Gigas beripadaku ke tangan si beruang. Di samping itu, Gigas yang sudah berdarah-darah karena bertarung dengan makhluk buas, segera menghujamkan sebuah belati lain yang lebih panjang pada bagian dada si beruang.

Gigas membenamkan sisi tajam belatinya dengan penuh nafsu dan keinginan untuk menang. Wajahnya sudah berlumur oleh darahnya dan juga darah si beruang. Ketika hunjaman itu memberi hasil seperti yang diharapkan, tubuh makhluk besar itu melemas dan tenaganya mengendur. Tak lama kemudian, sosok besar itu ambruk menimpa Gigas yang belum sempat menghindar.

Aku segera mendorong tubuh besar si beruang untuk menyelamatkan Gigas, takut sekali jika rekanku itu kehabisan napas dan meninggalkanku sendiri. Setelah upayaku untuk menyingkirkan tubuh besar yang menimpa Gigas, kuraih tangan lelaki itu untuk kemudian sama-sama berbaring dan tertawa menikmati momen perburuan aneh yang belum pernah kami lakukan sebelumnya.

"Apakah dengan membunuh beruang ini berbarti kita sudah menang?" kataku pada Gigas yang masih tersenyum-senyum gembira.

"Mungkin. Kita hanya perlu menunggu Lilja muncul dan membawa kita pada tahap berikutnya jika memang ada," terkanya secara asal.

Mulanya aku setuju dengan asumsi yang Gigas utarakan, tetapi setelah menunggu sampai mata hari terbenam dan gemintang menampakkan sinarnya di langit malam, tidak ada sedikit pun tanda-tanda akan kedatangan Lilja. Hal ini tentu membuat masing-masing dari kami bertanya-tanya heran.

Perutku terasa lapar, sadar bahwa selama berada dalam permainan dari tahap pertama hingga sekarang belum sekali pun mendapat asupan energi. Aku lantas memutuskan masuk ke lubang tempat si beruang tinggal. Namun, ketika melewati jasad beruang yang kami kalahkan sebelumnya, ada sesuatu yang berpendar muncul dari telapak tangan makhluk itu.

Penasaran, kucoba dekati tangan itu dan akhirnya mendapati sebuah petunjuk lain yang membuatku meneguk ludah kelu.

Di telapak tangan beruang itu jelas tertulis sebuah kalimat.

"Yang melukai rekan adalah yang mendapat keberhasilan."

Setelah membaca sebaris kalimat itu, aku segera menoleh ke belakang dan mendapati Gigas sudah berdiri di sana dengan menggenggam belati yang masih berlumuran darah sehabis membuhun si beruang.

Rupanya, Gigas sudah mengetahui tanda itu lebih dahulu. Betapa bodohnya aku baru menyadari bahwa pesan Lilja yang mengatakan bahwa rekan bisa menjadi lawan adalah suatu kebenaran.[]

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro