SUMMER MEET YOU

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

First Challenge: Event Summer and Winter Is Coming


"Ketika musim panas datang, aku hanya akan mengingatmu. Ketika aku melihat tomat, aku bahkan akan bisa mengingatmu sepanjang tahun. Karna tomat dan kamu akan terus terhubung."

🍅🍅🍅

Ketika musim panas tiba, aku selalu datang ke sini. Salah satu kota di Korea Selatan yang penuh dengan kenangan. Semua tentangmu masih tersimpan rapat di sini. Bahkan saat aku berdiri di sini, bisa kulihat bayanganmu berlarian di antara kerumunan orang.

Setiap musim panas tiba, kota ini penuh dengan para turis. Mereka selalu hadir hanya untuk melihat kegiatan rutin para petani di setiap musim ini. Tomat yang besar dan merah masih menggelantung di pohonnya. Benar-benar menggugah selera setiap orang yang melihatnya. Terlebih lagi dengan cuaca yang cukup panas meski belum memasuki puncak musim panas. Menggigit satu tomat benar-benar bisa membuat dahaga menghilang.

"Yi Xiao, bukankah kamu datang ke sini setiap tahun? Apakah kamu tidak bosan?" tanya Huang Na Ra. Salah satu teman yang menjadi tumbal agar aku bisa pergi ke sini.

"Tidak, aku menyukai tomat-"

"Dan kenangan di sini," potong Huang Na Ra mengejek.

Aku, Ouyang Yi Xiao, hanya tertawa saat mendengar ucapan gadis itu. Apa yang Huang Na Ra katakan benar adanya. Aku datang ke sini memang karena hal itu. Selama hampir lima tahun, aku selalu kembali dengan satu harapan. Dirinya ada di sini kembali dan tersenyum padaku.

Pada tahun itu, di musim panas 2016, aku bertemu dengan seorang pria. Yang pertama kali aku lihat adalah senyum ramahnya kepada beberapa petani. Dia adalah wisatawan dari luar negara sepertiku. Hanya saja, dia bisa berbahasa lokal dengan baik. Berbeda denganku yang hanya tahu Bahasa Korea untuk terima kasih, maaf, dan permisi.

Aku mengenalnya dengan dekat saat dia membantuku bercakap dengan salah satu petani. Saat itu, aku memang sedang membuat sebuah jurnal untuk kepentingan kuliah. Sayangnya, kemampuan bahasaku yang lemah membuat aku sedikit kesulitan.

"Apakah kamu berasal dari China? Kamu paham apa yang aku katakan? Butuh bantuan?"

Itulah tiga kalimat pertama yang dia katakan. Lengkap dengan senyumannya yang selalu berada di wajah tampan itu. Aku saat itu hanya bisa mengangguk. Entah mengapa, semua hal yang ingin aku katakan seolah menguap. Musim panas saat itu terasa lebih panas. Aku tiba-tiba merasa dehidrasi.

"Yak! Ouyang Yi Xiao, apakah kamu akan tetap di sana?" teriak Huang Na Ra.

Aku terbangun dari lamunan dan melihat Na Ra sudah berdiri cukup jauh. Sepertinya, gadis manis yang sedikit jutek itu mengajakku untuk pergi. Kami baru saja tiba di sini, lalu sekarang sedang berjalan menuju hotel. Sayangnya, setiap jalan di sini semuanya menyimpan kenangan.

Seperti di depan hotel yang sekarang sedang kami tuju, itu adalah hotel yang selalu aku tuju saat tiba di sini. Di hotel itu juga aku sering bertemu dengannya. Dan pada saat itu, semesta sepertinya sedang mendukung kita berdua. Kamarnya berada tepat di samping kamarku. Setiap kali dia keluar untuk makan atau kegiatan, aku bisa mendengarnya.

Kadang, aku membuat kesempatan agar bisa makan bersama. Saat terdengar suara kunci, aku segera membuka pintu. Lalu seolah-olah bahwa tidak sengaja memiliki waktu turun bersama. Hal yang paling aku nikmati adalah bersamanya di dalam lift. Aku bisa melihatnya dari pantulan dinding lift yang mengkilat. Sehingga aku tidak usah curi-curi pandang ke arah lelaki itu.

"Yi Xiao, apakah kamu akan menggunakan kamar yang sama?" tanya Huang Na Ra.

Gadis itu sudah berada di depan resepsionis. Sejak tadi, dia sudah mengeluh karena suhu udara di sini sangat panas. Jika bukan karena bujukan Baba, dia tidak akan mau datang ke mari. Teman-teman yang lain sudah menyerah karena bosan. Ya, setiap tahun, aku akan datang ke sini dan tinggal selama sembilan hari. Tidak pernah lelah untuk menunggunya.

"Gunakan saja kamar yang sama," ucapku. Tanpa menunggunya, aku berjalan ke arah lift.

Huang Na Ra akhirnya mendesak resepsionis untuk memberikan kuncinya dengan cepat. Lalu setelah mendapatkannya, gadis tomboy itu berlari ke arahku. Dan saat pintu lift terbuka, dia sudah berdiri di sampingku. Namun, waktu di sekitarku benar-benar berhenti.

"Shifeng?" gumamku pelan.

Lelaki yang berada di dalam lift itu juga membeku. Kami hanya saling pandang tanpa ada yang berniat untuk menyapa terlebih dahulu. Hingga pintu lift hampir tertutup lagi, tidak ada dari kami yang bergerak. Untungnya, Huang Na Ra adalah sahabat yang setia. Dia dengan cepat menekan tombol agar lift kembali terbuka. Lalu mendorongku agar masuk ke dalam. Membuatku hampir jatuh bila lelaki itu tidak menangkapnya.

"Ouyang Yi Xiao?" gumam Xu Shifeng.

Setelah beberapa saat, Xu Shifeng sadar dan segera menekan tombol lift. Dan angka yang ditekan adalah lantai teratas. Entah apa yang direncakan lelaki ini, tapi aku benar-benar gugup. Tidak menyangka bahwa akan bertemu dengannya di sini.

"Yi Xiao, apa kabar?" tanya Xu Shifeng dengan canggung. Aku juga berdiri canggung di sampingnya. Pertemuan ini benar-benar tidak terbayangkan. Di dalam pikiranku, mungkin aku akan kembali tanpa bertemu dengannya.

"Baik. Semua berjalan dengan baik," jawabku kaku. "Semuanya baik kecuali hatiku yang tertinggal di sini bersama dengan kenangan kita," lanjutku dalam hati.

"En, aku tahu bahwa kamu selalu baik. Mungkin hanya aku yang rindu," ucap Xu Shifeng.

Aku menoleh dengan perasaan tidak percaya. Apa yang lelaki ini katakan? Dia rindu? Tiba-tiba, aku merasa tidak percaya. Jika dia rindu, mengapa tidak pernah kembali ke sini? Mengapa hanya aku yang sepertinya berjuang? Rasanya hati terasa hampa. Dan butiran air mata keluar tanpa bisa dicegah. Dan sekarang baru aku tahu bahwa aku lelah.

"Jangan menangis. Aku mohon jangan menangis. Ini salahku," ucap Xu Shifeng dengan panik.

Hanya saja, aku tetap menangis. Aku senang akhirnya kembali bertemu dengannya. Seolah-olah hatiku yang hilang menemukan jalannya untuk kembali. Namun, aku juga merasa kosong. Tiba-tiba merasa bahwa diri ini sedikit bodoh. Selama enam tahun, mengapa aku melakukan semua ini?

"Aku yang salah. Aku tidak berani kembali ke sini. Aku yang ketakutan. Takut jika hanya aku yang kembali. Takut jika ternyata hanya aku yang memiliki rasa ini. Maaf," rintihnya.

Aku hanya menangis. Hingga lift terbuka di lantai paling atas, kami masih dalam keadaan berpelukan. Semesta sepertinya mendukung. Tidak ada satupun orang yang ingin menggunakan lift. Seolah-olah semesta tahu bahwa saat ini adalah waktu bagiku membalas semuanya. Rasa rindu di dalam hati sangat menggebu. Padahal saat itu, yang aku tahu hanya diriku yang mencintainya. Hanya diriku yang mencarinya.

"Jangan pergi lagi! Tolong!"

🍅🍅🍅


Thank to wga_academy karena akhirnya aku bisa bikin work lagi di WP. Hahhaa, semoga rasa rindu dari Ouyang Yi Xiao bisa masuk ke dalam hati kalian.

Salam

Gralinesyl

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro