• Don't Leave me •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

●●●●

"Mungkin memang aku sudah tidak punya kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya."

Bastian Langit Wijaya

●●●●

JAKARTA, 2020
Keesokan harinya setelah Ezra bertemu dengan Bastian.

Bastian memikirkan apa yang dikatakan Mawar dan Ezra. Ia harus menemui Azalea walau sekali, yang sebenarnya Bastian rindu sekali dengan Azalea. Akhirnya Bastian berniat bertemu Azalea dan setelahnya baru pulang ke Singapore untuk meminta ijin tinggal di Indonesia kembali.

Segera Bastian menuju toko bunga Mawar. Ia memutuskan untuk memakai sepeda ayahnya yang sudah lama tidak terpakai semenjak kepergian ke Singapore. Di perjalanan ia mengayuh dengan semangat.

Saat sampai di toko bunga dengan hati yang harus siap. "Permisi."

"Iya, mau cari apa?" tanya Nina, karyawan baru yang menggantikan Rina, karena Rina tidak diinzinkan kembali bekerja oleh suaminya.

"Eh ... Mas yang kemarin ya. Bu Mawarnya sedang keluar negeri mas," sahut Nina.

"Saya bukan nyari tante Mawar kok, tapi cari Azalea. Lea ada disini, Mba?"

"Oh Mba Lea. Sepertinya ada di rumah bersama Adiknya. Soalnya dia tidak ikut."

"Oh ... Yaudah mba tolong bikinkan 1 bucket bunga Azalea ya," pinta Bastian.

Bastian akan kerumah Azalea. Untuk menemuinya. Dan memeberikan kejutan yang mungkin Lea akan senang dengan kembalinya Bastian. Setelah bucket bunga jadi dan Bastian juga sudah membelikan Coklat dan ice cream kesukaan Azalea.

Bastian mengayuh sepedanya menelusuri jalan. Karena lumayan jauh. Dengan hati yang berbunga-bunga Bastian sepanjang jalan tersenyum penuh arti.

Saat sampai di petengahan jalan Bastian melihat Lea dan 1 orang laki-laki yang Bastian tidak tahu itu siapa. Bastian segera turun dari sepedanya, Bastian memperhatikan Lea dan Aksa dari jauh.

Bastian memperhatian dari jauh agar tidak terlihat Azalea ataupun laki-laki yang di sebelahnya. Hati Bastian kini remuk sudah untuk yang kesekian kalinya. Ia menatap Lea dengan sendu sambil membawa Bucket Bunga Azalea, coklat dan ice cream.

"Lea, apakah kita ga bisa bersama?" lirih Bastian.

"Tapi ini bukan salah kamu, Le. Ini salah aku yang sudah terlalu lama menjemputmu kembali padaku."

Beberapa menit Lea mengenggam tangan laki-laki itu, Bastian yang melihatnya semakin sakit. Sampai penyakitnya kambuh, ia sesak napas. "Lebih baik aku tidak melihat, Le. Dari pada aku melihat langsung seperti ini. Perih sekali... "

Dan beberapa menit kemudian laki-laki itu memeluk Lea. Entah apa yang mereka bicarakan. Bastian sudah tidak tahan lagi, semakin ia tak bisa napas. Ia menjatuhkan bucket bunga Azalea, coklat dan ice cream ke tanah. Dan segera menelpon pak Kamir yaitu supir yang menemaninya di rumah lama.

Bastian sudah tak tahan lagi, semakin sesak dirasa, semakin sakit hatinya melihat Azalea. Mobil yang dibawakan pak Kamir langsung berhenti tepat di samping Bastian yang sudah mulai lemas. Pak Kamir segera membawa Bastian pulang kerumah. Sepeda yang Bastian bawa akan diambil kembali dengan Pak Kamir setelah membawa Bastian.

Setelah sampai Bastian semakin drop, Bi Inah cemas dengan keadaan Bastian ia menelpon Bagas. Dan setelahnya anak buah Bagas yang berada di Indonesia segera membawa Bastian pulang ke Singapore.

●●●

"Jadi ... Ayah aku suruh aku melanjutkan study kedokteran atau dokter umum seperti Ayah ka. Sedangkan aku mau ngambil desain grafis seperti Bunda, mau mencapai impian aku," Aksa mulai menyimak apa yang dibicarakan oleh Lea.

"Aku bingung harus bagaiamana lagi, buat yakinin ayah agar setuju aku mengambil desain grafis ... Udah banyak lakuin cara, tapi semuanya nihil," lirih Lea ia tak sanggup memendam perasaan yang ada dihatinya.
Mata Lea berlinang, pelupuk matanya sudah tegenang air perlahan jatuh kepipinya. Aksa langsung memeluk Lea, ia pun terpatung.

"Kakak tau kok, pasti buat hati kamu terluka," ucap Aksa di sela-sela mereka berpelukan. Sesaat Lea langsung melepas dan menghindar dan memebuat Aksa kaget.

"Maaf."

"Gapapa ka, aku pulang dulu ya. Terima kasih udah mau denger cerita aku dan terima kasih juga lukisannya," ucap Lea ia langsung bangun dan pergi perlahan meninggalkan Aksa. Di sepanjang jalan, Lea kepikiran kenapa ka Aksa tiba-tiba memeluknya.

Atau mungkin aku cerita yang tadi, membuat ka Aksa jadi tidak tega, batin Azalea

Sesaat ia tepis pikirannya dan melajutkan perjalanannya menuju toko bunga untuk bantu tutup toko. Sesampainya disana Lea mulai mengemasi bunga-bunga yang terpajang di depan toko Bundanya.

"Eh Lea"


"Eh mba Nina, yuk beres beres. Lea bantu beres beres ya ... Oiya Bunda udah bilang kan kalau garden di tutup sementara."

"Udah kok."

"Oke, yuk kita beres-beres," sahut Lea.

"Oiya, Lea tadi ada laki-laki. Mungkin sebaya sama Lea. Dia dateng kesini tanyain Lea. Dia juga udah beli bunga, coklat dan ice cream."
"Siapa namanya mba?"

"Siapa ya ... Mba juga nggak tau."

"Tapi nggak ada yang nemuin Lea mba ... Yaudah biarin mba, nanti kalau butuh juga kesini lagi," acuh Lea. Ia langsung mengemasi bunga-bunga yang sebagian masih di luar garden.

Paling Ezra, Batin Lea.

"Nanti kalo orang itu nanyain Lea lagi. Bilang aja Lea ga akan mau temui dia."

"Siap."

Setelah 30 menit, garden sudah di tutup oleh Lea dan hari juga semakin gelap. "Mba Nina pulang dulu aja, nanti Lea yang kunci tokonya."

"Oke siap, mba pulang dulu ya." Nina langsung melangkahkan kakinya menjauhi garden
Lea masuk kedalam dan menuju ruang yang selama ini menjadi tempatnya bersantai bersama keluarganya, tak sengaja Lea ketiduran selama 2 jam di toko bundanya. Ia langsung melihat ponselnya, ternyata Hebras sudah menelpon 25 kali.

Hebras
|Ka dimana? Kok Hebras ditinggal sendiri di rumah?
|Ka bales lah
|Tega banget Eba ditinggalsendiri di rumah :(
|Ka
|Ka, bales...

Azale melihat spam chat dari adiknya, ia merasa tidak tega dengan adiknya yang ia tinggal sendiri di rumah.


Kakak ada di toko Bunda, tadi mau bangunin ga tega. Kamu tidurnya pules banget|


|Tadi bangunin aja ka, yaudah kalo udah selesai cepet balik


Iya-iya|

Azalea segera mengunci pintu dan berlalu pergi dari garden menuju rumah. Di sepanjang jalan Azalea ia mengayuh sepeda sambil merasakan angin sore. Hatinya kini mulai tenang. Pikirannya pun agak sedikit lega setelah bercerita kepada ka Aksa.

Dan Lea pun berhenti tepat di perumahan komplek Bastian. Ia mengingat memori kenangan dulu yang tersimpan rapi di ingatannya.

Azalea berniat mampir sebentar ke taman. "Paman."

"Eh non Lea, pasti mau ketaman. Atau mau ketemu den Bastian?"

Lea bingung, kenapa ada Bastian disini. "Bastian pak?" tanya Lea memastikan.

"Iya, den Bastian tadi kesini. Trus dia pergi lagi sama anak buahnya Pak Bagas pakai mobil, sekitar 1 jam yang lalu."

"Kemana perginya pak?" Pak satpam hanya menggeleng. Azalea segera pergi kerumah Bastian yang lama. Lea mengetuk pintu tetapi tidak ada yang menyaut. Lea panik, ia harus mencari Bastian kemana lagi.

Tiba-tiba seseorang membuka pintunya. Yang ternyata adalah bi Inah pembatu lama keluarga Bastian.

"Non Lea," ucap Bi Inah. Ia mengenal Lea saat Lea masih bermain dengan Bastian.

"Bastian mana bi?" tanya Lea.

"Den Bastian udah pergi, Non," ucap Bi Inah.

"Pergi kemana bi?" tanya Lea dengan perasaan yang semakin tak karuan. Semua bercampur menjadi satu.

"Pergi kembali lagi, Non."

"Kenapa dia nggak nemuin Lea dulu, Bi?" Lirih Lea, kakinya melemas, ia langsung jongkok seketika. Air matanya sudah mengalir membasahi pipi dan lantai rumah Bastian dengan tetesan air mata Azalea.

Bi Inah yang melihatnya tidak tega. "Mungkin sekarang sudah naik pesawat, Non."

"Non Lea masuk dulu yu," ajak Bi Inah.

Tangisan Lea semakin kencang. Ia tidak menyangka, kenapa bastian setega itu padanya. Lea yang menunggunya terlalu lama, kenapa dia tidak menemui Lea? Apakah hanya Lea yang mengharapkan Bastian? Hanya Lea yang merindukan sosok sahabat terbaiknya sekaligus cinta pertamanya?

"Lea pulang, Bi."

Lea langsung pergi meninggalkan Bi Inah. Lea mengayuh sepeda dengan kencang. Dan berhentilah di taman bermain, saat Lea dan Bastian menghabiskan waktu masa kecilnya.

Lea duduk ditaman itu dengan perasaan kacau, terasa menyakitkan untuk dirasa. Awan hitam mulai menghiasi langit. Tetapi, Lea tak kunjung beranjak dari tempat itu. Buliran air dari awan hitam mulai menetes ke bumi dan juga membasahi tubuh Lea.

"Bastian jahat," hardik Lea. Ia berbicara sendiri saat hujan mulai membsahi tubuhnya.

"Bastian ingkar janji."

"Kenapa nggak mau temui aku, Bas?"
Lea memegang dadanya, ia sakit hati dengan semua perlakuan Bastian

"Benci Bastian!!" Tangisan Lea pecah dikala hujan yang terus membasahi badannya. Membuat suara Lea menyaru dengan suara hujan yang semakin memburu.

●●●●●

Ehemm....
Balik lagi. Hihihi
Up lagi nihh...

Jangan lupa dukungannya ya sayangku...
Lop u 🖤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro