9. Sabotase

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lilja betul-betul butuh pertolongan. Kami membaringkan dia di dalam pondok dan memberi tubuhnya rasa hangat dengan memakaikannya kain yang kami punya. Elenio membuka kaus kaki Lilja dan menggosok telapak kakinya dengan daun-daunan yang katanya bisa memberi rasa hangat.

Setelah dua jam upaya kami untuk membuat Lilja tetap berada dalam perlindungan, gadis itu terlihat menggumamkan sesuatu. Perlahan-lahan, matanya terbuka dan tangannya bergerak lemah.

Aku menanti dia membuka mata sepenuhnya, dan dapat kulihat bahwa Lilja sedang berusaha keras untuk bertahan hidup. Mata indah itu menatapku hingga kami beradu pandang selama beberapa detik. Aku sangat bersyukur Lilja bisa terselamatkan. Namun, satu hal yang kini mengganggu pikiranku. Mengapa Lilja tiba dalam keadaan seperti ini? Jika ini adalah permainan yang dibuatnya, kenapa dia sampai berada di ambang kematian?

Gadis itu kemudian siap bercerita sambil meminum teh panas buatan Elenio seperti yang dia buat untukku sebelumnya.

Aku dan Elenio sama-sama tidak sabar menanti apa yang akan diceritakan Lilja, tetapi gadis itu tidak kunjung membuka suara sampai akhirnya Elenio si irit bicara malah bertanya duluan.

"Apa yang harus kami lalukan di tahap ini? Lilja, kami butuh petunjukmu. Kau yang membuat permainan dan aku tidak mau terjebak di sini selamanya!"

Lilja mengamati aku dan Elenio secara bergantian. Wajahnya tampak muram dan tak lama setelahnya aku tahu mengapa dia terlihat sedih.

"Maaf, semuanya jadi kacau," lirihnya.

"Apa yang terjadi?" tanyaku.

Lilja tampak ragu untuk mengatakan yang sejujurnya, tetapi karena desakan yang Elenio lakukan, gadis itu kemudian membuka suara.

"Ada yang menyabotase sihirku."

Gila! Apa itu berarti kami akan terjebak di sini selamanya?[]

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro