[13]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo reader baru, makasih ya udah mampir baca ff ini. Jangan lupa bintangnya ditekan dulu sebagai reward sang penulis yang capek ngetik dan lebih capek revisi cerita jadul ini menjadi lebih baik (gak lebih baik karena kualitas tulisan masih harus diperbaiki lagi).

© Gyuberry Hojae

****

"Daniel terlihat tak sehat. Dari tadi ia berkeringat tanpa henti. Suhu badannya sangat tinggi," komentar salah satu manajer memberi tahu staf lain termasuk Eunbi.

"Apakah dia demam?" tanya salah satu asisten Eunbi ingin tahu.

"Sepertinya begitu. Tapi lebih pastinya aku yakin dia demam biasa," balas Manajer Kang mengangguk optimis. Laki-laki flamboyan bertubuh kekar itu berharap Daniel cukup kuat menyanyikan satu lagu lagi di acara musik.

"Tidakkah seharusnya Manajer Kang membawa Daniel ke rumah sakit untuk memastikan kondisi kesehatannya?" tanya Eunbi.

"Kau benar, Eunbi-ssi. Maukah kau mengantarkan Daniel ke rumah sakit? Aku tak bisa mengawal member lain ke mana pun selain hanya ke asrama saat ini."

"Naega wae, Manajer Kang?" protes Eunbi membeliakkan mata tak terima.

"Jangan banyak protes Eunbi-ssi, sebentar lagi kau juga ditunjuk menjadi salah satu manajer W1 juga."

"Mwo?" Eunbi terguncang, ia bekerja hanya menjadi stylish. Bukan menjadi manajer.

"Anggaplah ini permulaan sebagai manajer untukmu. Mari berbagi tugas Eunbi-ssi." Manajer Kang segera menuju ke ruangan lain. Meninggalkan Eunbi yang masih terpana mendengar kata-kata yang baru saja didengarnya. Manajer? Ugh... Merepotkan sekali ketika dia berencana mundur dari agensi sebagai stylist tetap. Eunbi ingin mengejar beasiswa di luar negeri. Sayangnya langkahnya terganjal lagi.

Seperti yang diduga, Daniel tak sehat. Ia menjadi lebih lemas begitu turun dari panggung. Beberapa penonton cemas menyaksikan Daniel dipapah staf. Daniel memasuki sebuah van di mana Eunbi sudah standby.

"Noona, chuwo," keluh Daniel melipat kakinya kedinginan. Bibirnya bergerak tak terkendali. Buru-buru Eunbi menyuruh sopir van berwarna hitam itu mematikan AC mobil. Dengan segera Eunbi menarik syal yang menutupi lehernya dan dililitkan ke leher Daniel. Betapa terkejutnya gadis itu merasakan tubuh Daniel panas luar biasa.

"Daniel-ah, neo gwenchana?" tanya Eunbi cemas dan mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuh Daniel. Tangan Eunbi segera mengambil ponselnya untuk menghubungi manajer Kang, mengabari kondisi Daniel.

"Noona, jangan hubungi siapapun saat ini," pinta Daniel menahan lengan Eunbi. Di layar ponsel Eunbi, muncul nama Manajer Kang sudah menjawab panggilannya. Kemudian panggilan itu berakhir. Daniel menatap Eunbi dengan lekat dan tenang. Bibirnya tersenyum manis melihat gadis itu mencemaskannya.

"Noona, tetap diam di sisiku. Aku tak ingin ada siapapun selain Noona sekarang."

"Ckk... Kau masih sakit malah memikirkan soal ini Daniel-ah. Masih saja bersikap seperti anak-anak." Eunbi memasang wajah cemberut, menyusupkan ponselnya ke dalam blazer. "Aku bertaruh begitu sampai di rumah sakit, demammu akan turun."

"Kalau ada Noona, aku akan baik-baik saja."

"Berhentilah bicara. Cepat tidur atau aku akan menyuruh sopir untuk menurunkan aku di sini juga," kecam Eunbi.

"Jangan begitu, Noona cukup di sini saja menemaniku tidur," pinta Daniel dengan suara memelas penuh permohonan. Eunbi mendesah kuat-kuat.

"Terserah apa yang kau lakukan," gumamnya datar dan melipat tangannya ke pangkuannya sendiri. Eunbi menyandarkan kepalanya ke jok belakang yang empuk. Tak ingin bicara lagi.

"Noona, aku menyukaimu," kata Daniel. Tangan panas yang gemetar itu meremas tangan Eunbi. Eunbi terkejut menerima sentuhan panas Daniel. Tapi Daniel tak membiarkan tautannya terlepas. "Noona, biarkan aku istirahat oke."

"Apa yang kau lakukan," komentar Eunbi panik. Daniel beringsut mendekat. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Eunbi. Eunbi tak protes meskipun ia enggan berada di dekat Daniel. Setidaknya Eunbi memaklumi Daniel sedang sakit.

Dada Eunbi perlahan berdesir dan tangannya balas meremas tangan Daniel.

Melihatmu yang kelelahan begini aku tak tega Kang Daniel. Kau membuatku ingin melindungimu.

Eunbi mengerjap dengan cepat, terkejut menyadari pikirannya yang tak jelas seperti ini. Ia menggeleng, menolak otaknya untuk menerima Daniel. Namja itu terlalu gigih untuk mengejarnya. Eunbi tahu, Daniel tak pernah kecewa ditolak olehnya setiap kali mengajaknya pergi menonton film atau menikmati minuman di café. Eunbi ragu akan ketulusan laki-laki yang usianya lebih muda darinya.

***

"Ahjussi, bisakah kita berhenti di sini?" tanya Daniel melihat ke sebuah pertokoan yang mulai sepi di malam hari.

"Mworago?" tuntut Eunbi tak senang. Daniel yang baru saja selesai periksa di rumah sakit berhenti di sebuah toko yang menjual aksesoris.

"Noona, tunggu di sini. Aku ingin membeli sesuatu," kata Daniel. namja itu menutupi wajah pucatnya dengan topi dan kacamata. Tak lupa jaket hitamnya menutupi bajunya yang belum dilepas sejak dari stasiun TV. Daniel turun dari van sendirian.

Lima belas menit Daniel berada di luar. Eunbi cemas jika saja Daniel pingsan di tempat. Sebelum Eunbi turun dari van untuk menyusul Daniel, senyuman lebar Daniel muncul dari depan pintu.

"Noona, ini untukmu." Daniel menyerahkan sebuah kotak berlapiskan kain beludru yang lembut.

"Apa ini?" tanya Eunbi mulai membuka kotak itu. Bibir Eunbi membulat terkejut menerima hadiah indah yang ada di dalamnya. Sebuah kalung cantik dengan bandul miniatur ikan mandarin yang cantik.

"Aku nyaris lupa untuk mengambil ini kalau tak melihat toko akuarium tadi. Kau suka kalung ini, Noona? Maaf aku tak bisa memberikan ikan hias yang sesungguhnya. Aku takut Noona kehilangan jika ikannya mati karena Noona tak bisa merawatnya. Jadi aku hanya bisa memberikan kalung ini untuk Noona. Agar kau selalu membawa ikan hias Noona ke mana pun Noona ingin pergi."

Eunbi tak sanggup mengatakan sepatah kata pada Daniel. Ia menyukai ikan hias, dan ingin membawanya ke mana pun Eunbi pergi. Namun, namja itu memberikan kejutan untuknya. Perlahan air matanya mulai menggenang.

"Daniel-ah, gomawo. Aku menyukai hadiahmu," kata Eunbi tulus.

"Bagaimana kalau ini sebagai hadiah untukku Noona?"

Daniel menjentikkan telunjuknya ke pipinya dan tersenyum ragu-ragu. Eunbi yang menyadari maksud Daniel segera mengecup pipi namja itu dengan cepat. Muncul semburat merah menyala di pipinya. Eunbi memalingkan muka. Tak sanggup melihat ekspresi Daniel yang terlonjak senang.

"Noona, naekko haja," ucap Daniel mengambil kalung berbandul miniatur ikan biru dan mengalungkannya ke leher Eunbi.

"Cantik," puji Daniel melihat bandul biru yang kontras dengan leher putih Eunbi.

"Pak Sopir," kata Daniel tersadar ada orang lain selain mereka berdua. Daniel menempelkan jari telunjuk ke bibirnya, meminta si sopir menutup mulut atas rahasia sang idol.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro