War

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Langit hitam mengantung menaungi kota Seoul, membuat orang2 awam berpikir hujan besar akan segera turun. Namun tidak seperti itu yang dipikirkan oleh para penyihir putih, mereka nampak resah menatap gumpalan awan hitam yang terlihat lebih pekat dari biasanya. Aura buruk juga mereka rasakan setiap kali angin bertiup membentur tubuh mereka.

"dia sudah memulai ritual membuka pintu ke negeri Magissa" tukas Yeseul sejurus dengan matanya yang mengarah ke langit.

Ahra yang berada di sisi Fire sage tersebut hanya menatap wanita itu tanpa mengucapkan apapun. gadis itu bisa merasakan cemas yang berusaha Yeseul sembunyikan di wajah tenang wanita tersebut.

"Ahra-ya" panggil Yeseul masih dengan tatapan yang mengarah ke langit.

"ne, eon" sahut Ahra

Perlahan Yeseul mengarahkan tubuhnya dan menatap lurus kearah Ahra. Yang ditatap pun hanya diam menunggu perkataan yang akan Yeseul ucapkan padanya.

"pertarungan ini adalah pertarungan besar, yang akan menguras tenaga juga kekuatanmu" Ahra hanya mengangguk pelan merespon ucapan Yeseul, tak coba menyela kata2 sang penyihir api.

"diantara semua penyihir yang akan pergi...sosokmu lah yang paling kuharapkan untuk tetap fokus. Aku tak ingin kau tak kehilangan konsentrasimu sekecil apapun dan mengacaukan semua" lagi Yeseul berujar pada Ahra

"kuharap kau bisa memaksimalkan usahamu kali ini Ahra, lakukan semua yang sudah kau pelajari dan jangan sampai terpengaruh hal2 buruk yang Trelos ucapkan. Ingat...keselamatan semua dryad, ada di tanganmu. Jika kau terbunuh, maka teman2mu juga tak selamat" tambah Yeseul lagi membuat Ahra sempat mematung sesaat.

Gadis itu pun coba mengumpulkan semua keyakinannya setelah mendengarkan semua ucapan Yeseul padanya.

"apa kau sudah siap?" tanya Yeseul sambil mengarahkan tatapannya tepat di kedua manik kembar Ahra

"ne, aku siap" balas Ahra tanpa ragu sedikitpun

"bagus, sekarang sebaiknya kita segera berangkat" kembali Yeseul berujar lantas beranjak dari tempatnya.

Tubuh Ahra ikut bergerak setelahnya, mengikuti Yeseul yang melangkah menuruni tangga guna menemui para dryad yang lain. Minsun, Sooran dan Jaerin pun bangkit dari duduknya saat mendapati sosok Yeseul disana. begitu juga dengan Yan an, Hyungwon, Yuto, Taekwon juga mark. Hanya Wonho yang masih duduk di tempatnya sambil melayangkan tatapa kearah Yeseul lurus.

"kita bergerak sekarang" tukas Yeseul tanpa berniat berbasa basi

"kau yakin tak menyertakan aku dan Yuto dalam pertempuran kali ini?" suara Wonho menjawa ucapan yang Yeseul tujukan pada murid2nya.

Yeseul menggeleng pelan mendengar itu membuat Wonho segera bangkit dari duduknya.

"kenapa?" tanya Wonho lagi

"karena itu bisa membahayakanmu pangeran dan aku...takkan bisa menunjukan wajahku pada ratu jika ada sesuatu yang terjadi padamu" jawab Yeseul

Wonho berdecak pelan mendengar jawaban Yeseul padanya. Alasan Yeseul masuk akal memang, mengingat Wonho tak memiliki kekuatan cukup untuk melawan Trelos. Tapi...Wonho juga merasa kesal kini. Namja itu jadi merasa tak berguna, terlebih di depan calon penampingnya.

"baiklah kalau begitu, aku akan menunggu kalian disini" tak memiliki pilihan, Wonho akhirnya meyetujui apa yang Yeseul rencanakan.

"kalau begitu ayo berangkat" Yeseul kembali memberi istruksi pada semua dryad beserta 2 mancer yang akan ikut bersamanya.

Semua pun bergerak sesuai perintah Yeseul, berjalan cepat mengikuti langkah Fire sage tersebut.

"jankaman" tahan Wonho saat sosok Sooran melewatinya.

Sooran menatap bingung pada Wonho, sebelum kembali mengarahkan pandangannya pada Yeseul yang juga menatap kearahnya dan sang pangeran.

"bisa aku bicara dengan Sooran sebentar?" tanya Wonho meminta izin pada Yeseul

"lakukan, tapi jangan lama2" pesan Yeseul kemudian kembali bergerak bersama yang lain.

Kini tinggalah disana Wonho dan Sooran yang saling pandang tanpa mengucapkan apapun. Wonho terus melayangkan tatapannya pada tiap inchi wajah Sooran, membuat gadis itu hanya membalas dengan tatapan kikuknya.

"oppa, apa kau hanya akan diam saja?" tanya Sooran yang mulai merasa risih dengan pandangan Wonho.

Wonho tak membalas, tangannya justru terhulur mengusap kedua kelopak mata Sooran. Mendapati hal itu Sooran pun secara otomatis menutup matanya dalam keadaan bingung. Tak lama Sooran merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya memaksa matanya kembali terbuka. Gadis itu akan menyuarakan protes pada Wonho, namun tangan pria tersebut lebih cekatan menahan tekuk lehernya membuat Sooran hanya bisa menelan semua protes miliknya.

Bibir Wonho terus menari indah di bilah milik Sooran, membuat degup jantung Sooran berubah tak menentu. Bahkan tangannya tanpa sadar meremat bagian depan kemeja Wonho sambil terus membiarkan pria tersebut mengecap manis bibirnya.

Tak lama tautan mereka terlepas, namun kedua netra itu masih saling melempar pandangan penuh arti. Jantung Sooran yang masih berdetak karuan pun membuat gadis itu hanya bisa membatu di tempatnya tanpa berbuat apapun.

"saranghae" ucapan Wonho semakin membuat degup jantung Sooran semakin bertambah kencang.

"kau harus kembali tanpa kurang apapun mengerti" lanjut Wonho lagi bahkan tanpa meminta Sooran membalas pernyataan cintanya barusan.

"sekarang pergilah, jangan biarkan Yeseul menunggumu lebih lama lagi"

Tangan Wonho terlepas dari tekuk dan pinggang Sooran dan membiarkan gadis tersebut pergi meninggalkannya dengan raut wajah yang terlihat masih bingung. Kebingungan itu bahkan tak juga hilang sesampainya Sooran di dekat mobil Yeseul.

"kau masuklah ke mobil Yan an" perintah Yeseul pada Sooran

"ne, saem" jawab Sooran lantas menuju kendaraan yang ditunjuk Yeseul.

Setelah melihat Sooran memasuki kendaraan Yan an, Yeseul pun ikut masuk ke dalam mobilnya sendiri. Mobil miliknya dikendarai oleh Hyungwon dan diisi oleh Ahra, Minsun dan Yanan. Sedangkan mobil Yan an dikendarai oleh Taekwon, yang diisi oleh Sooran, Mark dan Jaerin.

Mobil Yeseul melaju lebih dulu, disusul mobil milik Yan an. Cepat kedua kendaraan itu melesat membelah jalanan Seoul menuju ke Suraksan, tempat dimana Trelos kini berada. Dengan menahan segenap rasa gugup semua penyihir terus merapal doa dalam perjalan, berharap pertarungan kali ini bisa mereka menangkan.

*

Kabut menutupi jalan setapak yang dilewati para penyihir untuk menuju puncak Suraksan. Sudah lebih dari 15 menit berlalu, semenjak para penyihir itu meninggalkan kendaraan mereka di kaki gunung dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tatapan awas pun mereka layangkan kesekitar, untuk berjaga2 dari serangan Trelos yang mungkin tiba2 muncul.

"ini jalanan yang sama...yang pernah aku lewati dengan Minju saat hiking 3 bulan yang lalu. Tapi kenapa aku merasa, keadaannya jauh berbeda sekarang?" suara Sooran terdengar diantara derap langkah mereka.

Jaerin yang berjalan tepat disisi yang paling muda menoleh, lantas meraih tangan kanan Sooran saat gadis tersebut nyaris jatuh karena tersandung batu.

"semua ini karena kekuatan sihir Trelos, dia membuat tempat ini terlihat suram" Yan an yang berjalan di depan Sooran menjawab ucapan gadis tersebut.

"apa dia benar2 ada disini?" Minsun ikut buka suara, guna bertanya pada Yan an

"keadaan disini sudah menjelaskan semuanya, kenapa kau harus bertanya lagi?" balas Yan an sambil melempar sebuah senyum kearah Minsun.

Kepala Minsun bergerak naik turun mendengar jawaban Yan an, bersama matanya yang menatap sekitar. Seperti yang Yan an katakan, suasana di sana benar2 suram dan Minsun sangat tidak menyukai hal itu.

"kau takut?" tanya Yan an sambil meraih jemari Minsun untuk dia genggam.

"sedikit" aku Minsun

Yan an kembali memberikan senyuman pada Minsun, lantas mempererat genggaman pada jemari sang gadis.

"aku disini, jadi jangan cemaskan apapun" tukas Yan an mencoba menenangkan Minsun.

Minsun ikut tersenyum mendengar ucapan pria China tersebut, lantas ikut mengenggam jemari Yan an.

"Berhenti" perintah Yeseul sembari merentangkan tangan kanannya sebagai isyarat agar semua penyihir yang pergi bersamanya menghentikan langkah mereka.

Seketika semua penyihir membatu di tempatnya, dengan wajah yang terlihat tegang. Tak ada yang berani bergerak barang selangkah pun dari tempat mereka berdiri. Para penyihir itu hanya diam sambil memandang sejurus tatapan sang Fire sage.

"Grrr" sebuah geraman terdengar samar, membuat siapapun yang mendengar akan bergidik.

Yeseul yang berada paling depan kembali mengisyaratkan agar para peyihir mundur perlahan. Hal itu pun langsung diikuti para penyihir tanpa banyak bertanya ataupun membatah. Semua terperangkap dalam ketegangan yang mendominasi kini, dengan tatapan yang mengarah satu titik. Sosok yang menggeram di balik kabut itu pun perlahan menunjukan diri, dengan rupa yang membuat para penyihir membelalakkan matanya lebar2.

"mahluk apa itu?" tanya Sooran yang entah ditujukan pada siapa.

Tak ada jawaban, semua yang ada disana hanya menatap horor pada monster yang baru saja menampakan rupanya para mereka. Montster itu berwujud menyerupai tengkorak dan memiliki 4 kepala di tubuhnya. Dengan langkah terseok2 monster itu pun semakin mendekat kearah para penyihir, membuat mereka semua langsung memasang sikap waspada.

"ARGHHHH...KHUAAAAAA" monster itu meraung lantas meniupkan asap hitam ke arah Yeseul.

Tanggap dengan hal tersebut, Ahra segera membuat tameng dari tanah untuk melindungi Yeseul hingga serangan tersebut gagal mengenai sang Fire sage. Tak mau membuang2 waktu, Ahra juga langsung menggerakan tameng yang ia ciptakan kearah mahluk tersebut. membuat tubuh mahluk tersebut hancur berkeping2.

"semudah itu?" Sooran berujar sambil menarik sebuah senyum di wajahnya.

Mendengar ucapan Sooran, Ahra hanya diam. Jiwa seer yang mengalir dalam tubuh gadis itu seolah mengatakan untuk tetap selalu waspada. Sepasang manik Ahra masih mengarah penuh awas pada sosok yang sudah hancur tersebut, begitu juga dengan Yeseul yang berdiri di sampingnya.

Kretak...kretak...kretak

Kepingan2 tulang belulang itu bergerak pelan, membuat semua penyihir kembali terkejut. Bahkan dengan cepat tulang2 itu menyatu dan kembali menjelma menjadi monster tulang yang tadi mereka lihat.

"astaga...kukira ini sudah berakhir" Sooran mengeluh melihat hal tersebut

"aish...sial" Ahra ikut berujar kesal.

Tangan Ahra bahkan sudah meremat rambutnya pelan, menyalurkan rasa kesal yang mendera di hatinya. Sebenarnya Yeseul merasakan hal serupa, namun wanita bermata ruby itu mencoba untuk tetap tenang. Yeseul tak mau kekesalannya juga rasa panik yang dia rasakan menulari penyihir2 yang lain.

"EON...MENJAUHLAH" pekik Jaerin dari arah belakang.

Yeseul yang saat itu sedikit lengah terperanjat, lantas buru2 melompat mundur dengan gerakan cepat.

DUARR

Tepat setelah tubuh Yeseul bergeser beberapa langkah kebelakang, sebuah ledakan yang cukup besar terlihat. Hal itu cukup semua yang ada di sana terkejut, tak terkecuali sosok Yeseul sendiri.

"oh...tidak" suara Hyungwon terdengar pelan membuat Yeseul memandang pria tinggi itu.

"lihat apa yang muncul" tambah Hyungwon lagi sembari menunjuk kearah depan mreka.

Empat sosok monster lagi keluar dengan bentuk yang berbeda namun tetap dengan rupa yang terlihat begitu menakutkan.

"bahkan kita belum bisa mengalahkan satu yang muncul dan sekarang malah keluar 4 sosok lagi?" tukas Yan an sembari memijat tekuk lehernya.

"berhenti mengeluh dan mulailah bergerak untuk menyerang" perintah Yeseul pada murid adiknya tersebut.

"baik jie jie" jawab Yan an patuh lantas memasang kuda2nya.

Bukan hanya Yan an, empat dryad pilihan beserta Hyungwon, Mark dan Taekwon ikut melakukan hal yang sama. ketiga pria itu bahkan sudah mulai memisahkan diri mereka, guna memilih monster mana yang akan mereka lawan.

Jaerin tanpa sadar mendekat kearah Mark, bersama Yan an gadis itu berniat menaklukkan monster berbentuk bayangan dengan lekuk tubuh menyerupai wanita. Minsun bergerak kearah Hyungwon untuk melawan salah satu monster berbentuk manusia srigala yang berkuran besar. Mengandalkan instingnya, tubuh Sooran beranjak mendekati Taekwon yang akan melawan monster srigala yang lebih kecil. lalu sisa dua monster yang lain diurus oleh Ahra juga Yeseul.

"SERANG" perintah Yeseul seraya mengarahkan tubuhnya pada monster bayangan bermata merah.

Wanita itu bahkan langsung menyerang monster tersebut secara brutal seolah tak mengenal kata ampun. Raungan keras juga suara benturan terdengar karena pertarungan keduanya. Bahkan beberapa pepohonan yang ada di sana tumbang saat tubuh monster itu terhempas oleh kekuatan api Yeseul.

Hal serupa sedikit banyak dirasakan Ahra, gadis Yoo tersebut kembali harus melawan sang monster tengkorak dengan kekuatan tanahnya. Menimpa, melempar bahkan menjepit tubuh monster itu dengan kekuatan tanahnya, tapi tak ada satu pun cara yang dia lakukan yang bisa membuat sang monster hancur. Seolah terdapat magnet yang melekat di tiap bagian tubuhnya, monster itu kembali menyatu sesaat setelah Ahra menghancurkannya.

"aish...kalau seperti ini, lama2 kekuatan kita bisa habis" Sooran mengeluh diantara serangan yang dia berikan pada manusia srigala yang ia lawan.

Seperti hal nya monster yang dilawan oleh Ahra, monster yang tengah dia hadapi pun terus meregenerasi dengan cepat.

"kau takkan bisa mengalahkannya dengan mengeluh nona muda, jadi sebaiknya lancarkan saja kekuatanmu" balas Taekwon sambil berusaha terus menyerang.

"memangnya kau pikir apa yang kulakukan saat ini saem? Bermain boneka? Aku juga sedang berusaha" balas Sooran.

Tak ada balasan dari Taekwon, pria Jung itu lebih memilih berkonsentrasi pada serangannya. Ia -Taekwon- tak ingin fokusnya buyar, hanya karena harus berdebat dengan Sooran.

WUSS...WUSS

Sooran menyerang tubuh monster itu dengan melemparkan batang pohon yang sudah tumbang dengan bantuan kekuatan anginnya. Tubuh sang monster pun terhempas ke belakang, bersama raungan kesakitan yang terdengar disekitar mereka.

Tak cukup puas dengan hal itu, Sooran kembali menghempas sebuah batang pohon yang lebih besar kearah sang monster. Kali ini serangannya mengenai kepala monster membuat kilauan cahaya merah terlihat memancar dari kening monster yang terluka.

"kau lihat itu saem?" tanya Sooran pada Taekwon yang membatu

"kelemahan mereka ada di kening mereka, tepat diantara kedua mata monster2 itu" simpul Tekwon mendengar pertanyaan Sooran.

"beritahu yang lain saem, monster ini akan aku urus" tukas Sooran kemudian melesat secepat yang dia mampu kearah sang monster.

Sooran sempat mengangkat sebuah batu besar yang cukup runcing dengan kekuatan anginnya, lantas menjatuhkan benda keras tersebut tepat di kening monster yang sudah terluka.

DUARRR

Ledakan besar kembali terdengar bersama dengan tubuh sang monster yang berhamburan kesegala arah.

"Aju nice" ucap Sooran untuk dirinya sendiri.

Sebuah senyum puas pun merekah di wajah dryad termuda itu, sebelum akhirnya gadis Lee tersebut memutuskan untuk membantu Ahra yang masih bertarung.

"teman2, arahkan serangan kalian di kening monster2 itu. Tepat diantara kedua mata mereka" Taekwon berteriak keras pada teman2nya dan mengarahkan tubuhnya ke dekat Yeseul.

"Yeseul-a, pergi lah bersama Ahra mencari Trelos. Urusan disini biar kami yang selesaikan" tukas pria itu kemudian.

Yeseul sempat merasa ragu beberapa saat, namun mengingat mereka tak memiliki waktu lagi wanita itu pun menggguk setuju.

"Ahra-ya, serahkan monster itu pada Sooran. Kau...ayo ikut aku" perintah Yeseul

Anggukan Ahra menjawab itu, lantas gadis bermarga Yoo tersebut pun melesat mengikuti sosok Yeseul yang sudah lebih dulu meninggalkan tempat tersebut.

"apa baik2 saja meninggalkan mereka seperti itu?" diperjalanan menuju Trelos, Ahra bertanya pada Yeseul.

"kenapa? kau tak percaya rekan2 mu?" bukan menjawab pertanyaan Ahra, Yeseul justru ikut melontarkan kalimat tanya pada gadis itu.

"bukan begitu, aku...hanya sedikit cemas saja" balas Ahra

Yeseul menarik sebuah senyum tipis di wajahnya, lantas meremat bahu Ahra pelan.

"jangan cemaskan mereka...hanya fokuskan dirimu untuk melawan Trelos. Kau harus percaya pada kemampuan teman2mu, juga pada kemampuan mu sendiri. apa kau mengerti Yoo Ahra?"

"ne, aku mengerti eon" balas Ahra sambil mengangguk

"bagus, sekarang sebaiknya percepat langkah kita" perintah Yeseul sambil memacu langkahnya lebih cepat lagi.

*

Pertarungan sengit masih terjadi di tempat kawan2 Ahra, bahkan situasi semakin memburuk sesaat setelah kepergian sang pemimpin. Padahal mereka sudah menemukan titik lemah para monster, namun seperti bisa membaca penggerakan para penyihir, para monster terus melindungi diri mereka sambil tetap melancarkan serangan

"sial...kenapa mereka terus bisa membaca serangan kita?" rutuk Hyungwon yang mulai kewalahan dengan serangan monster di hadapannya.

Minsun yang saat itu membantunya tak bisa menjawab pertanyaan pria tinggi tersebut, karena fokusnya benar2 tertuju pada sang monster yang dia lawan. Dengan cekatan sang Plant mage terus menerus menarik akar pohon disekitar monster guna memerangkap sosok itu. Usaha Minsun membuahkan hasil, saat tubuh monster yang mereka lawan terlihat meronta mencoba melepaskan diri.

"oppa giliranmu" tukas Minsun pada Hyungwon

Tanpa buang waktu, Hyungwon mengeluarkan sihir apinya lantas mengarahkan tepat pada titik lemah sang monsetr. Seperti rekannya yang sudah lebih dulu tewas, sosok itu juga meraung dengan hebat sebelum akhirnya hangus terbakar karena kekuatan api milik Hyungwon.

"ayo bantu yang lain" ajak Hyungwon pada Minsun.

Sepupu Ahra itu mengangguk, lantas mengarahkan tubuhnya mendekat pada sooran. Hyungwon juga tak mau kalah, pria Chae tersebut membantu Taekwon yang nyaris saja kalah karena kehabisan tenanga.

*

Aura hitam kian terasa ketika tubuh Ahra dan Yeseul tiba di atas puncak Suraksan. Sosok Trelos sudah disana, bersama dengan sosok Hyunsik yang menjadi kunci masuk untuknya ke negeri Magissa.

"wuah...cepat juga kalian sampai" tukas trelos ketika melihat sosok Yeseul dan Ahra tiba disana.

"kalian bahkan sampai sebelum aku membuka gerbang ke negeri Magissa" tambahnya lagi sambil memasang wajah kesal yang dibuat2.

Hal itu membuat Yeseul berdecih kesal sambil memutar bola matanya malas.

"bagaimana sambutan ku untuk kalian? apa..kalian menyukainya?" lagi2 Trelos berujar membuat Yeseul semakin jengah dengan sikap pria itu.

"berhenti bertele2 Trelos, karena aku tahu kau melakukan itu untuk mengulur waktu" sarkas Yeseul.

Trelos mengurai tawanya mendengar ucapan yang baru Yeseul lontarkan, seolah kata2 tersebut bukan sebuah sindiran untuknya.

"kau lebih pintar dari adikmu ternyata, tak heran...kalau sang ratu lebih sering memberimu tugas daripada kembaranmu yang sudah mati itu" seperti biasa, trelos mulai mencoba memprovokasi Yeseul dengan kat2nya.

"aku tak suka membandingkan kepintaranku dengan adikku Trelos, karena...sejujurnya kami pintar di bidang kami masing2" mencoba menekan perasaannya, Yeseul membalas ucapan Trelos dengan suara yang terdengar begitu tenang.

"begitukah? jadi kau tak pernah merasa lebih hebat dari adikmu dan sebaliknya" masih belum menyerah, Trelos kemali melontarkan kalimat provokasi pada Yeseul

"aku bukan kau Trelos, yang merasa iri pada adikmu sendiri dan akhirnya menjual jiwa mu pada iblis. Bagiku...seburuk apapun kemampuanku, asal itu milikku sendiri....maka aku akan tetap bangga dengan hal itu"

"omong kosong, kau berujar seolah kau tak memerlukan sebuah pujian untuk apa yang kau lakukan Hwang Yeseul"

"aku memang tak memerlukan itu, terlebih...kalau pujian itu hanyalah semu belaka" balas Yeseul sambil melayangkan tatapannya tepat kearah netra kelam milik Trelos.

Hal itu langsung membuat Trelos kehilangan kata2nya, bahkan penyihir hitam tersebut hanya bisa bungkam sambil membalas tatapan Yeseul padanya. Tanpa pria itu sadari, diam2 Yeseul mengisyaratkan pada Ahra untuk menyerang. Dan beruntung, Ahra tanggap dengan isyaratnya dengan mengarahkan sihir tanahnya pada Trelos.

BUGH

Sebuah batu besar mengenai dada Trelos membuat pria itu terpental sejauh 3 meter kebelakang. Yeseul cukup puas melihat itu, hal tersebut terlihat dari senyum yang wanita itu kembangkan.

"kita harus merusak kunci masuknya ke dunia Magissa Ahra-ya, jadi...hancurkan Hyunsik dengan kekuatanmu" perintah Yeseul

"aku harus menghancurkannya? Bukankah dia teman onnie?" tanya Ahra tak yakin

"bukan..dia bukan Hyunsik temanku. Karena..." suara Yeseul tercekat di leher karena tiba2 ingatan sosok Yena terlintas di kepalanya.

"...Hyunsik temanku sudah meninggal saat menyelamatkan Yena" tambahnya dengan suara yang terdengear begetar.

Ahra bisa menebak apa yang dirasakan Yeseul, karenanya gadis itu hanya bisa mengangguk pelan sambil mendekati sosok Hyunsik. seperi tahu penggerakan Ahra, Hyunsik pun berusaha kabur dengan mendekati tubuh Trelos. Namun keberuntungan belum berpihak pada pria itu karena Ahra sudah lebih dulu memerangkap kedua kaki pria itu dengan menggeser tanah di tempat Hyunsik berpijak.

"kau mau kemana tuan?" ejek Ahra pada Hyunsik

Wajah panik Hyunsik membalas pertanyaan Ahra, bahkan pria itu sudah melayangkan wajah memelas pada pemimpin dryad tersebut.

"jangan lakukan itu, karena...itu sama sekali tak akan berpengaruh padaku" tukas Ahra lantas menyentak kakinya kuat2.

Sebuah batu besar melayang di udara begitu saja, membuat kedua mata Hyunsik membelalak sempurna. Tubuh pria itu bergetar ketakutan saat benda besar tersebut melayang cepat kearahnya.

BRAKK

Berpikir kalau serangannya tepat sasaran, Ahra harus kecewa karena sosok Trelos ternyata menggagalkan hal tersebut. Dengan kekuatan yang ia miliki, Trelos membuat tameng guna melindungi kunci masuknya ke dunia sihir.

"jangan buru2 merusak kunci milikku Earth mage, sebaiknya kau bersenang2 bersamaku lebih dulu" sinis Trelos lantas melemparkan sebuah sihir hitam kearah Ahra.

*

"kenapa...kau....tak...menyerah...saja....huh" Jaerin berujar pada monster yang dia serang sambil melayangkan sihir es kearah lawannya itu.

Gadis itu mulai kesal kini, melihat sosok yang mereka lawan tak juga terlihat kehabisan tenaga. Bahkan Jaerin merasa monster yang ia, Yan an dan Mark lawan semakin bertambah kuat kini.

"hey...awas" Mark membuat sebuah tameng bayangan di hadapan Jaerin tepat ketika monster tersebut akan menyerang tubuh Jaerin.

Sedikit tersentak awalnya, Jaerin pun segera melayangkan tatapan nya kearah Mark.

"kau baik2 saja kan?" tanya Mark sedikit cemas.

"ne, terimakasih" jawab Jaerin sambil mengangguk.

Mark menghela nafas lega mendengar itu, lantas kembali memfokuskan pandangannya pada sosok monster di hadapan mereka. ketiga penyihir itu sudah nyaris putus asa menyerang monster bayangan tersebut, namun dua ledakan yang terdengar nyaris bersamaan membuat ketiganya sedikit bernafas lega.

"sepertinya kita kan mendapatkan bantuan sebentar lagi" Mark berujar sambil menyungingkan senyuman yang cukup menawan di wajahnya.

Dan baru saja Mark menyelesaikan kalimatnya, sosok Hyungwon dan yang lain sudah bergabung bersama mereka. kini 3 dryad bersama Mark, Taekwon, Hyungwon juga Yan an berdiri sejajar sambil menatap kearah monster terakhir yang masih belum musnah. Tatapan penyihi2 itu terlihat mengintimidasi seolah ingin cepat2 membunuh monster di hadapan mereka itu.

"kalian pergi lah susul Ahra, biar para pria yang berpesta di sini" perintah Hyungwon pada Jaerin, Minsun dan Sooran.

"apa tak apa2?" tanya Minsun sedikit tak yakin

"ne, tak apa...pergilah. oppa rasa Ahra dan Yeseul noona memerlukan bantuan kalian" jawab Hyungwon

Minsun memandang Jaerin juga Sooran bergantian, lantas kembali menatap Hyungwon setelah mendapat anggukan setuju dari kedua gadis tersebut.

"baiklah oppa...kami pergi dulu, semoga berhasil dengan monster ini" pamit Minsun lantas berlalu.

Jaerin dan Sooran menyusul sesudahnya, meninggalkan Hyungwon dan yang lain untuk mengurus monster tersebut.

"GRRRR" monster itu mencoba mengikuti kepergian Minsun dan dua rekannya, namun dengan cepat Mark mengunci gerakan mahluk itu dengan kekuatan bayangannya.

"mau kemana nona? Tidakkah kau mau bersenang2 dengan kami disini?" tukas Mark dengan nada mengejek

Monster itu menggeram marah, membuat kedua mata putihnya bersinar semakin terang. Namun hal tersebut sama sekali tak menciutkan nyali Mark, justru adrenalin pria Amerika itu semakin terpacu kini.

"siapa yang mau menyerang lebih dulu?" tanya Mark pada ketiga rekannya yang ada di sana.

"keberatan kalau aku yang memulai?" tanya Hyungwon

Mark hanya tersenyum, lantas memberi isyarat pada Hyungwon melakukannya. pria Chae itu pun cepat melayangkan kekuatan apinya pada mahluk tersebut, yang langsung mengenai bagian dadanya.

"wuaah...tidak buruk" puji Yan an melihat monster itu meraung kesakitan.

"hyung..kau tak mau mencoba?" tanya Mark pada Taekwon.

Yang ditanya tak memberi tanggapan, membuat Mark menoleh heran pada sosok yang baru saja dia tanyai.

"hyung" Mark menghampiri Taekwon yang jatuh bersimpuh disampingnya.

Wajah Taekwon nampak pucat dengan luka gores yang mengaga besar di telapak tangannya. Mark segera tahu, kalau tenaga Tekwon mulai melemah, pria Jung itu terlalu berlebihan memakai kekuatannya.

"bawa dia ketempat yang aman Mark" perintah Hyungwon

"tapi...bagaimana dengan monster ini?" tanya Mark sedikit enggan.

"masih ada kami, kau tak perlu khawatir" jawab Yan an

Diam sesaat di tempatnya untuk menimbang apa yang akan dia lakukan, akhirnya Mark memutuskan melakukan yang Hyungwon perintahkan.

Pertempuran sengit pun kembali terjadi antara Yan an dan Hyungwon melawan monster bayangan tersebut. keduanya saling bahu membahu memberikan serangan pada sang monster membuat mahluk ciptaan Trelos itu berlahan melemah. Hyungwon tinggal melakukan serangan terakhirnya kini, dengan menyerang titik lemah sang monster. Namun tanpa dia duga, sang monster justru mengeluarkan asap hitam dari mulutnya yang langsung mengarah pada Hyungwon.

"GEGE" Yan an yang melihat itu langsung melesat kearah Hyungwon untuk membantu

Tangan pria itu terhulur untuk membuat perisai air, namun sialnya hal itu sedikit terlambat. Asap hitam yang dikeluarkan monster bayangan itu mengenai lengan Yan an, membuat pria China itu merintih kesakitan.

"Yan an" pekik Hyungwon sembari meraih tubuh Yan an yang terjatuh.

Masih mencoba kembali menyerang, monster itu kembali mengeluarkan asap hitam dari mulutnya. Tak mau mahluk tersebut berhasil untuk kedua kalinya, Hyungwon balas menyerang dengan kekuatan yang lebih besar. Dan hal itu tak sia2 kini, sebab sihir api milik Hyungwon mengenai tepat pada titik lemah sang monster. Lagi ledakan besar terdengar bersama tubuh monster tersebut yang hancur tak bersisa.

"Yan an...kau baik2 saja?" Hyungwon segera meraih lengan Yan an yang terkena sihir monster tadi.

"tanganku hyung...tanganku sakit sekali" rintih Yan an

"bertahanlah Yan an, aku akan coba mengobatimu" Hyungwon berujar sambil membawa tubuh Yan an beranjak dari tempat tersebut.

*

Di puncak gunung pertempuran masih terjadi, bahkan lebih sengit dari saat Yeseul dan Ahra tiba. Dua penyihir itu tampak sedikit kesulitan melawan Trelos yang berhasil mendominasi pertempuran.

"AKH" rintih Yeseul manakala serangan Trelos berhasil mengenai dadanya

Darah segar keluar dari bibir ranum Fire sage tersebut, membuat Trelos segera merekahkan senyum lebar di wajahnya.

"EON" pekik hendak berlari kearah Yeseul.

Tak ingin Yeseul mendapatkan bantuan, tubuh Trelos melesat lebih cepat menghampiri Ahra. tangan besarnya pun segera meraih surai hitam sang Earth mage lantas mengangkatnya ke udara. Ahra merintih, menahan rasa sakit di kepalanya akibat perbuatan Trelos. Kakinya bahkan bergerak untuk menendang tubuh Trelos meski tak berhasil.

"lepaskan dia, bodoh" pekik Yeseul lantas melayangkan sihir apinya kearah Trelos.

Api itu pun mengenai lengan Trelos, membuat pria itu langsung melepas tangannya dari rambut Ahra. tubuh mungil Ahra pun terhempas ke tanah, membuat nya lagi2 harus merintih kesakitan.

"sialan" Trelos mulai kesal dengan sosok Yeseul dan mulai membacakan mantra penarik arwah.

Seketika tubuh Yeseul mengeliat keras bersama erangan kesakitan yang keluar dari bibir wanita tersebut. Ahra yang melihat itu mencoba bangkit, lalu kembali melancarkan serangannya pada Trelos. Sebuah batu besar pun berhasil mengenai tubuh pria itu dan membuat Yeseul terbebas dari sihir penarik arwah milik sang penyihir hitam.

"argh...kalian berdua sungguh membuatku kesal" lagi2 amarah Trelos tersulut karena tindakan Ahra.

Cepat bahkan tanpa terduga, pria itu kembali mengarahkan tubuhnya pada Ahra lantas mencekik leher gadis itu kuat2.

"kau harus mati lebih dulu Earth mage, setelah itu aku akan mengurus master mu yang tak berguna itu" tukas Trelos merujuk pada Yeseul yang tampak tak berdaya.

Ahra tak mampu membalas ucapan trelos padanya, yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba meronta untuk melepaskan diri dari kekuatan pria tersebut.

"jangan banyak melawan nona muda, sebaiknya terima kematianmu dengan tenang"

Bersama dengan kata2 itu, Trelos semakin mengeraskan cekikan di leher Ahra. Membuat penyihir tanah itu sedikit kesulitan meraup oksigen guna mengisi paru2nya. Kepala Ahra bahkan mulai terasa pusing kini, wajahnya gadis Yoo tersebut pun sudah mulai membiru.

Ahra ingin pasrah dan menjemput kematiannya dengan damai, namun ada sisi dirinya yang seperti tak mengizinkan hal itu. Terdorong keinginan hatinya itu lah, Ahra tetap berusaha untuk sadar meski terasa sulit.

"selamat tinggal Earth mage, pergilah dengan tenang" seringai Trelos terlihat oleh pandangan Ahra yang mulai samar.

TBC_


Langsa, 8 Desember 2018
17:20
Otak kedua: Hae_Baragi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro