Problem Part 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Warning! 🔞

~Happy reading~
ⓦⓘⓜⓐⓘ


Wanita cantik yang sudah berada di kamarnya itu terkejut,

"Yak! Jungkook, kau membuatku takut. Aku pikir siapa."

"Memangnya kau pikir siapa? Kau dari cafe ya?" Diiringi tawa Jungkook duduk di tepi ranjang,  Ji In mengekor.

"Iya, aku tadi dari cafe. Sini handuknya, biar aku keringkan rambutmu!"

Pria tampan itu memberikan handuknya pada Ji In. Sudah menjadi kebiasaan bagi Ji In untuk mengeringkan rambut suaminya yang basah setelah mandi seperti ini.

"Istriku memang pengertian sekali." puji Jungkook.

"Kenapa tiba-tiba pulang? Apa jadwalnya sudah selesai?" Tanya Ji In dengan kedua tangannya yang telaten mengusak rambut basah suaminya.

"Aku pulang karna aku merindukan istriku. Memangnya tidak boleh?" Jungkook kini memeluk pinggang Ji In.

Dengan posisi Ji In yang berdiri disamping Jungkook yang duduk menghadap Ji In ditepian ranjang, memudahkan pria tampan itu untuk memeluk pinggang istrinya.

"Lepas oppa! Aku sedang mengeringkan rambutmu." pinta Ji In karna pelukan Jungkook membuatnya susah bergerak.

Kemudian, Jungkook melepas pelukannya. Tidak ada satu patah kata setelah Ji In menyuruh Jungkook melepaskan pelukannya. Ji In sudah hafal, mungkin Jungkook sedang merajuk.

"Cha~ rambutmu sudah kering." Ji In membuka suara setelah selesai mengeringkan rambut Jungkook.

Ji In menyadari belum ada respon dari Jungkook, dia lalu menarik tangan Jungkook dan menaruhnya kembali di pinggangnya. Jungkook akhirnya mendongak melempar tatapan heran.

"Katanya rindu padaku, kenapa malah diam saja?" Ji In kini menangkup wajah suaminya untuk mengecup bibirnya.

Jungkook tersentak karna ini pertama kalinya Ji In berani menciumnya lebih dulu secara terang-terangan.

"Aku juga merindukanmu, oppa. Aku bahkan kesepian jika kau sedang sibuk bekerja, aku selalu menunggu kapan oppa pulang dan melihat wajah tampanmu secara langsung tidak di layar TV." Tanpa sadar wanita cantik itu mengungkapkan isi hatinya.

Mendengar itu, Jungkook berdiri lalu membawa Ji In ke dalam pelukannya.

"Maaf, sayang." Jungkook semakin erat memeluk Ji In membuatnya merasa sangat nyaman sekarang.

"Hei, tidak perlu meminta maaf. Oppa pasti belum makan malam, kan? Ayo kita makan malam! Tadi sebelum pulang aku sudah membeli makanan." Ji In menggandeng Jungkook untuk turun ke ruang makan.

ⓦⓘⓜⓐⓘ

Setelah selesai makan, mereka memilih menonton TV dengan Jungkook yang tiduran di paha Ji In yang duduk di sofa. Sesekali Ji In memainkan rambut Jungkook.

"Sayang, apa kau tidak cemburu jika aku digosibkan dengan idol wanita?" Tanya Jungkook tiba-tiba.

"Untuk apa cemburu? Aku akan lebih cemburu jika kau digosibkan dengan idol pria." gurau Ji In.

"Kau ini! Aku bertanya serius kenapa malah bercanda?!" kesal Jungkook lalu bangkit dari tidurannya.

"Aku tidak bercanda, oppa."

Ji In kembali terkekeh melihat Jungkook yang kesal hanya diam sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.

"Baiklah, akan ku jawab. Sebenarnya aku sempat cemburu apalagi saat oppa digosibkan dengan Eunha. Tapi setelah aku pikir-pikir untuk apa aku cemburu, toh oppa hanya cinta padaku dan bukankah kita ini sepasang suamu istri. Aku juga percaya padamu, oppa." jelas Ji In panjang lebar yang membuat Jungkook tersenyum kagum.

"Percaya diri sekali kau ini. Memangnya aku hanya cinta padamu?" Jungkook berniat menggoda Ji In.

Namun siapa sangka reaksi Ji In berbeda dari dugaannya.

"Apa? Jadi selama ini kau tidak hanya mencintaiku?" Tanya ji In serius dengan kedua maniknya yang siap untuk menangis.

"Hei, sayang! Jangan menangis! Aku hanya bercanda, sayang." Jungkook gelagapan, khawatir jika candaannya tadi malah menyakiti Ji In.

"Tidak lucu! Jika memang sudah tidak mencintaiku lagi aku tidak apa-apa. Aku ikhmmmpp..."

Belum selesai dengan kalimatnya Jungkook sudah menyambar bibir Ji In yang tentu saja membuat Ji In tekejut. Memang mencium Ji In tiba-tiba adalah hobi Jungkook, mungkin ada sensasi tersendiri. Lagipula tidak apa-apa buka, toh Ji In istrinya.

Mereka berdua sama-sama terbuai dan tanpa sadar posisi Jungkook kini sudah menindihi Ji In yang terbaring di sofa.

Ciuman mereka semakin dalam. Tangan Ji In pun melingkar di leher Jungkook tanda bahwa ia menikmati cumbuan suaminya, sedangkan Jungkook menggunakan satu tanganya untuk menahan tubuh istrinya agar tidak benar-benar menindih dan tangan satunya lagi mulai nakal masuk ke dalam blouse yang Ji In kenakan, mengelus perut datar istrinya dan kini semakin naik menuju dada Ji In.

Menyadari itu, Ji In langsung mendorong Jungkook dan sukses membuat Jungkook nyaris terjungkal.

"Jangan sekarang!" ucap Ji In malu.

"Wae? Kau tidak sedang datang bulan, kan?" Tanya Jungkook.

"Tidak."

"Lalu?"

"Tapi harus pakai 'pengaman' ya." pinta Ji In sambil menunduk.

"Kenapa jika kita berhubungan kau selalu meminta memakai 'pengaman'?" Tanya Jungkook sambil memegang dagu Ji In agar Ji In mau menatapnya.

Ji In diam sejenak sebelum menjawab,

"Aku hanya takut, jika aku nanti hamil. Aku tidak ingin, jika aku hamil nanti aku juga harus menyembunyikannya seperti kita menyembunyikan pernikahan kita. Itu akan lebih menyakitkan bagiku."

Dan air mata yang mengumpul dipelupuk mata Ji In sudah tidak dapat ditahan lagi. Wanita cantik itu menangis.

Jungkook benar-benar terkejut melihat istrinya menangis, tapi ia lebih terkejut dengan penuturan istrinya.

"Jadi selama ini kau keberatan jika harus menyembunyikan pernikahan kita? Kau ingin aku menunjukan semuanya pada public? Kau ingin aku terkena skandal dan aku akan dibenci banyak orang? Kau ingin seperti itu? Jawab Aku?" Nada suara Jungkook meninggi dengan raut yang memerah menahan amarah.

Ji In semakin terisak, dia tidak percaya dengan respon suaminya yang belom pernah ia lihat selama ini.

"Bukan itu maksudku, oppa. Awalnya memang aku tertekan, tapi sekarang aku tidak apa-apa. Aku tahu bahwa ini memang resiko jika aku yang bukan dari kalangan publik figur menikah dengan kau, seorang idol." akhirnya Ji In berkata jujur.

"Kenapa kau tidak bilang dari awal? Jika kau bilang dari awal bahwa kau keberatan lebih baik kita tidak menikah. Aku sudah berusaha meluangkan waktu untukmu, kau malah seperti ini."

Jungkook yang sudah dikuasai amarah memilih pergi ke kamar, namun kata-kata Ji In menghentikan langkahnya.

"Jika memang kau sibuk dan tidak punya waktu untukku tidak perlu meluangkannya. Sudah kubilang aku tidak apa-apa. Dan jika kau menyesal menikahi ku lebih baik kita berpisah saja." Ji In berusaha menyelesaikan kalimatnya.

Ditengah amarahnya, hati Jungkook mencelos tak menyangka ia malah menyakiti istrinya. Namun, ia tidak ingin menghampiri istrinya karna ia benar-benar marah sekarang, tak ingin malah berakhir semakin menyakitinya.

Ji In masih menangis di sofa tanpa berniat menoleh pada suaminya yang sekarang sudah meninggalkan rumah setelah mengemasi kembali barang-barangnya. Ya, Jungkook memilih kembali ke dorm untuk meredakan emosinya.

ⓦⓘⓜⓐⓘ
~to be continue~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro