Ritual

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

bacanya sambil denger mulmednya ya

-

-

-

"Ahra mana?" tanya kihyun pada Minsun yang baru saja duduk di kursi ruang makan

"dia sudah pergi" jawab Minsun sambil menyuapkan nasi kedalam mulutnya

Alis Kihyun berkerut mendengar itu bersama tatapannya yang mengarah lurus pada Minsun.

"kalian bertengkar?" selidik pria manis itu kemudian

"tidak" sanggah Minsun

"lalu kenapa, sudah 2 hari ini kalian tak pergi ke kampus bersama. kau...juga sering pulang lebih dulu daripada Ahra?" tanya Kihyun heran.

Minsun berpikir sesaat untuk menimbang2 jawaban yang akan diberikannya pada Kihyun. Pasalnya Minsun bukanlah orang yang pintar berbohong, dan Kihyun...pria itu selalu berhasil membaca kebohongan dari raut wajah gadis itu apabila sang adik coba berbohong.

"Ahra sibuk dengan tugasnya sebagai pemimpin" jawab Minsun coba menutupi kebohongannya dengan memberitahu sedikit kebenaran.

Benar...Minsun tak sepenuhnya berbohong karena memang Ahra masih sibuk dengan urusannya sebagai pimpinan, membujuk Jaerin singkatnya.

"ah...pemimpin organisasi sosial di kampus itu?" tanya Kihyun menegaskan

"hmm" jawab Minsun

Kihyun mengangguk pelan sama sekali tak curiga kalau Minsun setengah berbohong saat ini.

"kau juga masuk dalam organisasi itu bukan?" kembali Kihyun bertanya pada Minsun yang hanya ditanggapi anggukan dari sang adik

"lantas...kenapa kau tak terlihat sibuk?" tanya Kihyun lagi

"ah...itu karena jabatanku tidak terlalu penting...hahahaha" Minsun berujar sambil tertawa kaku

Sedikit curiga Kihyunpun memicingkan matanya kearah Minsun membuat gadis itu menjadi salah tingkah.

"Jadi...jabatanmu taj begitu penting?" Tanya Kihyun masih dengan tatapan curiganya

"Ne...begitulah" jawab Minsun sekenanya

Gadis itupun coba bersikap biasa, namun sepertinya usahanya sia2 ketika mendapati wajah tak puas Kihyun.

"omo...aku sudah terlambat, oppa aku pergi ke kampus dulu ya" pamit Minsun kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Kihyun yang menatap kepergianya heran

*

Minju tengah menikmati sarapannya, kala netranya mendapati tatapan sang kakak yang mengarah lurus pada dirinya.

"Gayoon onnie whaeyo?" tanya Minju pada kakaknya tersebut.

"kau membeli cincin baru?" dagu Gayoon mengarah pada cincin yang Minju kenakan.

Mata Minju ikut menatap jari manisnya untuk melihat cincin yang diberikan oleh Yeseul.

"aku tak membelinya" jawab Minju

"jinca? Lalu darimana kau mendapatkan cincin sebagus itu?" tanya Gayoon penuh selidik.

Minju berpikir sesaat untuk memberikan jawaban yang cukup masuk akal bagi sang kakak.

"Jooheon oppa yang memberikan" tukasnya kemudian

"Jooheon?" ulang Gayoon

"eoh...Jooheon oppa" Minju menarik senyum lebar agar Gayoon tak terlalu curiga padanya.

Terdengar decihan pelan dari Gayoon bersama tangannya yang kembali menyuapkan sarapan kedalam mulut.

"kau bahkan baru kelas 10, tapi sudah menerima cincin dari seorang pria" ujar Gayoon kemudian

"memangnya kenapa, inikan hanya cincin couple biasa" jawab Minju

"tapi itu terlihat aneh, bagaimana mungkin seorang siswi SMU memakai cincin pasangan"

"chinggu2ku yang lain menggenakannya kok, bukan hanya aku"

Gayoon diam sembari menatap kesal pada sang adik.

"whae? onnie cemburu? Mau seperti ini juga? Minta sana pada Gikwang oppa" ejek Minju kemudian bangkit dari duduknya

"ish...bocah itu" Gayoon nyaris saja melempar Sendok miliknya pada Minju andai saja sang adik tak tiba2 berteriak

"omma...aku berangkat" pamitnya pada sang ibu

"ya! sudah habiskan sarapanmu?" sang ibu balas berteriak dari dapur

"ajik...tapi aku kenyang" Minju kembali berteriak lantas benar2 berlalu.

*

"lalu bagaimana kalau suatu waktu orang tuamu yang jadi korban para warlock itu?" kalimat tanya yang dilontarkan oleh Ahra bergulir begitu saja dipikiran Jaerin hari itu.

Padahal gadis itu sengaja menyendiri ditaman kampus yang jarang dilewati orang2 agar pikirannya tenang, tapi...seperti sebuah mantra semua ucapan Ahra justru terus terngiang ditelinganya.

Belum lagi ucapan yang dikatakan oleh sang ibu semalam, semua itu seolah menambah resah yang bersemayam nyaman di dada Jaerin.

"kalau sampai orang tuamu yang jadi korban...apa kau juga masih akan bersikap tak perduli seperti ini?" Jaerinpun memijat keningnya saat kalimat Ahra yang lain kembali berputar dikepalanya.

Jaerin frustasi karena pikirannya sendiri, bahkan gadis itu mulai lelah karena perang batin yang tengah menderanya.

"khamjagiya" Jaerin terlonjak kaget saat sesuatu yang dingin menyentuh pipinya tiba2.

Gadis bermarga Ahn itu menoleh dan mendapati sosok Mark yang sudah melengkungkan senyum kearahnya sembari mendudukan tubuhnya tepat di samping Jaerin.

"kenapa sendirian disini?" tanya Mark sembari meletakkan jus kaleng yang tadi dia tempelkan di pipi Jaerin tepat di hadapan gadis itu.

"Aku tidak sendiri...bukankah kau sekarang ada disini?" Jawab Jaerin acuh

Mark menatap Jaerin sekilas, lantas menghela nafas pelan.

"Maksudku sebelum aku disini" ujar Mark memberi penekanan pada tiap katanya.

Namja itu bahkan berusaha mengingatkan diri sendiri kalau bicada dengan seorang Ahn Jaerin memang tidak mudah.

"karena aku sedang tak mau diganggu" jawab Jaerin sembari menatap sinis kearah Mark

Secara halus Jaerin ingin mengusir Mark dari sana, karena saat ini gadis itu benar2 ingin menghabiskan waktunya seorang diri. tapi seolah tak mengerti dengan maksud ucapannya, sosok Mark justru membuka kaleng jus lain yang memang ia bawa dan meneguk cairan itu dengan tenang.

"Dan sayangnya, ada orang tak mengerti maksud kata2ku" sindir Jaerin dengan nada sedikit frustasi

Mark yang tadinya melayangkan tatapannya lurus kedepan, menoleh pada Jaerin yang kini menatap dirinya.

"Kau sedang menyindirku ya" tanya Mark yang sedikit mendapati ucapan bernada sarkas.

"Baru sadar?" Balas Jaerin angkuh

"aku sedang tak mau diganggu oppa" ulang Jaerin mencoba menekan rasa kesalnya.

Mark memiringkan kepalanya, sambil menautkan kedua alisnya.

"tapi akukan tak menganggumu Jaerin" mata Jaerin mengerjap pelan saat mendengar ucapan yang Mark lontarkan.

"aku hanya duduk diam disini, apa itu tak boleh?" lanjut namja itu lagi

Jaerin bungkam, kata2 Mark seolah membuatnya mati kutu. Gadis itupun nampak salah tingkah kini dan memilih mengabaikan sosok Mark yang seakan enggan pergi dari tempatnya.

Hening akhirnya, Jaerin nampak kembali tenggelam dalam pikirannya sedangkan Mark juga diam tanpa mengusik tenang disana.

Jaerin sempat melirik Mark sesekali lewat ekor matanya, pria blasteran itu terlihat termenung seperti halnya Jaerin. Entah apa yang dipikirankannya, Jaerin sendiri tak perduli dengan hal itu.

"oh..profesor Yena sudah mengajar ternyata" seruan Mark sedikit mengusik tenang Jaerin.

Spontan gadis itupun mengarahkan tatapannya kearah telunjuk Mark dan mendapati sosok Yena yang tengah berjalan di koridor kampusnya.

"kukira dia tak masuk hari ini" Mark kembali berujar yang Jaerin sendiri tak tahu ditujukan untuk siapa

"kenapa oppa berpikir dia tak masuk hari ini?" rasa penasaran akhirnya membuat Jaerin melayangkan tanya itu pada Mark.

Mark yang tengah meneguk jusnya menoleh pada Jaerin yang sudah lebih dulu mengarahkan netranya pada Mark.

"kemarin profesor Yena terlihat tak baik" jawabnya

"benarkah?" Jaerin sedikit terkejut

Jujur Jaerin sendiri heran dengan respon yang dia berikan, pasalnya...dia tak dekat dengan sosok Yena. Tapi entah kenapa saat mendengar perihal wanita itu dari Mark, Jaerin merasa benar2 cemas seolah sangat takut sesuatu yang buruk terjadi pada dosennya tersebut.

"eoh....tiba2 saja, profesor Yena memegang dadanya dan merintih kesakitan. Kurasa dia memiliki masalah jantung, mungkin" papar Mark sambil kembali meneguk jus miliknya.

Jaerin ikut memegang dadanya, seperti ada sesuatu yang mengganjal yang Jaerin sendiri tak mengerti apa itu.

"kau juga sakit?" Mark yang melihat Jaerin bertanya pada gadis itu

Seketika Jaerin menoleh kembali pada Mark lantas menggelengkan kepalanya.

"apa kau selalu begini?" tanya Mark kemudian

"maksud oppa?" Jaerin tak mengerti

'kau sepertinya selalu memasang wajah dingin pada orang lain"

Mata Mark menatap lansung ke netra Jaerin, seolah ingin mencaritahu perihal gadis itu dari dalam matanya.

"terbukalah sedikit pada orang lain Ahn Jaerin, setidaknya...biarkan namja sepertiku mengerti dirimu" sebuah senyum terukir diwajah Mark

"untuk apa?" Jaerin kembali bertanya dengan tatapan heran

Mark mendekatkan wajahnya pada Jaerin membuat gadis itu spontan menjauhkan tubuhnya dengan sikap waspada.

"agar aku...bisa menarik hatimu" jawab Mark membuat semburat pipi gadis itu sentak memanas.

"kau malu?" Mark terkekeh pelan melihat reaksi wajah Jaerin

"kau mempermainkanku?" balas Jaerin tak suka

"anni...aku hanya mencoba membangun suasana denganmu, setidaknya...agar kita berdua tidak terlalu canggung" bantah Mark

Jaerin berdecih pelan, gadis itu terlanjur kesal dengan sikap yang ditunjukan Mark padanya. cepat Jaerinpun bangkit dari duduknya dan segera berlalu setelah meraih tas miliknya. gadis itu mengabaikan suara Mark yang memanggilnya dan terus melangkah cepat meninggalkan tempat itu.

"jadi tetanggamu yang meningal itu...juga melakukan bunuh diri karena terus menerus bermimpi buruk?" disebuah kursi di dekat lapangan basket langkah Jaerin terhenti mendengar ucapan tersebut.

Sepasang mahasiswi tengah berbincang berdua disana tanpa menyadari sosok Jaerin yang mencuri dengan pembicaraan mereka.

"hmm"

"omo...kasus ini membuatku jadi takut untuk tidur" gadis pertama kembali berujar sembari mengusap lengannya pelan.

Kembali rasa sesak itu Jaerin rasakan bersama tangannya yang mengepal keras.

"otokhe?" bisik Jaerin lirih

*

"eon...dia benar2 akan datang kan?" tanya Sooran pada Ahra yang tengah resah menanti kedatangan Jaerin.

Beberapa waktu yang lalu gadis itu menghubungi Ahra untuk meminta alamat rumah Yeseul dan Yena.

Ahra sendiri bingung darimana seorang Jaerin mendapatkan nomor ponselnya, tapi...gadis itu mengabaikan kebingungannya saat mendengar Jaerin mengatakan keinginannnya untuk bergabung dengan dryad2 pilihan.

"eoh...tadi dia bilang begitu" jawab Ahra sekenanya

"kalau memang dia mau datang, kenapa dia belum sampai onnie?"

Ahra mengendikkan bahunya sambil berujar "entahlah...aku juga bingung"

"coba kau telepon nomornya dan bertanya sekarang dia ada dimana" Minsun memberi usul pada Ahra

Kali ini Ahra mengangguk kemudian coba menghubungi nomor Jaerin yang ada padanya.

"tidak aktif" tukasnya

Minsun mengigit bibirnya pelan, entah kenapa ada rasa cemas yang tiba2 menyusup begitu saja dihatinya.

"ya sudah...kita tunggu saja sebentar lagi" tukasMinsun akhirnya coba mensugestikan hal baik untuk dirinya sendiri.

"tapi ini sudah lebih dari 2 jam kita menunggunya eon, apa jangan2 dia mengurungkan niatnya lagi?"kembali Sooran berujar membuat Ahra melirik kesal padanya.

"ya! kau bisa tenang dulu tidak sih? Mungkin Jaerin sedikit kesulitan menemukan alamat rumah ini" sungut Ahra

"kesulitan apa? aku bahkan bisa menemukan rumah ini dengan mudah" balas Sooran seolah tak mau kalah

"onnie" Minju yang sejak tadi diam memanggil Sooran

"apa?" jawab Sooran sembari menoleh pada yang termuda

"sebaiknya kau diam saja, jangan membuat orang lain kesal dengan omonganmu" nasehat Minju pada gadis itu

Sooran mempoutkan bibirnya karena kesal oleh ucapan yang Minju lontarkan.

"apa Jaerin sudah datang?" tanya Hyungwoon yang menghampiri mereka ke ruang keluarga

Ahra menoleh pada lelaki itu, kemudian menggeleng sambil melayangkan tatapan bersalah. Melihat itu Hyungwoon hanya bisa menarik nafas dalam kemudian menarik senyum tipis di wajahnya.

"oppa...bagaimana ini...bagaimana kalau Jaerin ternyata tidak datang?" tukas Ahra putus asa.

Hyungwoon tak membalas pertanyaan gadis itu karena sesungguhnya pria itu sendiri bingung harus menjawab pertanyaan Ahra dengan jawaban seperti apa.

Senyappun melingkupi ruangan itu karena tak ada satupun dari mereka angkat bicara. kelima orang itu seolah tenggelam dalam pikirannya masing2 hingga suara bel menyentak lamunan mereka.

"oh" Ahra cepat bangkit dari duduknya dan beranjak kearah pintu masuk.

Langkah gadis itu diikuti oleh Minsun, Sooran dan juga Minju. Hyungwoon yang melihat hal tersebutpun ikut melangkah tenang dibelakang keempat gadis yang kini sudah berada diambang pintu.

"maaf...aku terlambat, tadi...ditengah jalan mobilku ditabrak oleh seseorang, karena itu aku jadi...."

Belum lagi Jaerin menyelesaikan ucapannya sosok Ahra langsung memeluk tubuh gadis teraebut.

"terimakasih...terimakasih sudah datang" ujarnya tulus

Jaerin sedikit terkejut dengan reaksi yang ditunjukan Ahra, namun entah kenapa tangan gadis itu justru tergerak ikut melingkar ditubuh Ahra yang mengeratkan pelukan ditubuhnya.

*

Ini malam terakhir bulan purnama dibulan ini, sedikit terlambat memang untuk ritual membuka kekuatan para dryad. Akan tetapi Yeseul dan Yena tetap melakukannya, karena jika menundanya pada bulan purnama mendatang itu akan sangat2 terlambat. Dan mereka tak mau mengambil resiko, mengingat menurut Yeseul para warlock sudah cukup kuat.

"kalian siap?" tanya Yeseul sebelum memulai ritualnya

Anggukan kepala para dryadnya membalas itu, membuat Yeseul segera menoleh pada Ahra yg ada dihadapannya

"kau adalah kuncinya, jadi tetaplah konsentrasi walau apapun terjadi. Karena jika konsentrasimu menghilang, maka ritual ini akan berantakan. Apa kau mengerti" ujar Yeseul dengan tatapan yg terbilang cukup mengintimidasi Ahra

"n..ne" dengan sedikit tergagap Ahra menjawab seraya mengangguk

"baiklah...kita akan mulai" Yeseul mengadahkan tanganya begitupun Yena

Sesaat Ahra menatap kedua telapak tangan yeoja dihadapannya, kemudian segera meletakkan kedua tangannya diatas tangan mereka saat mata Yeseul mengisyaratakan hal tersebut. Kini tangan kanan Ahra ada diatas tanggan kanan Yeseul, sedangkan tangan kirinya diatas tangan Yena. Mata keduanya terpejam, membuat Ahra ikut memejamkan matanya.

"kita akan mulai" masih dengan mata tertutup Yeseul berujar

Mendengar itu, empat dryad yg duduk membentuk lingkaran ikut memejamkan matanya. Dan sayup2 mereka mendengar Yeseul merapalkan mantera yg disusul oleh Yena.

Mantera2 itu cukup asing ditelinga para dyrad, namun mereka coba mengabaikannya. Semua nampak mencoba fokus dengan ritual, bersama tatapan datar Hyungwon yg mengawasi ritual itu.

"mwoya?" gumam Hyungwon pelan saat mendapati tempat ritual perlahan meredup

Hyungwon mengadahkan wajahnya keatas, dan mendapati gelap yg coba menutupi cahaya bulan

"warlock" ucap Hyungwon yg menyadari warlock coba menghentikan ritual itu

Kaki panjang Hyungwon melangkah menuju beranda kini, dan matanya mencoba menemukan sosok warlock yg mengusik ritual tersebut.

"ternyata benar" gumamnya melihat seorang dengan hodie yg menutupi kepala dan masker tengah melancarkan aksinya menutup cahaya bulan

Hyungwon beranjak masuk, menyambar sebuah senjata laras panjang dan memasukkan sebuah peluru bundar didalamnya. Kembali dia beranjak ke beranda kini, dan mengarahkan ujung senapan pada warlock tersebut

"akhh" jauh dari tempat Hyungwon, Warlock yg sejak tadi sibuk memainkan kekuatannya nampak memegang bahunya yg terkena peluru dari senjata Hyungwon

Namja itu mengarahkan tatapannya sejenak pada Hyungwon yg tersenyum tipis, sebelum kemudian mengarahkan pandangan pada bahunya.

"sial...peluru sihir" rutuknya

Menahan rasa sakit itu, sang warlock nampak beranjak. Namun...baru saja dia berbalik, sosok Hyungwon sudah menahan langkahnya.

"kau dikirim olehnya" ucap Hyungwon tanpa mencoba berbasa-basi

Namja itu tak menjawab, dia hanya menatap datar Hyungwon seraya memegang bahunya. Mendapati hal itu, Hyungwon mengulurkan tangan guna menarik masker yg dipakai oleh warlock dihadapannya. Akan tetapi dengan gesit warlock itu menghindar, dan tanpa diduga mengarahkan tendangan kepinggang ramping Hyungwon

"akhh" rintih Hyungwon karena tendangan itu cukup kuat mengenai tubuhnya

Hyungwon mundur beberapa langkah, sementara namja dihadapannya sudah memasag kuda2

"sepertinya kau warlock spesial, kau bahkan berani menantangku disaat kau tak bisa mengeluarkan kekuatanmu" kembali Hyungwon memasang senyum diwajahnya

Tak ada balasan dari warlock dihadapan Hyungwon, selain gerakan tubuhnya yg terlihat menyerang. Namun warlock tersebut bukanlah lawan bagi Hyungwoon, karena kekuatan bela dirinya lebih tinggi dari namja tersebut.

"maaf...meleset" sosok Hyungwon sudah ada dibelakang sang warlock dan memukul kuat tengkuk namja itu membuatnya tersungkur

"sial...kalau saja ini bukan peluru sihir" rutuk sang warlock dalam hati

Tendangan Hyungwon membuat tubuh namja dihadapannya terlentang. Dan dengan satu gerakan diapun duduk dihadapan warlock tersebut dan menghajar satu bagian sisi wajahnya.

Bug...Bug...bug

Tanpa ampun Hyungwon terus menghajar namja itu, membuat rintihan keras lolos dari bibirnya yg masih ditutupi masker

"sekarang ayo kita lihat siapa kau" Hyungwon bersiap meraih masker itu, namun sebuah pukulan keras dikeningnya membuat tubuh Hyungwon tersungkur disisi tubuh sang warlock

Hyungwon memegang sisi keningnya, dan mendapati darah segar mengalir dijemari namja itu. Diapun terlihat duduk menatap sang Warlock, yg sudah mengenggam sebuah batu entah dari mana.

"kau.." kata2 Hyungwon terputus saat sinar terang keluar dari dalam rumah

Namja itu menoleh, begitupun warlock yg ada didekatnya

"kekuatan Light sudah terbuka" gumamnya entah untuk diri sendiri, atau untuk warlock yg melawannya

Sang warlock mengeram marah, membuat Hyungwon menoleh pada namja itu

"misimu sepertinya gagal" Hyungwon mengembangkan senyum ejekan

Warlock tersebut menatap Hyungwon dengan pandangan yg terlihat kesal

"seharusnya kau tidak sendiri, ini jadinya kalau kau bekerja sendiri. Kau...matermu cukup gegabah ternyata, karena memintamu menjalani misi penting seorang diri" urai Hyungwon membuat tangan warlock dihadapannya menggepal

Kini angin berdesir kencang, membuat senyum Hyungwon semakin melebarkan senyumnya.

"Wind menyusul" Hyungwon mengejek warlock dihadapannya terang2an.

Nampak oleh Hyungwon bahu namja itu naik turun dengan tak teratur, pertanda bahwa sang lawan sedang dikuasai oleh emosi

"kau tahu arti salju ini" Hyungwon mengadahkan tangan menangkap salju yg tiba2 turun "itu tandanya Ice juga sudah membuka kekuatannya" ejeknya lagi

Warlock bangkit dari duduknya, dan memasang posisi untuk mengeluarkan kekuatan

"percuma...peluru sihir mengunci kekuatanmu, kau tak akan bisa mengunakannya kalau peluru itu belum dikeluarkan. Dan kau tahu...hanya aku yg menembakkannya atau mastermu yg bisa mengeluarkan benda itu dari tubuhmu" Hyungwon ikut bangkit dari duduknya

Tak perduli dengan ucapan Hyungwon, sang warlock masih berusaha untuk mengeluarkan kekuatannya

"sial!" rutuknya kemudian karena tak bisa menhasilkan apapun

Hyungwon tertawa ringan, seraya mengadahkan kepalanya menatap pohon bunga sakura yg tiba2 mekar didekat mereka

"ottokhe? hanya tinggal sang pemimpin kini yg belum membuka segel kekuatannya" Hyungwon tak berhenti mengejek namja dihadapannya

Warlock tersebut menatap tajam rumah dimana ritual membuka kekuatan berlangsung, dan mengeram kuat saat merasa tanah tempatnya berpijak bergetar.

"wuaaah...ternyata pemimpin dryad kami memang berbeda, dia lebih cepat membuka kekuatannya dibanding yg lain" Hyungwon melangkah mendekati warlock yg justru mengambil langkah mundur untuk menghindar

Dengan tatapan waspada dia memperhatikan langkah Hyungwon, dan kemudian ikut terhenti saat tanah yg semula begetar kuat membentuk guncangan kuat.

"igot mwoya?" Hyungwon terduduk dengan satu lutut menyentuh tanah, sementara kaki lain bertekuk bersama tangannya yg menyangga diatas tanah

Matanya menatap bangunan dimana para dryad berada dengan pandangan yg sulit diartikan. Awalnya wajah pria itu nampak panik, namun kepanikan itu berubah menjadi seringai lebar manakala menyadari sesuatu.

"sepertinya kalian dalam bahaya, pimpinan dryad kami lebih kuat dari yg dibayangkan" gumam Hyungwon membuat warlock didekatnya segera merasa khawatir

Namja itu ikut menatap bangunan yg ada didekatnya, sebelum kemudian memilih kabur dengan cepat. Hyungwon akan mengejar, namun gerakan namja itu tertahan karena guncangan yg membuatnya sulit bergerak.

Bisa Hyungwon lihat sang warlock juga kesulitan untuk melangkah. Namun Hyungwon pikir namja itu cukup keras kepala, sehingga dia pada akhirnya berhasil kabur walau harus terjatuh beberapa kali karena guncangan kuat tanah tempatnya berpijak.

"wuaah...ini akan jadi berita besar besok. Salju, bunga yg mekar dalam satu waktu, dan...gempa bumi" Hyungwon berujar pada diri sendiri

Namja itu menatap tempat menghilangnya sang warlock, sebelum kemudian bangkit saat tanah mulai berhenti bergetar. Sesaat namja itu terdiam dengan tangan yg terselip didalam saku, dan beranjak kembali kerumah sedetik kemudian.

TBC_

Yeeey...semua dryad akhirnya bersatu...akankah mereka menjadi power ranger
(Dipelototin cici Minie)
😂😂😂

Oh ya...sekedar info aja nih. Eon ketik part ini sambil denger lagu MX blue moon yang ada di mulmed.
Musiknya itu pas banget, jadi waktu nulis ritualnya kayak berasa ngeliat langsung...hehehe agak lebay nih

Tapi bener...lagi blue moon tuh cocok bgt buat didengerin pas baca part ini, makannya eon nambahin di mulmed biar kalian juga bisa ngerasa feel yang eon rasakan.

oh iya...ayo kita main tebak2an siapa 5 Mancer musuh Dryad! kalian bisa nulis di kolom komentar di bawah ini

Blood mancer

Shadow mancer

Illusion mancer

Alchemist mancer

Nightmare mancer

kayak cast dryad, cast mancer juga udah eon tentuin pas nulis cerita ini. jadi...gak ada yang namanya diubah gara2 tebakan kalian bener. so...kalo memang nanti tebakan kalian meleset jangan salahin eon ya...wkwkwk

Last...permintaan Ahra yang minta jangan seminggu sekali udah eon kabulin. jadi...mulai part ini jadwal up tiap malam kamis dan malam minggu.

wokeh deh...segini aja, makasih semua dukungannya, sorry for typo and see you next part
🔥pyong💦

Langsa, 25 Juli 2018
18:30
Otak kedua: Hae_Baragi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro