Bab 2 - Masih sayang?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab 2 – Masih sayang?
.
.

Selamat membaca.

Typo kasih tau, ya.

...

Matahari menyambut pagi ini dengan indah, suasana pagi terasa lebih terang rasanya. Benar-benar pagi yang bagus untuk mengawali hari, pun dengan Aleta yang kini masih memasang tali sepatunya di depan rumah.

Jarum jam menunjukkan pukul 06.30 Wib, itu artinya empat puluh lima menit lagi dia akan terlambat. Dia harus bergegas dengan cepat, dia ke sekolah tidak membawa kendaraan sendiri melainkan naik metro mini. Jika ia terlambat sampai di halte maka dia akan tertinggal dan terpaksa harus menunggu metro mini berikutnya, yang bisa di perkirakan sangat lama untuk tiba lagi.

"Al, ini handphone kamu tinggal di meja makan," kata seseorang yang sudah lumayan tua namun masih tampak bugar keluar dari balik pintu.

"Iya, Oma. Hampir aja aku lupa," jawab Aleta sambil berdiri mengambil ponselnya yang berada di tangan Omanya,  lalu menyalami tangan Oma dan di balas ciuman singkat oleh sang Oma. "Aku pergi, Oma. Assalamualaikum."

Tidak butuh banyak waktu Aleta segera meninggalkan pekarangan rumah dan menuju halte.

Dari perumahan tempat yang ia tinggali untuk menuju halte lumayan jauh membutuhkan waktu sepuluh sampai lima belas menit. Sambil melangkah Aleta mengeluarkan earphone dari dalam tasnya yang kemudian dia sambungkan ke ponselnya lalu mengaitkan bagian speaker ke telinga.

Kota Jakarta sangat ramai saat jam pagi seperti ini. Kendaraan tak henti berlalu lalang, maklum ini jam orang berangkat kerja maupun sekolah atau aktivitas lainnya seperti ke pasar misalnya.

Tak terasa langkah Aleta sudah membawanya ke tempat tujuannya, halte. Dia duduk sembari menunggu metro mini yang diperkirakan akan tiba sekitar lima menit lagi.

Sembari menunggu, suara musik terus memenuhi telinganya tak jarang pula bibirnya ikut bersenandung mengikuti alunan musik dan lirik.

Sebuah motor tiba-tiba berhenti di depan halte, orang yang menduduki motor tersebut pun tampak seperti sedang berbicara. Entah Aleta tidak tahu dia bicara dengan siapa, di telinganya hanya ada alunan lagu ditambah suara kendaraan yang memang sangat ramai berlalu lalang. 

Samar-samar Aleta melihat gerak-gerik mulut sang empu motor tersebut. Sepertinya dia memanggil namanya. Tangan Aleta bergerak melepaskan earphone yang menyempal di telinganya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan, banyak orang yang dia lihat dan sama sepertinya sedang menunggu metro mini.  "Lo bicara sama gue?" tanya Aleta sambil menunjuk dirinya.

Sontak orang di atas motor itu pun tersenyum dan mengangguk.  "Iya."

Aleta sedikit celinguk. Bukan masalah apa tapi dirinya merasa bahwa dia tidak mengenal sosok yang ada di atas motor itu.  Akhirnya keputusan pun diambilnya, yaitu menemui orang itu di depan halte. "Kenapa?" tanya Aleta setiba di samping roda dua itu sekaligus berhadapan dengan sang empunya yang menyamping.

"Bareng gue aja, Kak," katanya.

Kak? Aleta sedikit bingung tapi segera tersadar dengan melihat seragam yang digunakan oleh orang itu, mungkin saja dia adik kelasnya. "Oh, makasih. Tapi nggak usah gue bisa pergi sendiri," jawab Aleta yang bersiap meninggalkan orang itu dan berniat duduk kembali.

"Biar cepat nanti lo telat," ucap orang itu lagi.

Aleta menoleh ke arah kanannya. "Thanks, tapi lo bisa lihat, metro mininya udah sampai," kata Aleta lalu berjalan menuju metro mini dan segera masuk.

***

"Aleta, Aleta. Ya ampun lo tau nggak sih? Gue seneng banget." Itu adalah kalimat pertama yang Aleta dengar setibanya dia di kelas.

Aleta tak meresnpons dengan kata-kata dia tahu bahwa sahabatnya itu akan melanjutkan perkataannya sendiri tanpa ditanya sekalipun. Jadi, yang dilakukan Aleta hanya meletakkan tas di bangku lalu duduk.

"Video kita yang terakhir banyak banget yang like dan komen. Huuaa," kata Renata yang tampak sangat bahagia.

"Video?" tanya Aleta

"Iya. Video kita cover lagunya Ashira Zamita yang judulnya Cintaku Kini," kata Renata yang masih antusias.

"Kok bisa? Emang lo upload?" tanya Aleta lagi.

"Iya."

"Kok lo nggak bilang?"

"Ya habisnya, kalau gue bilang pasti lo nggak ngizinin."

"Ya justru itu. Hapus."

"Enak aja, lo tau nggak ya viewers, like dan komen itu udah banyak banget. Lagian cuma upload di IG doang."

"Bodo. Pokoknya hapus."

"Ya nggak bisa gitu dong. Lo kan tau sendiri Al, jarang-jarang video cover-an gue itu sampai sebanyak ini, sepuluh ribu lebih woi yang nonton dan lo tau? Yang komen tu juga banyak anak Pelita. Kapan lagi coba? Anak SMA Pelita nonton yang gituan, secara mayoritas anak disini tuh ya doyan belajar semua. Dan itu semua karena di video itu ada lo." Renata menjelaskan agar Aleta tidak memintanya untuk menghapus video itu.

"Nggak, gue nggak mau. Hapus pokoknya." Aleta tetap bersikukuh untuk minta video itu di hapus.

"Ishh lo tu ya, susah banget di bilangin. Ini tu momen langkah buat mereka anak Pelita woi. Suara lo juga bagus kok, bagus banget malah. Sekali-kali lo nunjukin bakat lo ke dunia selain belajar. Pokoknya gue nggak mau hapus titik," kata Renata yang memasukkan ponselnya di dalam sakunya.

Aleta berdecak kesal melihat sahabatnya.

Tak lama dari pintu terlihat sosok yang tak asing bagi Aleta dan Renata. Renata sontak memutar malas bola matanya melihat tiga orang itu. Ya siapa lagi kalau bukan Andi, Donny dan Johan.

Tiga cowok itu berjalan ke arah bangku mereka. "Mau ngapain lo pada?" tanya Renata kedengaran sewot.

"Mau nembak Aleta," jawab Donny asal.

"Sok-sokan nembak lo, Johan aja diputusin mentah-mentah. Lah lo? Bisa ditolak mentah-mentah," sahut Andi.

"Yeee, gini-gini gue lebih ganteng dari Johan." Donny terlihat sedang membela diri.

"Prettt. Iya ganteng kalau dilihat pakai sedotan dari ujung monas," ledek Andi.

"Berisik banget lo berdua. Buruan ngapain ke sini? Nyematin mata tau nggak," ketus Renata.

"Tau ni, Mas Johan mau nemuin Mbak Aleta katanya," jawab Andi.

Aleta yang merasa namanya diikutsertakan pada akhirnya mendongak dan melihat mereka bertiga secara bergantian.

Berhenti di Johan. "Kenapa?" tanyanya kemudian.

"Gue mau nagih utang," ucap Johan.

"Utang?" Aleta menyerngitkan dahinya. Seingatnya dia tidak pernah memiliki utang dengan siapapun termasuk Johan. Omanya masih mampu untuk memenuhi kebutuhannya.

"Utang penjelasan."

Aleta semakin menyerngitkan dahinya. Penjelasan apa? Dia tidak mengerti.

"Yang kemarin," kata Johan seperti sedang memberi clue.

Aleta memutar malas bola matanya, kemarin aktivitasnya sangat banyak dan memorinya tidak cukup besar untuk mengingat semuanya dengan detil. Kemarin dia memangnya hutang penjelasan apa? Apa yang harus ia jelaskan? "To the point," kata Aleta yang malas mengingat-ingat.

"Soal lo yang nggak bisa move on dari gue. Lo benerkan nggak bisa move on?" tanya Johan.

Aleta mengembuskan napasnya. Dia pikir penjelasan macam apa yang dimaksud Johan. Apa perlu Johan sampai bebal seperti ini menanyakan hal yang sama? Bukankah dia sudah menjelaskan semuanya kemarin.

"Buktinya kita udah selesai. Dan lo lupa? Yang minta putus gue? Ngapain gue belum move on dari lo. Kurang kerjaan banget," jawab Aleta sedikit tersenyum sinis.

"Buktinya password handphone lo masih sama. Lo ngaku aja kek, gue memaklumi mungkin lo nyesel udah minta putus dari orang setampan dan se-cool gue. Bukan suatu hal yang mustahil kan kalau lo masih sayang gue?" tanya Johan dengan senyum yang sulit di artikan sambil menatap manik mata milik Aleta.

"Gue bukan tipe orang yang suka ganti-ganti password otak gue suka eror dalam hal mengingat, tapi kalau lo keberatan password gue masih tanggal lahir lo dan gue, nggak masalah nanti gue ganti. Clear?" jawab Aleta.

"Alah, ngaku aja lo. Kalaupun lo masih sayang gue dan nggak bisa move on gue nggak keberatan untuk memikirkan dan mempertimbangkan prihal balikan," kata Johan percaya diri.

"Lo berharap banget ya, gue masih sayang lo?" Aleta sedikit tersenyum meremehkan. "Segitu sayangnya sama gue dan nggak ikhlas gue putusin," lanjut Aleta.

"Gue cuma lagi ngasih lo kesempatan, siapa tau lo berubah pikiran sebelum menyesal ketika gue udah sama yang baru," jawab Johan.

"Thanks, gue tunggu yang baru lo," ucap Aleta.

"Oke. Oh iya, nanti pulang lo tunggu gue sebentar ada yang gue pingin omongin. Penting," kata Johan dan berlalu setelah mendapat anggukan dari Aleta. Pun dengan Andi dan Donny yang mengekor di belakang Johan.

"Lo berdua udah beneran putus, ya?" tanya Renata setelah mereka semua pergi.

"Menurut lo?" tanya Aleta yang tampak sedikit tak menghiraukan.

"Ya bisa aja nge-prank, lo yakin nggak mau cerita soal kenapa kalian putus?"

"Yakin."

"Ishh emang ya gue nggak di anggap sebagai sahabat," ucap Renata drama.

...

Salam

Nunik Fitaloka ❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro