[SC] Suga - So...

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Chapter ini amat sangat panjang sekalian buat obat rindu :)

Jangan lupa komen yg banyak biar rame🔥🔥🔥

"K—kau!!!"

—————

Lami masih terkejut dengan kehadiran pria di hadapannya.

"Yoon—"

Lami berdiri dari duduknya, menatap suaminya. Sementara Yoongi hanya diam di hadapan Lami sembari menatap lekat manik sembab Lami.

"Kau tahu aku disini, Yoon?"

"Bagaimana bis— apa Ji In memberitahumu?"

"Aku— aku baik-baik saja. Kau tak perlu kemari— maksudku bukankah kau sedang sibuk?"

Lami memang terkejut dengan kedatangan Yoongi, tapi ia juga merasa senang karna Yoongi masih mau menemuinya dan mungkin mengkhawatirkannya.

"Aku baik-baik saja." Ulang Lami sembari menunduk karna sedari tadi Yoongi hanya diam.

"Pulang denganku!" Titah Yoongi dingin pada istrinya.

Lami mendongak,

"Jika kau ingin pulang, maka pulanglah! Aku masih harus disini." Balas Lami.

"Pulang denganku! Sekarang!" Ulang Yoongi.

"Aku akan tetap disini agar aku tahu keadaannya."

"Pulang sekarang! Bona menunggumu dan besok adalah hari ulang tahunnya."

Mata Lami membola, saking paniknya tadi Lami sampai lupa bahwa sebelum pergi ia berpamitan pada putrinya untuk membeli kado ulang tahun putrinya yang saat ini pasti sedang menunggunya.

———

Dan disinilah mereka sekarang, di dalam mobil dengan penuh keheningan sepanjang perjalanan.

Tak ada yang bersuara, hanya bising dari beberapa kendaraan yang berlalu-lalang dan hiruk-pikuk jalanan di sore hari.

Yoongi yang fokus pada kemudi juga Lami yang sedari tadi hanya menatap ke luar jendela sambil sesekali meremat jemarinya. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing hingga tanpa sadar mereka sudah sampai di kediaman keluarga Jeon.

Lami tahu Yoongi membawanya kemarin pasti untuk menjemput Bona.

"Kita jemput Bona dulu!"

Lami mengangguk kemudian turun dari mobil.

———

Sampainya di apartemen Lami menidurkan Bona di kamarnya, sementara Yoongi memilih untuk pergi ke kamarnya.

"Maafkan eomma ya, sayang. Eomma sudah berbohong soal membeli kado ulangtahun untukmu. Maafkan eomma." Ujar Lami pada putrinya yang terlelap.

Lami mencium pipi tembam milik putrinya.

"Eomma janji besok apapun yang Bona minta akan eomma kabulkan." Lami mengukir senyum.

Mengusap kening putrinya hingga sesuatu melintas dalam pikirannya.

"Hah, waktu memang berjalan dengan cepat ya. Tak terasa sebentar lagi putriku sudah berusia empat tahun."

Lami tersenyum menatap wajah duplikat suaminya itu. Mata sipit, bibir tipis dan kulit seputih susu.

Benar-benar seperti fotocopy Yoongi.

"Waktu memang akan terus berjalan, hingga kini tiba saatnya aku harus kehilangan laki-laki yang amat sangat kucinta setelah ayahku—"

"—apa ini nyata? Apa aku akan benar-benar kehilangan Yoongi? Apa Bona akan kehilangan sosok ayahnya?"

Lami menunduk, menutup wajah cantiknya dengan kedua telapak tanganya.

Lami menangis. Pikirannya kacau, hatinya sakit.

Bagaimana jika ia benar-benar berpisah dengan Yoongi? Akankah dia baik-baik saja? Dan bagaimana ia akan menjelaskan semuanya pada putrinya yang jelas-jelas masih butuh perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya?

"Hiks..."

-Yoongi POV-

Sampainya di apartemen aku memilih untuk berbaring sebentar. Mungkin pikiranku akan sedikit lebih tenang.

Namun, saat kupejamkan mataku justru memori saat Lami menangis di rumah sakit tadi terputar.

Bukan maksudku untuk bersikap dingin padanya hanya saja aku tak tahu apa yang harus aku lakukan disaat aku sudah memutuskan untuk berpisah denganya.

Sungguh, aku sangat khawatir saat tahu bahwa dia ada di rumah sakit. Dan sungguh aku ingin sekali memeluknya saat melihatnya menangis dan terlihat begitu rapuh. Aku juga ingin menanyakan langsung apakah dia baik-baik saja?

Tapi, apakah aku masih pantas untuk melakukan itu semua? Apa Lami masih menerimaku?

Aku tak tahu jika semua akan sekacau ini hanya karna aku yang terlalu tersulut emosi dan rasa cemburu saat tahu bahwa dia sering menghabiskan waktu bersama teman prianya itu hingga tanpa sadar aku bersikap seolah menghindarinya dengan alasan sibuk bekerja.

Dan lagi aku juga yang membuatnya salah paham, aku tak menjelaskan malah bersikap seolah apa yang Lami katakan itu benar.

Ini semua salahku. Aku memang bodoh, aku memang bukan suami dan ayah yang becus. Aku memang pengecut.

Dan benar yang Seokjin dan yang lain katakan, sekarang aku benar-benar menyesal.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku terlalu takut untuk menjelaskan semuanya, aku takut Lami tak mau menerimaku lagi terlebih saat kutahu Lami terlihat begitu khawatir dengan teman prianya tadi.
-Yoongi POV End-

Lami mengusap airmatanya lalu mencium kening putri cantiknya.

"Tidur yang nyenyak, Princess."

Setelahnya, Lami keluar dari kamar putrinya dan ia begitu terkejut saat sebuah suara menginterupsinya.

"Lami-ah."

Lami menoleh dan mendapatkan suaminya.

"Ada yang ingin aku bicarakan—"

Apa yang akan Yoongi bicarakan? Mungkin Yoongi akan memarahinya karna meninggalkan Bona, pikir Lami.

"Duduklah! Ini soal perceraian kita." Lanjut Yoongi.

Deg!

"Perceraian ya." Batin Lami.

Lami ingin sekali berlari ke kamar lalu menangis disana, namun ia tak ingin terlihat lemah dihadapan Yoongi.

Hei! Bukankah Lami sudah setuju untuk bercerai?

Lami dan Yoongi duduk berdampingan di sofa panjang ruang tamu mereka.

"Soal perceraian kita—"

"Apa surat cerainya sudah jadi? Jika iya, berikan padaku! Aku akan segera menandatanganinya." Sela Lami.

Sungguh, Yoongi benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.

Apa ini artinya tak ada kesempatan untuknya, untuk memperbaiki semuanya? Pikir Yoongi.

Dan sungguh, Lami benar-benar ingin menangis sekencang-kencangnya karna sungguh ucapannya sama sekali berlawanan dengan hatinya.

Apa Yoongi akan senang jika ia berucap seperti itu? Pikir Lami.

"Lami-ah, apa kau benar-benar menginginkan perceraian ini?" Tanya Yoongi hati-hati.

Lami diam, ia sibuk berperang dengan isi hatinya.

"Apa kau tak akan menyesal berpisah denganku?" Tanya Yoongi lagi.

Lami masih diam.

"Lami-ah, aku—"

"Kenapa kau menanyakan itu padaku? Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu?" Sela Lami.

Yoongi menatap manik berair istrinya yang kini juga menatapnya.

"Kau yang meminta agar kita bercerai dan kau juga yang meminta agar aku mencari pria lain yang lebih baik darimu, bukan?—"

Deg!

"Bukankah itu berarti bahwa kau memintaku agar aku lebih bahagia dengan pria lain daripada denganmu? Lalu untuk apa kau menanyakan itu padaku? Kenapa kau tak bertanya pada dirimu sendiri? KENAPA?!" Lami berusaha untuk menahan air matanya meskipun kini sudah siap mengalir.

"Lami-ah, aku—"

"Aku tahu kau mungkin tak akan menyesal berpisah denganku atau justru kau akan lebih bahagia bersama wanita lain, hanya saja pernahkah kau berfikir sebaliknya? Apa aku akan bahagia bersama pria lain?"

Lami menarik nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Tidak, Yoon! Aku sudah cukup bahagia, amat sangat bahagia hidup denganmu. Aku— hiks aku dan Bona begitu beruntung memilikimu, Yoon. Tapi itu— hiks dulu sebelum kau mengkhianati kami."

Yoongi kembali bungkam. Jujur, semua yang dikatakan Lami benar-benar membuatnya amat sangat bersalah telah melukai dua hati yang benar-benar mencintainya—istri dan anaknya.

"Lami-ah, aku minta maaf." Ujar Yoongi tulus.

Lami mengusap airmatanya kemudian berucap,

"Tidak perlu meminta maaf. Sekarang berikan surat cerai itu! Aku akan menandatanganinya."

Yoongi menghela nafas.

"Aku memang pria bodoh, brengsek, pengecut! Aku bukanlah suami dan ayah yang becus."

"Lami-ah, aku tahu semua ini adalah salahku semua karna kebodohanku karna rasa cemburuku karna egoku. Ini salahku dan aku benar-benar minta maaf."

Lami semakin bingung dengan ucapan Yoongi.

"Kau boleh membenciku dan benar-benar berpisah denganku hanya saja tolong biarkan aku menjelaskan semuanya."

"Jangan berbelit!"

Yoongi mengalihkan pandangannya, tatapan kosong lurus kedepan.

"Aku terlalu cemburu. Kau dan teman priamu."

Lami semakin tidak mengerti kemana arah bicara Yoongi.

"Apa maksudmu? Apa kau berfikir bahwa aku juga berselingkuh dibelakangmu saat kau sibuk berselingkuh?

Yoongi menunduk menahan emosinya.

"Aku tidak berkata bahwa kau selingkuh dariku. Aku hanya terlalu cemburu saat kau lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman priamu itu. Dan—"

"Apa salahnya menghabiskan waktu bersama temanku saat aku bosan dirumah menunggui suami yang nyatanya sedang asyik berduaan bersama wanita lain, mungkin?" Tuduh Lami.

Sungguh, amarah Yoongi sudah diubun-ubun hanya saja ia berusaha untuk merendamnya.

Sempat memejamkan mata sebelum melanjutkan ucapannya,

"Aku tidak pernah berselingkuh dengan wanita manapun." Ujarnya penuh penekanan.

Lami tersenyum remeh mendengar Yoongi.

"Sudahlah, tidak usah berbelit lagi. Bukankah kau yang meminta agar kita cepat bercerai? Jadi cukup berikan surat cerainya dan aku akan menandatanganinya." Final Lami.

Yoongi mengusap wajahnya kasar. Ia tahu ia payah mengendalikan emosinya namun kali ini ia benar-benar ingin menyelesaikan kesalahpahaman ini.

"Baiklah. Jika memang kau membutuhkan surat cerai itu, aku akan membawanya besok tapi sebelum itu tolong jawab pertanyaan ku!"

Lami bungkam enggan menatap suaminya.

"Apa kau benar-benar menginginkan perceraian ini?"

Lami kembali bungkam.

"Jawab Lami-ah, kumohon!"

Lami menatap pria yang masih berstatus suaminya itu dan berucap,

"Ya."

*to be continue~*

Resmi cere ga nih? Ada yg mau daftar jadi istri baru bapak Yoongi? :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro