02.Stalker^_^

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Khansa sekarang sedang berada fakultas Teknik. Bola mata gadis itu bergerak ke kiri dan kanan mencari sesorang yang telah ditetapkanya sebagai pemeran utama dalam cerita barunya. Ralat, bukan Khansa tapi Kaila sahabatnya. Kebiasaan Khansa sebelum memulai aksinya adalah menyelidiki terlebih dahulu targetnya. Dan hari ini Ia memulai aksinya dari Fakultas Teknik karena Kaila memberitahukan bawah Ray-cowok yang menjadi targetnya saat ini berasal dari jurusan arsitek. Jurusan arsitek berada dibawah naungan fakultas teknik itulah kenapa Khansa berada di fakultas teknik.

"Apa yang lo lakukan?" pertanyaan yang datang sangat dekat dari telinga kirinya itu, membuat Khansa langsung menoleh ke kiri memastikan siapa yang berbicara kepadanya. Mata Khansa membulat sempurna ketika mendapati cowok yang berdiri di sampingnya sekarang dan mengikuti posisinya yang bersembunyi di balik pilar.

"Lo?"

"Hai, apa kabar?" sapa Gerald memberikan senyum manisnya.

Gerald Valentino adalah cowok yang perna didekati Khansa untuk kepentingan ceritanya. Cowok berparas tampan dan bertubuh maskulin itu adalah the most wanted di sekolah Khansa saat Khansa masih SMA. Cowok itu menarik perhatian Khansa karena Gerald adalah tipe Bad Boy, sesuai dengan apa yang lagi disukai pembaca saat itu dan bahkan sampai saat ini.

Cowok itu bahkan masih mencintai Khansa sampai saat ini. Mungkin. Dan Khansa? Ia sama sekali tidak menggubris cinta Gerald karena baginya gerald hanyalah sebuah proyek ceritanya yang berjudul 'The love' dan proyek itu telah selesai, jadi dia tidak lagi membutuhkan Gerald.
Dasar perempuan gila! Menjadikan orang sebagai proyek dalam ceritanya. Bagaimana perasaan Gerald jika tahu ini?

"Khansa?" Gerald melambaikan tanganya didepan wajah Khansa ketika melihat gadis itu hanya bengong menatapnya.

"Khansa?" Gerald menjentikan jarinya didepan wajah Khansa membuat gadis itu langsung terbangun dari lamuannya.
"Apa kabarnya, Sa?" tanya Gerald masih setia dengan senyum manis di bibirnya.

"Lo kok bisa disini?" Khansa malah membalas pertanyaan Gerald dengan pertanyaan lagi.

"Ditanya malah tanya balik" protes Gerald lalu mencubit hidung Khansa dan tersenyum manis.  Khansa masih gadis polos dan menggemaskan yang Ia temui di SMA.

Khansa merespon perbuatan Gerald jijik. "Gue baik-baik saja. Lo kok bisa ada disini? " tanya Khansa lagi.

"Aku kuliah disini " jawab Gerald lalu menyandarkan tubuhnya ketembok dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celananya.

Cowok itu hingga kini masih tetap cool saja. Ah...dan  dia semakin tampan. Sadar Khansa. Apa yang lo pikirkan. Lo tidak boleh jatuh cinta pada siapa pun sampai cita-cita Lo tercapai. Khansa menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran anehnya.
"Kok gue nggak tahu?" tanya Khansa.

"Gue sengaja menghindar dari lo dan Kaila" jawab Gerald singkat.

"Kenapa?" tanya Khansa penasaran.

"Karena gue belum menjadi good boy yang lo inginkan " jawab cowok itu dengan raut wajah datar, lalu berubah tersenyum manis.

Khansa menahan senyum di bibirnya. Cowok itu masih terpengaruh saja dengan ucapan terakhirnya sebagai alasan mengakhiri hubungan mereka. "Terus, kenapa sekarang lo muncul didepan gue?" tanya Khansa lagi.

"Karena gue udah jadi good boy," jawab Gerald bangga.

Gerald bahkan mau berubah dari bad boy ke good boy hanya karena alasan konyol Khansa saat mengahkiri hubungan mereka. Karena cerita yang ditulisnya telah sampai ending, Khansa pun memutuskan untuk mengahkiri hubunganya dengan memakai alasan bawah Gerald adalah cowok Bad Boy yang akan membahayakan masa depanya kelak. Gerald pun menyetujui keputusan Khansa dan bertekad untuk berubah menjadi good boy. Dan sekarang Gerald telah berubah demi untuk kembali lagi kepada Khansa.

"Gue udah pantas buat lo, Sa." Ucap Gerald membungkukan badanya hingga wajahnya sejajar dengan Khansa. Jarak wajah mereka pun hanya terpaut 15 cm.

"Dasar mesum! " Khansa malah memaki cowok itu dan pergi meninggalkan Gerald yang masih membeo dengan sikap Khansa yang baru menurutnya.

Duluh Khansa adalah gadis manis yang bisa membuatnya jatuh cinta setiap saat.
Kenapa dia bisa berubah secepat itu? Apa dia punya keperibadian ganda? Ataukah ada hal yang tidak gue tahu darinya? Batin Gerald.

"Gerald? " Gerald langsung menoleh kearah suara yang memanggil namanya.

"Kok lo bisa muncul disitu? Bukanya tadi lewat sana?" tanya Gerald bingung ketika melihat Khansa yang tiba-tiba muncul dari arah belakangnya.

"Lo dari fakulitas teknik 'kan? " tanya Khansa tanpa memperdulikan raut wajah bingung Gerald.

Gerald hanya mengangguk menjawab pertanyaan Khansa.

"Jurusan Arsitek ada dibagian mana? " tanya Khansa lagi.

"Ada di lantai tiga" jawab Gerald.

"Makasih, mas bro" Khansa menepuk bahu Gerald kemudian berjalan menuju lift yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Gerald terus memperhatikan gadis cantik yang masih setia menjadi penghuni hatinya sampai saat ini hingga masuk ke dalam lift. Apakah dia masih Khansa yang sama yang ia temui di SMA?

Khansa segera masuk kedalam lift ketika pintu lift terbuka. Gadis itu memencet tombol tiga lalu sibuk dengan notes memo miliknya.

*Glend Ray Surendra
Berasal dari fakulitas teknik jurusan Arsitek semester 5

Karakter :
-misterius
-dingin
-kaku

Khansa berpikir sebentar memikirkan karakter cowok yang menjadi targetnya itu. "Masah cuman itu doang," grutunya lalu memasukan notes memo-nya kedalam tote bag  ketika Ia sudah sampai di lantai tiga.

Nyali Khansa yang sejak tadi tumbuh besar dalam dirinya langsung menciut menjadi kecil ketika mendapati yang ada dilantai tiga,  90%  penghuninya adalah buaya darat alias pria. Khansa berusaha mengumpulkan kembali keberaniannya dan memasang raut wajah jutek dan melangkah keluar dari lift. Cowok-cowok yang tengah duduk di koridor mulai memperhatikan Khansa dan bersiul-siul ria menggodanya. Ia bersyukur karena hari ini dia tidak mengenakan rok atau berpakian seksi, jika tidak mungkin dia akan diterkam buaya darat yang ada di lantai ini.

Khansa berhenti melangkah ketika dia melihat Ray yang tengah duduk sendirian di ujung koridor dan tidak ada satu pun orang yang bergabung dengan cowok itu. Khansa mengeluarkan buku kecilnya dari dalam tas lalu mulai menulis lagi.

Karakter
-misterius
-dingin
-kaku
-penyendiri
-

Khansa kemudian mengambil tempat aman untuk mengamati cowok itu disamping pot bunga yang ukuranya bisa menyembunyikan tubuh munggilnya itu. Matanya terus memperhatikan Ray. Setiap pergerakan dari cowok itu ditulisnya dalam buku kecilnya.

Seperti biasa, Khansa akan mencari tahu semua karakter dan kebiasaan targetnya.  setelah itu selesai, ia mulai beraksi membuat alur awal dan alur selanjutnya akan berjalan sesuai kisah nyata. Ia sengaja melakukan ini agar saat menjalani aksinya Ia sudah tahu betul siapa targetnya sehingga Ia tidak bisa salah langkah.

Karena hari ini Ia hanya punya satu mata kulia dan sudah selesai pagi tadi. Gadis itu berencana akan mengikuti Ray seharian. Soal menjadi seorang stalker adalah kelebihan tersendiri untuk Khansa. Dia sudah menekuni cara menulis cerita seperti ini  sejak Ia masih SMA kelas satu. Jadi, tidak secara langsung Ia telah menjadi seorang stalker sejati.

Khansa menutup wajahnya dengan tas ketika Ray berjalan melewatinya lalu masuk kedalam lift. Ia segera berlari dan ikut masuk kedalam lift. Sekarang, di dalam lift hanya ada dirinya dengan Ray.
Suasana mencekam meliputi ruangan didalam lift tersebut. Mungkin hanya Khansa yang merasakan suasana mencekam tersebut karena sang pemberi aura mencekam tidak mungkin merasakannya. Khansa memperhatikan Ray dengan intens. Cowok itu jika di lihat dari dekat cukup tampan tapi rautnya sangat dingin, kaku, memiliki ekspresi datar, dan sejak tadi hanya sibuk dengan ponselnya dan earphone yang selalu terpasang ditelinganya. Ray seperti memasang tembok tebal antara dirinya dengan dunia luar.

Khansa berpikir sebentar mencari cara agar Ia bisa berinteraksi dengan Ray. Gadis itu tersenyum licik ketika ide cemerlang muncul di otak cantiknya. Khansa mengeluarkan tisu dari dalam tasnya lalu berpura-pura menjatuhkannya didekat Ray berharap cowok itu akan mengambil tisu itu untuknya.
Setelah menunggu hampir setengah menit cowok itu sama sekali tidak meresponya. Khansa berdecak kesal karena rencananya tidak berhasil. Ia lalu membungkuk dan mengambil bungkusan tisu yang dijatuhkannya dengan kasar.
Biasanya cara seperti ini akan langsung mendapat respon tapi, kenapa sama sekali tidak di respon oleh cowok itu? 
Ray sama seperti Gerald. Gerald juga sama sekali tidak merespon ketika Ia melakukan trik ini.

"Waktunya plan B" gumamnya.

Khansa mulai memegang kepalanya, berpura-pura pusing. Dia mulai bergerak dan bertingkah seolah-olah kehilangan keseimbangan.
Khansa melirik kearah Ray yang sama sekali tidak memperdulikannya. Tidak ada sedikit respon pun yang ditunjukan cowok itu. Raut wajahnya masih tetap datar dan masih sibuk dengan ponselnya.

Tenang Khansa, Gerald juga tidak merespon plan ini waktu itu. Khansa berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Waktunya plan C" gumannya tersenyum sinis.

Plan ini tingkat keberhasilanya mencapai 98% karena waktu Khansa melakukanya kepada Gerald langsung berhasil. Lagian laki-laki mana yang tega jika melihat seorang cewek pingsan di hadapanya.

Khansa mulai beraksi.
Dia menjatuhkan tubuhnya hingga menyentuh lantai lift yang dingin. Khansa benar-benar melakukannya seperti orang yang benaran pingsan. Dia sangat berpengalaman dalam hal akting. Dia bahkan tidak meringis kesakitan ketika tubuhnya membentur lantai dengan keras dan dahinya menghantam keras lantai lift.
Pintu lift pun terbuka semua orang mulai histeris melihatnya yang terkapar di lantai lift. Semua orang saja mengira jika Khansa benaran pingsan apa lagi si Ray.

Tingkat keberhasilan plan C bertambah 1% ketika Khansa mendengar langkah kaki Ray yang bergerak kearahnya.

Dan....

99% berubah menjadi 0% ketika Ray hanya melewatinya begitu saja.

Plan C gagal total!

TBC...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro