Trap

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mata taekwon terbuka dan mendapati suasana asing disekelilingnya. Pria itu pun bangkit dengan cepat yang membuatnya harus meringis karena rasa sakit mendera belakang kepalanya.

"sudah bangun?"

Taekwon yang tengah memegang belakang kepalanya menoleh pada sosok Wonho yang baru saja memasuki ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu. Di tanganya sudah ada baki berisi bubur dan juga minuman yang Taekwon sendiri tak tahu apa itu.

Mata tajam pria itu pun memicing menatap Wonho seolah bertanya'kenapa aku ada disini'

Wonho mengulas senyum di wajahnya mendapatkan pandangan Taekwon, pangeran Magissa itu pun ikut melemparkan tatapan kepada Taekwon setelah meletakkan baki yang ia bawa di atas nakas samping ranjang.

"bagaimana perasaanmu? Apa sudah membaik?" tanya Wonho perhatian.

Belum ada jawaban dari Taekwon, pria itu masih setia menatap Wonho seperti enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pria Shin itu.

"dimana aku? dan kenapa aku ada di sini?" akhirnya Taekwon buka suara, meski itu sebuah lontaran pertanyaan bernada sarkas.

"kau ada di rumahku dan kau disini karena aku membawamu" jawab Wonho berusaha tetap tenang juga ramah.

"kenapa?" Taekwon kembali bertanya

"maksudmu?"

"kenapa aku bisa ada di rumahmu?" Taekwon menjelaskan maksud pertanyaannya dengan nada suara yang sedikit meninggi.

Sebenarnya Wonho cukup tersinggung dengan sikap yang Taekwon tunjukan, namun ia masih mencoba untuk tidak terpancing emosi.

"adikmu yang meminta kami memindahkanmu kemari, yah...meski dia tak mengatakan kalau kau harus berada di rumahku. Karena Wooseok hanya mengatakan pada Yuto agar kau dipindahkan secepatnya dari kediamanmu. Dan karena tak tahu harus membawamu kemana, kami memutuskan membawamu ke kediamanku" jelas Wonho panjang lebar.

"apa penjelasanku sudah cukup?" tambahnya kemudian.

Taekwon tak memberi tanggapan, pria itu justru bangkit dari ranjang Wonho kemudian berusaha beranjak dari kamar tersebut. Wonho yang melihat hal itu tak bisa tinggal diam, dengan cepat dia meraih lengan Taekwon guna menahan penggerakan Blood mancer itu.

"kau mau kemana? kau tak boleh pergi" larang Wonho

"lepaskan aku" Taekwon coba melepaskan tangannya dari cengkraman Wonho.

"tidak..aku takkan membiarkanmu pergi, jadi kembali keranjangmu dan istirahatlah" perintah Wonho dengan nada tegas.

"siapa kau berani memerintahku?" balas Taekwon sengit

Rasa kesal langsung Wonho rasakan setelah mendengar pertanyaan Taekwon tersebut.

"aku Shin Wonho...pangeran Magissa" jawabnya tak kalah sengit.

Mata Taekwon membulat mendengar hal tersebut, sedikit kecemasan pun mulai ia rasakan kini.

"sekarang sebaiknya kau cepat kembali ke ranjang dan istirahat. Kau harus pulih dengan cepat agar pengorbanan adikmu tak sia2" tambah Wonho lagi

"pengorbanan adikku? Apa maksudmu?" tanya Taekwon dengan wajah bingung.

Wonho terdiam mendengar pertanyaan Taekwon, dalam hati ia pun merutuki bibirnya yang tak bisa menahan omongannya.

"sebaiknya kau makan makananmu dulu, setelah itu minum obatmu" mencoba mengalihkan percakapan Wonho berujar pada Taekwon.

"jawab dulu pertanyaanku" tolak Taekwon sambil menatap nanar Wonho "apa maskudmu dengan pengorbanan adikku?" tambahnya kemudian.

"Woosoek mengorbankan jiwanya untuk menyelamatkanmu, saat ini...dia sudah tewas di tangan Trelos" sebuah suara lain dari ambang pintu menjawab pertanyaan Taekwon.

Kedua pria itu sama2 menoleh dan mendapati sosok Yeseul berdiri tenang sambil melayangkan tatapan tajam kearah Taekwon.

"omong kosong macam apa ini?" suara Taekwon bergetar saat mengucapkan kalimat itu.

"itu bukan omong kosong Jung Taekwon, apa yang baru saja kukatakan adalah kebenaran"

"JANGAN MEMBUAL" bentak Taekwon kesal

"Trelos tak mungkin melakukan itu pada adikku" bantahnya masih mencoba tak percaya dengan ucapan

Yeseul menarik senyum sinis di wajahnya mendengar ucapan Taekwon, bersama tubuhnya yang perlahan mendekat pada Taekwon.

"kenapa kau begitu yakin Jung Taekwon? Apa...di matamu Trelos begitu baik hingga terus membantah apa yang kuucapkan?" tukas Yeseul dengan nada yang begitu dingin dan menusuk.

Seketika Taekwon tak bisa berkata apapun, kalimat yang Yeseul ucapkan juga tatapannya yang terasa begitu tegas seolah membuatnya kehilangan kata2.

"kau tahu sosok seperti apa Trelos bukan? jadi kenapa kau tak mau mempercayai ucapanku?" tukas Yeseul masih dengan nada yang sama.

"jangan coba menghasutku Fire sage, apa kau kira bisa membuatku mengkhianati Trelos dengan semua bualanmu ini?" balas Taekwon.

"ah...jadi kau berpikir aku sedang menghasutmu?" Yeseul terkekeh di ujung kalimatnya.

"ya ampun...kami tak selemah itu Jung Taekwon. Bagi kelompok kami, menyerang langsung adalah cara yang lebih baik daripada memecah belah orang lain seperti yang pernah kalian lakukan." tambah Yeseul kemudian.

Taekwon berecih pelan mendengar itu sambil melayangkan tatapan sinisnya pada Yeseul. Tak ingin mendengar semua ucapan Fire sage tersebut, diapun melangkah meninggalkan kamar tersebut setelah menyenggol keras bahu Yeseul.

"ya! apa kita akan membiarkannya pergi?" tanya Wonho melihat Yeseul tak mencegah kepergian Taekwon.

"dia yang mau pergi, jadi biarkan dia pergi" balas Yeseul mudah

"tapi adiknya meminta kita menyelamatkan nyawa pria itu"

"dan kita sudah melakukannya bukan?"

Seketika Wonho diam mendengar jawaban Yeseul, pria itu bahkan melayangkan tatapan tak percaya pada salah satu Sage kepercayaan ibunya itu.

*

Mark tampak sedang memainkan game di ponselnya ketika sosok Jaerin memasuki kediaman Yeseul. Keduanya sempat saling tatap sebentar, sebelum akhirnya membuang pandangan kearah lain.

"Jaerin...kau sudah pulang" Hyungwoon yang baru saja datang dari arah dapur dengan membawa dua cangkir kopi menyapa Jaerin.

"ne, oppa" jawab Jaerin sambil tersenyum pada pria itu.

"mengapa sendiri? Yena noona tak bersamamu?" tanya Hyungwoon melihat kearah punggung Jaerin.

"onnie bilang ingin membeli beberapa hal dulu oppa, jadi memintaku menurunkannya di supermarket" jawab Jaerin.

Mendengar itu Hyungwoon mengangguk pelan dan membiarkan Jaerin mendudukan tubuhnya tepat dihadapannya.

"kau mau kopi?" tawar Hyungwoon pada Jaerin.

"tidak oppa, terimakasih...aku tidak minum kopi" tolak Jaerin halus.

"lalu apa kau mau teh?" tanya Hyungwoon lagi.

"kalau itu boleh" kali ini Jaerin tak menolak.

Senyum Hyungwoon terkembang, lantas kembali berlalu untuk membuat teh Jaerin. Suasana canggung langsung terasa begitu sosok Hyungwoon berlalu. Baik Jaerin ataupun Mark, sama2 tak saling bicara satu sama lain.

"ekhem" Jaerin berdehem pelan membuat pandangan Mark mengarah padanya.

"bagaimana lukamu? Apa sudah membaik?" tanya gadis itu kemudian, tepat saat netra keduanya bertemu.

"yah....begitulah, masih sedikit sakit. tapi sudah tak apa" jawab Mark

"terdengar baik" Jaerin mengangguk pelan mendengar jawaban dari Mark.

Suasana hening lagi karena keduanya kembali bungkam. Keduanya tetap saling diam sampai sosok Hyungwoon kembali dengan membawa minuman milik Jaerin.

"oh ya...tadi aku dan Yena onnie ke kediaman Taekwon" tukas Jaerin membuat Mark yang tengah menyeruput kopinya tersedak.

"kenapa kau kesana?" dengan intonasi suara yang terdengar tinggi Mark berujar pada Jaerin.

Sentak saja hal itu membuat Jaerin berjengit kaget, tak terkecuali dengan Hyungwoon. Kedua penyihir itu pun menatap Mark dengan mata membulat.

"m..maaf" Mark berujar salah tingkah

"jadi...kenapa kau dan Yena noona kesana?" kali ini Hyungwoon yang bertanya pada Jaerin

"kami kesana untuk memindahkan Taekwon ke kediaman Wonho oppa" jawab Jaerin.

Mark dan Hyungwoon sama2 mengernyitkan alisnya mendengar jawaban yang Jaerin ucapkan.

"untuk apa memindahkan Taekwon?" tanya Mark mengungkapkan kebingungannya.

"menurut cerita Wonho oppa, Wooseok yang meminta itu" jawab Jaerin

"Wooseok?"

Jaerin menganggukkan kepalanya.

"menurut cerita Wonho oppa, Wooseok akan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Taekwon. Karena itu...dia meminta Yuto memindahkan Taekwon, sebelum Trelos mengorbankan Taekwon juga" papar Jaerin.

"Untuk apa dia mengorbankan Wooseok?" Tanya Hyungwoon lagi

"Aku tidak tau" jawab Jaerin

"Apa Yuto tak mengatakan apa2 tentang alasan Trelos mengorbankan Wooseok?" Kali Mark yang bertanya.

"Yuto tak mendapatkan gambaran apapun tentang kenapa Trelos mengorbankan Wooseok. Dia hanya mendapat gambaran saat Trelos membunuh Wooseok" jelas Jaerin

Seketika wajah Mark berubah tak baik mendengar itu, tangannya bahkan sudah mengepal keras kini.

"jadi akhirnya dia membunuh satu per satu kaki tangannya" geram Mark dengan wajah yang terlihat merah padam.

Tak ada sahutan dari Hyungwoon atau Jaerin, keduanya hanya diam sambil menatap lekat Mark yang tengah dilanda amarah.

*

Disini Taekwon sekarang, di depan kediaman milik Trelos. Pria Jung itu hanya menatap bangunan itu dari luar tanpa berniat masuk ke dalamnya. Sebenarnya Taekwon ingin sekali memastikan kebenaran ucapan Yeseul dengan mendatangi sosok Trelos. Tapi...rasa ragu yang tiba2 ia rasakan membuat Taekwon enggan melakukan rencana awalnya.

Merasa putus asa dengan perang batin yang ia rasakan, Taekwon pun memilih menjauh dari kediaman milik Trelos. Kini, Blood mancer tersebut duduk seorang diri di sebuah taman yang tak jauh dari sana.

KRIUUK

Suara perut Taekwon terdengar oleh telinganya sendiri, manakala rasa lapar mulai menderanya. Dengan mengusap pelan perutnya, Taekwon coba meraba saku celananya kalau2 dia menemukan selembar uang untuk membeli makanan.

Tangan Taekwon mendapatkan selembar kertas di saku depan celana miliknya, namun...itu bukanlah uang seperti yang ia harapkan. Mata tajamnya menelisik kertas tersebut yang ternyata adalah sebuah surat. Dengan hati2 Taekwon membuka kertas tersebut dan langsung terbelalak saat menyadari kalau tulisan di dalam surat tersebut adalah tulisan Wooseok.

Hyung....ini aku Wooseok

Kau pasti sudah langsung tahu saat melihat tulisanku bukan hehehe

Jujur...aku sebenarnya sedikit bingung mau menulis apa untukmu hyung. Mengingat, aku bukanlah orang yang pintar melakukan hal2 seperti ini

Kau tahu hyung, kedua tanganku terasa geli saat aku menulis surat ini. Aku bahkan merasa sedikit mual..hehehe

Lupakan kalimat yang terakhir

Hyung...kau takkan melihatku lagi setelah membaca surat ini, karena Trelos sudah membunuhku saat surat ini kau baca.

Kau juga mungkin sedang bersama Yuto saat ini...kau kenal dia pasti kan hyung?

Hyung kumohon hiduplah yang baik, juga carilah cara untuk bisa bertahan walau hanya memiliki separuh jiwa di tubuhmu.

Kau bisa meminta bantuan pada Yeseul saem, karena mungkin..dia akan membantumu.

Hyung...kau tahu aku sayang padamu bukan?

Jadi jangan sia2 kan pengorbananku dengan kembali pada Trelos eoh.

Aku berharap kau tetap sehat dan hidup dengan layak hyung, karena aku...benar2 menyayagimu.

Maaf hyung...aku tak bisa berpamitan langsung padamu. Karena tidurmu terlihat begitu nyenyak....hehehe

Jangan lupakan aku ya hyung dan sampai bertemu di neraka nanti.

Dari adikmu yang sangat tampan

~Jung Wooseok~

Seketika air mata Taekwon menetes setelah membaca surat yang ada di tangannya tersebut. bahkan pria Jung itu nampak terisak keras kini. Taekwon begitu terpukul dengan kenyataan yang ia terima. Bahkan pria itu merasa dikihianati oleh Trelos yang begitu ia kagumi.

'Wooseok-aaaaaa" Taekwon coba memanggil Wooseok disela tangis yang ia urai

"Wooseok-aaaaaa kembalilaaaaah" tambahnya semakin terdengar pilu

Taekwon terus terisak sambil meremat surat milik Wooseok,pria itu bahkan mengabaikan tatapan bingung orang2 yang melewatinya.

*

Sosok Yena nampak keluar dari supermarket dengan membawa beberapa belanjaan di tangannya. Wanita itu pun sudah mengayunkan langkahnya untuk pulang saat pandangannya mengarah pada satu sosok yang sangat dikenalnya.

"Hyunsik" gumam Yena pelan.

Matanya memperhatikan sosok yang dilihatnya itu lekat2, coba memastikan apa dirinya benar2 melihat Hyunsik atau tidak.

"benar...itu Hyunsik" Yena mulai memacu langkahnya mengikuti sosok Hyunsik.

Dengan setengah berlari, dia terus mengikuti pria tersebut walau dengan sedikit kesulitan. Yena, bahkan harus berkali2 meminta maaf pada orang2 yang tak sengaja ditabraknya. Hingga akhirnya di sebuah tikungan jalan Yena harus kehilangan sosok tersebut.

"dimana dia?" Yena memutar tubuhnya kesana kemari untuk mencari sosok Hyunsik.

Meneliti setiap jengkal tempat itu, berharap bisa kembali menemukan sosok yang begitu ia rindukan. Yena nyaris putus asa, jika saja telinganya tak menangkap suara dentingan piano dari sebuah gedung di dekatnya berdiri. Menoleh kearah gedung itu, Yena perlahan melangkah guna mendekat kearah sumber suara.

"melodi ini" kembali Yena bergumam menyadari kalau musik yang dimainkan, sama persis dengan yang pernah ia dengar saat bertemu Trelos untuk pertama kali.

Tubuh Yena bergetar menyadari itu, bahkan air mata mulai menggenang dipelupuk matanya. ingin rasanya Yena meninggalkan tempat itu segera, namun entah kenapa tubuhnya justru semakin mendekat kearah gedung tersebut.

"akan kupastikan itu bukan kau, aku...aku akan memastikan kalau kau bukanlah Trelos" bermonolog seorang diri, Yena akhirnya memutuskan untuk memasuki gedung tersebut.

Suara piano terhenti, tepat setelah tubuh Yena memasuki ruangan tersebut. Hanya ada sebuah piano kosong di tengah ruangan, tanpa ada seseorang yang memainkannya. Yena pun coba menatap sekeliling, mencari2 sosok Trelos atau Hyunsik yang tadi diikutinya tapi nihil, Yena bahkan tak menemukan seorang pun disana.

"mencariku?" sebuah suara terdengar tepat dibelakang telinga Yena membuat wanita itu terperanjat.

Yena pun menoleh, lantas mundur beberapa langkah saat mendapati sosok Hyunsik yang tersenyum lebar kearahnya.

"lama tak bertemu Yena? Apa kau merindukanku?" tanya Hyunsik masih merekahkan senyum khasnya.

"Hyun....Hyunsik" lirih Yena dengan suara pelan.

"iya, ini aku Yena...apa kau tak merindukanku?" balas Hyunsik

Kepala Yena menggeleng pelan mendengar jawaban Hyunsik, logika wanita itu belum menerima apa yang baru saja ia lihat dihadapannya.

"tidak...kau bukan Hyunsik. kau pasti bukan Hyunsik" ujar Yena kemudian.

Mendengar itu Hyunsik memasang wajah sedih sambil menatap lamat kedua iris biru Yena. Hal tersebut membuat Yena yang semula yakin dengan intuisinya, menjadi ragu.

"kenapa kau tak percaya ini aku Yena? Bahkan aku sudah menunggu lama untuk bertemu denganmu" tukas Hyunsik kemudian.

"apa...kau mulai melupakanku hmm" tambah pria itu lagi sambil meraih kedua jemari Yena.

Mendapati sikap itu Yena seketika luluh, bahkan air mata yang sejak tadi ia tahan mulai membasahi kedua pipinya.

"jangan menangis, aku sudah kembali" Hyunsik memeluk tubuh Yena pelan.

"aku kembali untukmu Yena sayang, aku kembali untuk melindungimu" tambahnya lagi sembari mengecup puncak kepala Yena lembut.

Yena yang ada di dalam dekapan Hyunsik terdiam sesaat dari tangis yang ia urai, sebelum akhirnya menjauhkan tubuh pria itu darinya.

"bukan...kau benar2 bukan Hyunsik" ujarnya lebih pasti kini.

"whae? kenapa kau tak percaya kalau aku Hyunsik?" tanya Hyunsik

"karena Hyunsik...tak pernah memanggilku seperti itu" balas Yena sambil melemparkan sihir airnya pada sosok Hyunsik di hadapannya.

Seketika tubuh itu terdorong keras kebelakang, hingga akhirnya membentur piano yang ada di tengah ruangan tersebut.

"Uhuk...uhuk...uhuk" Hyunsik terbatuk karena tersedak air yang Yena arahkan padanya.

Namja itu terbatuk cukup lama, bahkan wajah Hyunsik nampak memerah kini.

"ke...huk..nap..pa kau menyerangku Yena?" sedikit kesulitan Hyunsik berujar.

"berhenti berpura2 menjadi Hyunsik, karena kau bukan Hyunsik" balas Yena

"tidak Yena-ya, aku tidak berpura2. Aku memang Hyunsik, apa kau tak mengenaliku lagi?"

Mendengar itu Yena hanya tertawa sarkas, lantas kembali melayangkan sihir airnya kearah Hyunsik. seketika pria Im itu kembali terhempas, dan kali ini tubuhnya harus membentur tembok bangunan.

"uhk" lenguh Hyunsik menahan sakit

"Hwang Yena, berhenti menyerangku...kau benar2 menyakitiku sekarang" Hyunsik berujar dengan suara rintihan tertahan.

"SUDAH KUBILANG BERHENTI BERPURA2 MENJADI HYUNSIK" bentak Yena.

Water sage tersebut mulai kesal dengan sosok yang ada dihadapannya.

"aku tak berpura2 Yena, aku memang Hyunsik" balas Hyunsik

"bohong"

"tidak Yena...dia tidak berbohong" sebuah suara lain terdengar oleh Yena, membuat wanita itu menoleh.

Mata Yena pun membulat, ketika melihat sosok Seulong berjalan mendekatinya dengan langkah ringan. Senyum sinis tak lupa pria itu kembangkan, seolah ingin mengejek sosok Yena.

"profesor Im Seulong?" Yena berujar dengan suara yang terdengar begitu lirih.

Seulong kian merekahkan senyum di wajahnya, lantas berjalan untuk berdiri di sisi Hyunsik.

"jadi kau Trelos?" tukas Yena kemudian.

"ya, begitulah" Seulong berujar tanpa beban "dan pria yang di sampingku ini adalah Im Hyunsik, kekasihmu" tambahnya lagi

Mendengar itu Yena menggeleng pelan, sambil masih melayangkan tatapan lurusnya pada sosok Seulong.

"tidak...dia bukan Hyunsik, karena Hyunsikku sudah pergi" jawab Yena

"benar...Hyunsikmu memang sudah pergi. tapi...aku membangkitkannya lagi dengan mengambil jiwa Wooseok" jelas Trelos

Wajah Yena menegang mendengar pernyataan Seulong tersebut bahkan dada wanita itu mulai bergemuruh karena rasa kesal yang membuncah.

"kau gila Trelos, bagaimana kau bisa membangkitkan adikmu sendiri dengan mengorbankan jiwa orang lain?" cecar Yena

"aku harus melakukanya Hwang Yena. Karena...Hyunsik adalah kunci masuk untukku kembali ke Magissa"

"apa? jadi....kau"

"ya, aku memanfaatkan tubuh Hyunsik untuk kembali ke Magissa dan setelah aku disana...maka aku akan kembali melenyapkannya" papar Yena.

Darah Yena mendidih mendengar itu, ia begitu marah karena Seulong sudah berani memanfaatkan sosok yang begitu ia cintai untuk kepentingannya sendiri.

"dan kau tahu satu hal lagi Hwang Yena?" tanya Seulong membuat Yena yang tengah tenggelam dalam pikirannya kembali menatap pria tersebut.

"aku memerlukan aura kehidupan yang sudah Hyunsik berikan padamu" tambahnya dengan wajah yang sudah dihiasi seringai.

"Sebab aura kehidupan yang ada padamu adalah aura penyihir murni bukan penyihir hitam seperti yang dimiliki Wooseok. Dan untuk masuk ke Magissa, aku lebih membutuhkan aura yang ada padamu bukan aura Wooseok" jelas Trelos lagi bahkan tanpa diminta.

Mendengar ucapan dari Trelos Yena menyadari kalau dirinya dalam keadaan bahaya, maka dari itu Water sage tersebut bersiap untuk kabur. Namun sial bagi Yena, karena Trelos sudah membaca mantra penarik jiwanya. Membuat Yena segera terjatuh sambil memegang dadanya yang terasa sakit.

"AAAAKH" pekik Yena saat merasakan jantungnya seperti diremat kasar.

Wanita itu meringkuk di lantai berusaha keras untuk pergi walau dengan cara merangkak.

"AKKKH" kembali Yena merintih bersama keluarnya aura kehidupan dari dalam rongga mulutnya.

Yena mulai kesulitan bernafas, kesadarannya berkurang dan kepalanya semakin memberat.

"ARRRGH SAKIIIIT" jerit Yena keras

Senyum Trelos semakin merekah melihat wajah Yena yang terlihat begitu menderita. Pria Im itu puas memandangi Yena yang terus meronta tak berdaya.

"temui adikku di akhirat sana Water sage, semoga kau beristrahat dengan tenang" tukas Seulong sambil menatap tajam sosok Yena yang terus merintih kesakitan.

TBC_

Malam Minggu saatnya Witch
Ayo yang jomblo merapat
Wakawakawaka
Reader: ngaca juseyo

Wokeh, gak usah banyak omong ya. Cukup makasih buat yang udah mampir dan nyumbang votment.

Mohon maaf kalo masih ada ranjau typo dimana2
Eon kembar pamit dulu, see you next part.
🔥pyong💦

Langsa, 3 November 2018
16:59
Otak kedua: Hae_Baragi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro