00.14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jihyo meninggalkan perusahaan cukup cepat, karena mentari yang masih ada disebelah barat. Sebenarnya, ini bukanlah hal biasa. Jungkook selaku atasan, memiliki urusan penting. Sementara Jimmy, Cao Myung dan Taekyung harus ke Seoul untuk bertemu dengan investor sehingga Jungkook membiarkan pekerja lain meninggalkan perusahaan lebih awal.

Ya, walau Jihyo sebenarnya ingin berlama-lama di sana, tetapi itu juga sia-sia saja karena Jungkook yang menjadi amatan berharga tidak ada.

Jihyo pun hanya bisa menghembuskan napas kasar kala pada akhirnya, ia harus berakhir menemani Haeso berbelanja. Seharusnya, Jihyo tidak mengirimkan pesan pada Haeso mengenai ia yang pulang lebih awal, karena gadis itu langsung datang di rumahnya dengan wajah polos.

Kepolosan yang menyebalkan.

"Jihyo, kau memang temanku yang sangat baik," ucap Haeso sambil memegangi pipi gembul Jihyo.

Demi apapun, jika Haeso bukanlah temannya, sudah Jihyo tendang sejak tadi.

"Ais, segeralah selesaikan belanjamu! Aku lapar--"

"Tunggu sebentar! Ada diskon di toko itu. Astaga, diskonnya hingga 30%," ucap Haeso yang langsung menarik pergelangan tangan Jihyo begitu saja. Sangat menjengkelkan. Apalagi, kala ia hanya bisa pasrah dengan itu.

Akan tetapi, Jihyo mensyukuri satu hal saat Haeso telah menyelesaikan sesi belanjanya di mana pribadi itu langsung mengerti jika mereka tentu membutuhkan makan. Alhasil, keduanya kini berada di salah satu restoran yang ada dipusat perbelanjaan.

Haeso memanggil waiter setelah mengamati menu makanan yang disediakan, lalu berkata, "Aku pesan green tea dan pasta! Juga …." Sambil menunjuk ke arah Jihyo di mana memberikan gadis itu kesempatan untuk mengatakan keinginannya.

Jihyo tersenyum tipis setelah memperhatikan menunya. "Em … lemon tea dan bibimbap," ucapnya.

Waiter itu mengangguk seraya menulis pesanan mereka berdua. "Baik, silakan menunggu pesanan kalian."

Jihyo dan Haeso yang mendengarnya, hanya memberikan anggukan lantas keduanya sibuk dengan pemikiran masing. Akan tetapi, Jihyo baru mengingat satu hal yang memiliki kaitan dengan Haeso. Soal Taekyung.

Dengan spontan, Jihyo mengambil ponsel Haeso tanpa meminta persetujuan yang membuat sang empu kesal. Namun, Jihyo tidak peduli karena ia sungguh sangat penasaran dan ia tidak memiliki waktu untuk menanyakannya.

"Kau harus menjawabnya dengan jujur! Apa hubunganmu dengan Taekyung?" tanya Jihyo dengan spontan.

Haeso sontak terbatuk dengan pertanyaan tiba-tiba Jihyo. Tidak ada angin dan hujan, Jihyo menanyakan hal itu. Bahkan, Haeso langsung bertanya pada dirinya sendiri, darimana Jihyo mengetahui tentang Taekyung?

Akan tetapi, Haeso serasa kehilangan kata-kata. Ia bingung memulainya dari mana. "Itu …, aku hanya … teman! Ya, teman!" Sambil menganggukkan kepala dengan senyum canggung. Sangat kentara dimata Jihyo jika Haeso sedang menyembunyikan sesuatu kepadanya.

Jihyo lantas menyipitkan kedua matanya. "Hm, kau pasti menyembunyikan sesuatu'kan?" 

Alhasil, Haeso semakin dibuat tidak nyaman dengan pertanyaan seperti ini sehingga membuat gadis itu akhirnya menghela napas dan mendekatkan wajahnya kepada Jihyo untuk berbisik.

"Kita memang teman, tetapi beberapa hari yang lalu, Taekyung mengungkapkan isi hatinya kepadaku. Aku butuh waktu untuk menjawabnya dan kami akan kembali bertemu esok hari untuk membahasnya--"

"Sungguh?" Jihyo bertanya dengan kedua mata melotot dan tidak lupa memukul meja. "Kenapa kau memerlukan waktu? Kenapa tidak langsung menerimanya?"

Namun, Haeso langsung menempelkan jari telunjuknya ke bibir untuk membuat temannya itu diam. "Jangan berisik sekali, Jihyo! Aku malu dan soal itu, aku masih ragu dan perlu menyakinkan diri dulu. Lagipula, aku tidak terlalu mengenal Taekyung Senior," ucap Haeso yang kemudian memundurkan wajahnya dengan raut cemberut.

Jihyo mengerti. Namun, ia semakin penasaran dengan kisah cinta teman seperjuangannya itu. "Jadi, apa yang akan kau katakan kepadanya besok? Apa …, apa kau akan menerimanya," ucap Jihyo dengan senyum menggoda sembari menyenggol lengan Haeso.

Haeso pun sontak saja menutupi wajahnya yang bersemu. Ia sangat malu dan tidak ingin membahas soal ini. Beruntung, pesanannya mereka kini datang sehingga ada peralihan karena Haeso benar-benar tidak ingin membahas kisah cintanya itu.

Dari raut wajah Haeso pun, Jihyo sudah membuat kesimpulan di mana Haeso tentu memiliki perasaan lebih kepada sosok pria yang ia anggap teman. Alhasil, ia bisa tenang dan tidur dengan nyenyak.

Jihyo tersenyum lebar. Kisah Haeso sungguh manis. Semakin manis saat Jihyo membayangkan jika suatu saat nanti, ia dan Jungkook Senior berada dalam hubungan manis seperti seorang pasangan.

Ah! Jihyo benar-benar sudah tidak waras saat sisi lain dari dirinya harus keluar. Bahkan, saat Jihyo sangat fanatik dengan seseorang sehingga ia bisa melihat eksistensi pribadi itu yang tak lain adalah Jungkook---sedang berbincang dengan seorang gadis.

Jihyo hanya bisa menggelengkan kepalanya. Namun, ia baru menyadari suatu hal sehingga Jihyo kembali melihat objek tadi dan memastikan dengan benar.

"M--master?" ucapnya dengan spontan.

Haeso yang sedang menikmati makanan yang telah terjadi dihadapannya pun, sontak menoleh ke belakang---mengikuti arah pandang Jihyo.

Haeso cukup terkejut. "Jungkook Senior ada di sini? Bahkan bersama dengan seorang gadis?"

Jihyo masih terdiam dengan fokus yang terus tertuju pada Jungkook dengan seorang gadis yang tidak jauh dari tempat dirinya duduk dengan Haeso. Jihyo sungguh tidak bisa berkata-kata saat menyadari jika gadis itu adalah Min Yoo Ra---salah satu senior yang seangkatan dengan Jungkook sendiri yang berada di jurusan fashion design di mana keduanya sempat dirumorkan berpacaran.

***

Di bawah rembulan malam, Jihyo menuntun kedua kakinya untuk segera tiba di rumah. Hanya seorang diri, karena Haeso mendapat panggilan lembur dari tempat kerjanya. Jihyo pun tidak ingin merepotkan temannya sehingga ia memilih untuk pulang seorang diri. 

Sebenarnya, hari belumlah terlalu malam sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan soal ia yang berjalan kaki, itu karena menghemat uang serta ingin melakukannya saja sembari merenungkan beberapa hal. Termasuk soal apa yang dilihatnya baru saja.

Jungkook dengan Yoora.

Jihyo hanya bisa menghela napas pelan. Ia memang tidak tahu apa-apa tentang kedua manusia itu, tetapi jika ditilik dari segi apapun, Jungkook dan Yoora terlihat sangat serasi. Yoora yang anggun dan cantik, sangat pantas bersanding dengan Jungkook yang tampan dan maskulin.

Sial, kenapa ia harus memikirkan soal itu?

"Hei, Jihyo! Lupakan soal itu! Lagipula, kau dengan dia'kan hanyalah sebatas atasan dan bawahan. Kau harus bisa memahami hal ini dari dulu. Juga, kau dan dia berada pada kasta yang berbeda! Kau seharusnya mengerti dan tidak mengharapkan banyak hal!" ucap Jihyo yang mencoba menyadarkan dirinya sendiri.

Oleh karena itu, ia hampir saja terserempet dengan sebuah mobil yang lewat saat ia berjalan hampir di tengah jalan. Beruntung, Jihyo bisa mengatasinya dan karena itu, Jihyo semakin kesal saja sehingga menjadikan sebuah kaleng soda yang ada di hadapannya sebagai sasaran untuk ia tendang.

Hap!

Kaleng soda itu sontak mengenai sebuah mobil yang nyatanya tiba-tiba saja berhenti. Jihyo pun langsung dibuat mendelik tidak percaya. Ia bingung, harus lari atau mendekat? Akan tetapi, saat ia yang ingin membalikkan tubuh untuk lari, pintu mobil itu tiba-tiba saja terbuka dan menampakkan sosok pria yang membuatnya seketika tertegun.

"M-master?"

Pribadi itu langsung menatap Jihyo dengan dibarengi helaan napas kemudian berjalan mendekat. Tidak lupa, Jungkook mengamati bagian belakang mobilnya---di mana ia tidak sengaja mendengar suara benturan.

Dengan kilat, Jihyo membungkukkan tubuhnya. "Master, aku minta maaf soal aku yang menendang kaleng minuman soda dan mengenai mobil, Master. Dan …, dan sepertinya pun, tidak ada yang lecek. Aku, aku sungguh---"

"Apa yang kau lakukan di sini?" ucap Jungkook yang memangkas tutur kata Jihyo. Tidak memedulikan soal apa yang baru saja terjadi dengan mobilnya.

Jihyo tertegun, lantas mengusap lehernya dengan senyum canggung. "Ah, itu! Aku menemani temanku, dan karena dia memiliki urusan penting, sehingga aku pulang sendiri. Lagipula, ini hal biasa, Master!" ucap Jihyo mencoba santai, walau jantungnya kini berdetak tidak karuan.

Jungkook yang mendengarnya, mengangguk mengerti. "Oke, tapi tidak aman jika kau berjalan seorang diri di tempat sepi seperti ini. Begini saja, aku akan mengantarmu pulang."

"Tidak, Master! Itu tidak perlu. Lagipula, aku merasa tidak enak jika master melakukan itu. Bagaimana jika Yoora Senior tidak menyukai jika master mengantarku pulang?" katanya agak ragu dan spontan.

Dengan kilat, Jungkook terdiam dan mencoba memahami maksud perkataan Jihyo. Akan tetapi, ia sungguh tidak mengerti. "Katakan, apa maksud dari perkataanmu? Aku sama sekali tidak mengerti saat kau menyebut nama Yoora," balasnya.

Sebenarnya, Jihyo malas menjelaskan. Terlebih, jika ada kaitannya dengan Yoora, si dewi kampus. Akan tetapi, ia tetap harus melakukannya---sesuai perintah Jungkook.

"Em, mungkin terdengar tidak sopan. Namun, aku melihat Master bersama dengan Yoora Senior. Ya, seperti itulah! Dan aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman!" ujar Jihyo yang mencoba menenangkan diri.

Namun, melihat Jungkook yang langsung tertawa, membuat Jihyo tidak mengerti. Apa ada hal lucu yang ia lewatkan?

"Master?"

"Aku dan Yoora hanyalah teman. Hanya sebatas itu dan soal pertemuan yang kau maksud, kami tidak sengaja bertemu. Lagipula, ada Subin juga. Hanya saja, dia harus ke toilet dengan waktu cukup lama," ucap Jungkook mencoba menjelaskan maksud ia tertawa lantas kembali melanjutkannya.

"Dan juga, sekalipun banyak orang yang mengira aku dengan Yoora menjalin hubungan sejak dulu, itu tidaklah benar, karena Yoora bukanlah tipeku." Jungkook menambahi.

Jihyo pun dibuat terdiam. Ia benar-benar sangat terkejut mendengar terus terang dari Jungkook. Bahkan, Jihyo semakin terkejut saat kedua bibirnya dengan spontan menguarkan pertanyaan yang membuatnya menutup wajah.

"Lalu, seperti apa tipe Master?"

Jungkook hanya tersenyum tipis. Terlebih saat Jihyo yang malu-malu setelah mengatakannya. Pribadi itupun berpikir sejenak, lantas berkata, "Aku berharap pasanganku memiliki minat yang sama denganku dan dia selalu menjadi dirinya sendiri. Sederhananya seperti itu."

"Ta--tapi, Yoora Senior--"

"Lupakan soal itu! Dan aku akan mengantarmu pulang!" kata Jungkook yang memangkas tutur kata Jihyo. Bahkan, Jihyo belum sempat memberikan balasan---jemarinya langsung digenggam oleh Jungkook dan ditarik menuju mobil.

Tbc.

Huft, aku baru update lagi. Maafin, kemarin lagi sibuk ngurusin persiapan PKL😅hehehe. Oh iya, aku udah mau pkl (senin nanti) tapi, aku tetap lanjutin ini kok. Tenang aja.

Maaf ya, kalau nemuin typo👉👈

So, sampai jumpa dibab selanjutnya dan semoga terhibur❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro