00. 29

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rasa-rasanya, suasana pada malam hari sebelumnya masih sangat terasa. Jihyo tidak bisa menampik hal itu, walau kini pagi telah menghampiri. Oh, bahkan kala ia telah berada di rumah Jungkook, mengingat karena semua barangnya yang ada di sini.

Akan tetapi, momen sewaktu berdua bersama Jungkook semalam, membuat kedua pipinya lantas merona. Momen itu tiba-tiba saja melintas. Apalagi kala ia yang malah seakan-akan mengharapkan sebuah ciuman.

Jihyo benar-benar malu jika mengingat hal itu. Beruntung sekali, Jungkook tidak berada di dalam kamarnya. Lebih tepatnya, pria itu menunggunya di ruang tamu untuk berangkat ke kantor secara bersama-sama.

Tidak perlu membutuhkan banyak waktu untuk berpakaian. Kini Jihyo sudah selesai akan ritual khasnya itu. Mulanya, Jihyo menarik napas lalu menghembuskannya hingga memilih untuk berjalan ke tempat di mana Jungkook berada.

Jihyo melirik ke sana kemari kala telah berada di ruang tamu. Nyatanya ia tidak menemukan kehadiran Jungkook. "Wow, apakah aku ditinggalkan?" gumamnya sambil berkacak pinggang. Sangat mengagumkan jika hal itu memang benar.

"Jika itu memang-"

"Sudah selesaikan?"

Rasa-rasanya jantung Jihyo ingin copot dari asalnya. Gerakan refleks dengan memegangi dada bahkan kini ia lakukan kala suara yang mirip dengan suara pemilik sosok yang ia cari beberapa saat mengudara begitu saja. Kala ia berbalik pun, itu memang benar Jungkook. Sungguh, Jihyo mengira itu adalah hantu.

Alhasil, Jihyo mencoba untuk menetralkan diri. Ia spontan mengangguk. "S-sudah."
Jungkook mengangguk lalu menggenggam jemari Jihyo-hendak menuntunnya keluar dari tempat ini dan menuju tempat kerja mereka. Rasa-rasanya, tumpukan pekerjaan sejak tadi memanggil namanya.
Hanya saja, Jungkook tiba-tiba berhenti yang membuat Jihyo hampir saja menabrak punggungnya. Beruntung, ia bisa mengontrol diri.

Ia mendadak bingung. Ingin bertanya, Jungkook langsung menoleh ke belakang kepadanya dengan helaan napas yang mengiringi. "Apa Cao Myung memberikan tekanan kepadamu?"

"Cao Myung?" Jihyo berujar untuk memperjelas pendengarannya dan Jungkook mengangguk.

Alhasil, Jihyo menggelengkan kepalanya. "Tidak juga. Dia bersikap seperti biasanya. Ya, dengan keanehannya. Akan tetapi, aku mulai terbiasa dengan itu. Jadi, tidak perlu dibuat pusing, Master," balas Jihyo.

Memang, ia berkata jujur. Hanya saja, Jihyo tentu menyaring perkataannya. Mana mungkin ia mengatakan mengenai Cao Myung yang kadang membuatnya frustrasi dan yang menjengkelkannya, ia yang baru ingin ke kantor pagi ini, langsung disuguhkan dengan tugas yang membuatnya menghela napas.

Bayangkan saja, Jihyo harus melakukan penelitian soal penyesuaian perangkat lunak juga ponsel pintar terhadap game versi yang baru. Jihyo tentu tidak masalah dengan itu, hanya saja ia harus menyelesaikannya hari ini. Bukankah Cao Myung menyiksanya secara perlahan?

Akan tetapi, Jihyo mana mau mengatakan hal itu. Ia tidak ingin dicap sebagai gadis yang apa-apa akan mengadu dengan kekasihnya.

"Tenang saja, Master. Cao Myung Senior tidak akan mempersulitku-"

"Kau tidak bisa berbohong, Jihyo. Aku tahu kalau Cao Myung membuatmu bekerja keras dengan melakukan penelitian soal penyesuaian perangkat lunak juga ponsel pintar. Bukankah yang kukatakan benar?" ucap Jungkook dengan tangan terlipat di depan ada. Sebelah alisnya juga terangkat disertai matanya yang menatap lekat ke arah Jihyo yang diam membisu. Sangat jelas jika Jihyo terkejut dan bingung setelah mendengarnya.

"Itu ... dari mana kau tahu? Maksudku, tidak apa-apa, Master. Setidaknya, aku memiliki hal yang bisa kukerjakan di sana," balas Jihyo dengan cepat. Ia sungguh tidak ingin memperpanjang soal itu.

Jungkook masih pada ekspresi juga posisinya. "Aku bisa tahu segalanya, tapi lupakan itu. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu, apa yang kau butuhkan, kau bisa mendapatkannya di ruangan kerjaku. Aku sudah mengerjakannya." Ia mengatakannya sembari menarik senyum, bahkan Jungkook menyentil dahi Jihyo sebelum kembali menggenggam jemari Jihyo untuk melanjutkan perjalanannya.

Sementara Jihyo? Ia sungguh melongo tidak percaya. Nikmat mana lagi yang Jihyo dustakan sekarang?

***

Suasana kantor masih sama seperti biasanya, tidak ada yang berubah. Ya, bagi Jihyo, mungkin pandangan para pekerja yang berubah kala menatapnya. Mengingat, ia kini kekasih dari Choi Jungkook dan itulah yang kadang membuat Jihyo merasa tidak nyaman dengan tatapan-tatapan itu.

Jihyo pun tentu tidak heran mengenai hubungannya yang seketika terekspos. Mengingat, ia berkencan dengan sekelas Jungkook. Hanya saja, bisakah orang-orang mengamatinya biasa-biasa saja? Sungguh, ia gerah sendiri dibuatnya. Sekalipun ia mencoba untuk santai dengan fokus pada laptop yang berada di atas meja kerjanya, tetapi itu sia-sia saja.

"Fokus Jihyo!" ucapnya pada diri sendiri. Ia hendak kembali pada pekerjaannya, tetapi seketika harus terhenti.

"Hekhem, ada yang sedang menjalin asmara dengan atasannya dan entah kenapa ia bisa melakukan itu. Bukankah sangat lucu?"

Jihyo hanya bisa merotasikan bola matanya dengan malas. Mencoba untuk tidak peduli. Lagipula, Jimmy memang sangat suka mengusiknya.

Taekyung yang ada di sana, hanya tersenyum geli sembari menepuk bahu Jimmy. "Kau harus hati-hati, Jim. Jihyo itu seperti remot yang kapan saja mengendalikan sosok yang ada di sana." Sambil menunjuk ke sebuah ruangan yang tidak lain adalah ruangan Jungkook. Hal itu pun bertepatan dengan sang empu yang menoleh dengan tatapan datarnya. Jimmy hanya tersenyum kala berpapasan dengan Jungkook.

"Sialan memang. Entah apa yang ada pada dirinya hingga membuat Jungkook tergila-gila seperti orang tidak waras," ucap Jimmy. Secara terang-terangan menampilkan ketidaksukaannya pada Jihyo.

Jihyo? Mana peduli jika itu berurusan dengan Jimmy. Ia mengerti, Jimmy masih sangat kesal dengan dirinya perihal game. Benar-benar kekanakan sekali.

Taekyung yang mengamati itu, memilih menggelengkan kepalanya. "Terserah kau saja dan lebih baik kau pergi melanjutkan pekerjaanmu. Kita benar-benar sangat sibuk. Bahkan, hari ini dan entah sampai kapan kita akan lembur!"

Jihyo yang mendengar itu, sontak mengalihkan amatannya pada mereka berdua. "Lembur?"

Jimmy mengangguk dengan malas dan tidak minat. "Kekasihmu itu benar-benar tidak waras, kau harus tahu itu! Kita disuruh lembur! Bahkan tanpa tunjangan apapun-"

"Kau akan mendapatkannya jika misi ini selesai, Jim. Makanya, lebih baik kau pergi melanjutkan pekerjaanmu ketimbang terus saja mengoceh seperti orang bodoh," ucap Taekyung yang membuat Jimmy semakin kesal. Bahkan kala Taekyung yang berlalu begitu saja. Terlihat jika pria itu memiliki banyak urusan.

"Lihatlah, dia sama saja dengan kekasih tidak warasmu itu. Menjengkelkan sekali. Mana tidak ada kantin, minimal ada biaya makan bukan? Dan lagi, menginap di kantor? Sudahlah, lagi pula tidak ada gunanya aku berbicara denganmu. Kita itu berbeda kubu!" ucap Jimmy yang langsung memilih untuk melenggang pergi.

Jihyo pun dibuat diam mendengarkan semua itu. Isi kepalanya berkecamuk. Kedua mata bulatnya pun, memilih mengamati punggung Jimmy yang perlahan menghilang hingga ia beralih menoleh ke arah Jungkook yang amat sibuk dengan pekerjaannya. Tidak lupa, di sana terlihat ia bersama dengan Cao Myung juga Taekyung yang baru saja ikut bergabung.

Jihyo lantas memikirkan sesuatu dan sepertinya ia harus membahasnya dengan Jungkook. Lagipula, ia juga memiliki keperluan dengan Jungkook. Ya, ia akan mengambil berkas yang berisi pekerjaan yang diberikan oleh Cao Myung di dalam sana.

Tbc.

Halo, aku update setelah sekian lama, wkwk. Semoga nggak ngebosanin sih. Maaf juga ya kalau nemu tipo dan sampai jumpa di bab selanjutnya🥰

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro