00. 27

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah bersenang-senang di bagian dalam Seoul Land, mereka bertiga kini berada di bagian luar Seoul Land. Terdapat banyak hal yang bisa dilakukan dan kali ini, mereka akan akan bermain ditempat latihan menembak. Ini adalah tempat sederhana di mana pemain harus memutuskan target dan kemudian menyerang untuk mendapatkan hadiah, jika pemain tersebut dapat menembak target dengan akurat. 
 
Jungkook, Jihyo dan Misun turut ikut andil dalam permainan ini. Saling bermusuhan untuk menentukan siapa pemenang sesungguhnya. Bagi beberapa orang, tentu akan menebak pemenangnya ada di antara Jungkook dan Jihyo. Akan tetapi, nyatanya pemenangnya adalah Misun.
 
Jungkook dan Jihyo bahkan tidak percaya. Keduanya melongo heran.
 
“Ck, bisa-bisanya kau dikalahkan oleh anak kecil, Master,” ucap Jihyo dengan tenang kala melihat Misun kini menerima hadiah berubah kaos lucu.
 
Mendengar tutur kata Jihyo, membuat Jungkook menyipitkan mata. “Kau juga kalah, Nona.”
 
Jihyo mengangguk. “Memang, aku juga kalah. Lupakan saja. Aku malas membahas ini,” ucapnya sembari menarik langkah. Meninggalkan Jungkook seorang diri untuk mendekat ke arah Misun.
 
Sementara Jungkook, pria itu mendelik sebal. “Apa semua gadis akan menyebalkan seperti ini?” ucap Jungkook dengan frustrasi. Lantas, ia menarik langkah untuk mendekat ke arah Jihyo dan Misun. Kemudian mereka kembali melanjutkan kesenangan mereka.
 
Lihat saja, setelah bermain menembak, mereka melanjutkannya dengan bermain di perlombaan Konvoi. Dalam wahana ini, pengunjung duduk di dalam mobil yang berjalan di sepanjang rel. Mereka tentu akan senang mengendarai Convoy Race dan tidak bisa dilupakan. Setelah itu, mereka melanjutkan ke Bukit Vroomiz, taman bermain anak-anak yang lembut di dalam negeri fantasi di mana terdapat banyak permainan.
 
Mereka menikmatinya. Tentu saja, hari ini adalah hari yang tidak bisa di lupakan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk bersenang-senang dan bagi Misun, ini adalah liburan terbaik yang pernah rasakan. Bahkan, Misun sekejap melupakan masalah hidup yang harus ia rasakan—pahitnya perpisahan dari kedua orangtuanya.
 
Alhasil, setelah mereka bermain di bukit vroomiz, Misun langsung memeluk Jungkook dan Jihyo. Tangis bahkan mengiringinya dan itu membuat Jungkook maupun Jihyo sangat khawatir.
 
“Misun, ada apa? Apa kau terluka?” tanya Jihyo khawatir sembari mengusap punggung Misun.
 
Bukan hanya Jihyo yang khawatir, tentu saja itu berlaku juga dengan Jungkook. “Katakan, ada apa, Misun? Jangan membuat kami khawatir—“
 
Misun hanya menggelengkan kepala. “Tidak ada. Misun baik-baik saja. Misun hanya senang bisa menghabiskan waktu bersama dengan kalian,” katanya sembari meregangkan pelukan. Kini langsung menghapus air mata dari wajahnya dan tersenyum lebar.
 
“Lihat, aku sangat bahagia, Paman dan Bibiku,” katanya menambahi.
 
Sungguh, mereka sangat lega mendengarnya. Akan tetapi, tetap saja! Jungkook amat kesal. Ia menghembuskan napas kasar sembari menggelengkan kepala lalu berniat menyerang Misun dengan gelitikannya.
 
“Begitu, ya?” Sambil melakukan aksi jahilnya dan membuat Misun memekik geli. Ia berusaha menjauh dari Jungkook, tetapi Jungkook berhasil mendapatkannya sehingga membuat Misun berakhir dengan bersembunyi di belakang Jihyo—menjadikan Jihyo sebagai tamengnya.
 
“Hei, apa yang kalian lakukan!”
 
“Jihyo, menyingkirlah! Aku harus mendapatkan Misun!”
 
“Bibi, selamatkan Misun dari Paman!”
 
Ya, seperti itulah yang mereka kini rasakan.
 
***
 
Bermain hingga sore hari, sunset bahkan mulai menampakkan diri membuat mereka bertiga tentu saja kelelahan. Oleh karena itu, mereka kini berakhir di salah satu restoran yang ada di Seoul Land yang dikenal dengan Lotteria 1 dan 2. Tempat itu adalah dunia hamburger dan makanan cepat saji di tanah Seoul. Ayam goreng, hamburger, kopi, es krim, dan lainnya dapat ditemukan di sini bersama dengan berbagai penawaran. Restoran ini adalah tempat yang baik jika ingin mengkonsumsi makanan lengkap dan walau sempat ada perdebatan, mereka akhir memilih makan di tempat ini.
 
“Oke, Misun, apa kau senang dengan liburan kali ini?” Jungkook mulai buka suara setelah memesan makanan. Dengan cepat, Misun menganggukkan kepala.
 
“Sangat senang. Sungguh, ini yang terbaik dan sayang sekali, ini yang terakhir,” katanya dengan sedih.
 
Dengan cepat, Jihyo menggelengkan kepala ditambah kedua bibir mengerucut. “Memangnya, siapa yang mengatakan jika ini yang terakhir? Itu salah. Kita tinggal menunggu waktu yang tepat dan Bibi akan mengajakmu bersenang-senang. Oh, bukankah Bibi memiliki janji untuk mengajakmu ke kafe internet?” katanya yang spontan membuat Misun menutup mulut dengan kedua tangan karena terkejut. Bahkan, ia mengangguk.
 
“Aku hampir lupa! Bibi memang benar dan aku akan menunggu waktu itu tiba,” ucapnya dengan senang. Jihyo turut senang melihat senyum di wajah Misun. Itu membuatnya sangat damai.
 
Sementara Jungkook, memilih mengamati Misun dan Jihyo yang sibuk dengan dunianya. Akan tetapi, Jungkook tidak menampik, ia lebih tertarik dengan kekasihnya, Jihyo. Hanya saja, mereka tidak terlalu menghabiskan waktu berdua. Mengingat, ada Misun di antara mereka. Ada sedikit rasa kecewa.
 
Hingga, pesanan mereka kini tersaji. Ayam goreng dengan beberapa makanan yang lainnya. Jungkook belum menyentuh makanannya, karena ia baru mengingat satu hal. “Jihyo, apa kau kembali ke Busan bersama dengan Yeonjun?” tanyanya tiba-tiba.
 
Jihyo yang telah disibukkan oleh makanannya, mau tak mau menghentikannya lalu mengamati Jungkook dengan lekat. Mereka mengabaikan Misun yang tampak sibuk dengan makanannya.
 
Jihyo agak berpikir lalu menggelengkan kepala. “Aku akan bepergian sendiri. Anak itu masih ingin tinggal lebih lama lagi di Seoul. Tidak masalah dan malahan itu cukup baik untuk diriku,” ucap Jihyo dengan jujur dan tenang.
 
Jungkook mengangguk paham. Ia mengerti kenapa Jihyo mengatakan hal demikian. Ia hendak memakan pesanannya, tetapi kembali terhenti. Amatannya kembali fokus pada Jihyo. “Kalau begitu, kau bisa ikut denganku. Lagipula, aku akan kembali besok. Mungkin agak sore karena mobilku harus masuk bengkel terlebih dahulu. Bagaimana?” ucapnya memberi penawaran.
 
Sekali lagi, Jihyo yang tadinya kembali melahap makanannya, langsung saja membalas amatan Jungkook. Tentu saja, ia memikirkan tawaran yang menurutnya sangat menguntungkan. Ayolah, ia bisa menabung uang yang seharusnya dipergunakan untuk membayar ongkos menuju Busan.
 
Alhasil, Jihyo mengangguk. “Oke, aku akan ikut dan terima kasih, Master—“
 
“Panggil aku dengan namaku, Jihyo.” Jungkook mendengus kala mengatakannya.
 
Jihyo lantas menghela napas. Lagi pula, panggilan master sudah sangat melekat. Itu refleks saja. “Oke, Choi Jungkook! Sepulang dari sini, aku akan langsung berkemas,” ucapnya kemudian mengedipkan sebelah mata. Jungkook yang tengah meminum sodanya, langsung tersedak karena itu. Minuman itu bahka keluar dari hidungnya, membuat Jihyo dan Misun tertawa.
 
“Ih, Paman jorok!”
 
***
 
Jihyo tidak akan bisa melupakan liburan kali ini. Ia sangat menikmatinya dan berharap akan ada pengulangan dengan kisah yang lebih menarik. Tentu saja, Jihyo mengharapkannya. Ia memejamkan mata, bayangan mereka menghabiskan waktu masih terasa begitu jelas.
 
Sekilas, Jungkook yang mengemudi lantas menoleh. Ia bisa melihat Jihyo yang memejamkan mata juga Misun yang mulai tertidur di bagian belakang. Ia menghembuskan napas kasar seraya memutar kemudi mobil hingga mengambil posisi tepat di hadapan rumah Jihyo.
 
Terlebih dahulu, ia melepas sabuk pengamannya untuk leluasa mendekati Jihyo—membangunkan gadisnya itu dengan pelan.
 
“Jihyo, bangunlah! Kita sudah sampai,” ucapnya dengan pelan nan lembut. Secara bersamaan, membuat kelopak itu terbuka dengan pelan.
 
“Hm, sudah sampai? Untung aku belum sepenuhnya tertidur,” ucapnya agak canggung.
 
Jungkook hanya tersenyum kecil. “Baru saja. Kalau begitu, turunlah. Kau membutuhkan istirahat panjang. Besok, aku akan menjemputmu,” ucapnya dengan senyum yang masih tampak.
 
Jihyo mengangguk paham. Ia lantas melepas sabuk pengamannya lalu menoleh ke belakang. Misun tertidur. “Aku titip salam untuk Misun, Jung.”
 
“Tentu, akan kusampaikan.”
 
Lantas, amatan Jihyo kini beralih pada Jungkook—tanpa bersuara dan hanya mengandalkan tatapan. Bahkan, kala wajah mereka kini semakin dekat—menghapus jarak dan kedua bibir Jungkook yang langsung menyapu bibir tebal miliknya. Tidak hanya menempel, karena Jungkook juga memainkannya dengan penuh gairah. Melepaskan rindu yang tercipta hingga gerakan tangan Jihyo yang memukul dada Jungkook—membutuhkan pasokan udara hingga membuat Jungkook dengan tidak rela melepaskannya.
 
Gairah masih menguasainya, tetapi ia harus bisa mengendalikan diri. Napas keduanya pun kini terengah-engah. Dengan pelan, Jungkook menuntun jempolnya untuk menyapu bibir Jihyo yang bengkak.
 
“Selamat malam dan sampai jumpa besok,” ucap Jungkook dengan pelan seraya mendaratkan bibirnya ke kening Jihyo. Memberikan ciuman yang tentu saja tidak akan bisa Jihyo lupakan. Bahkan, Jihyo sudah bisa menebak, ia tidak akan bisa tertidur karena itu.

Tbc.

Hello, aku update lagi😍 Ciyahh, yang lagi berbunga-bunga. di lapak sebelah juga lagi berbunga-bunga, wkwk😂

So, intinya sampai jumpa di bab selanjutnya💓

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro