06 Little

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dick Grayson terdorong mundur, tidak ada peluru, bunyi keras senjata api hanya menyisakan sebuah bendera bertuliskan 'This is joke' keluar dari ujung pistol. Tim Drake tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya, Dick Grayson memandang nanar pemandangan mengerikan yang tidak pernah terbayang akan dia lihat setelah tiga tahun lamanya.

"Tim, apa ini lelucon?"

Dia ingin mencoba membohongi dirinya sendiri. Tangannya berusaha menggapai yang dibalas cekalan, Tim terdorong mundur sementara dari belakang si bocah Anubis menariknya mundur. Satu sabetan pedang menggores pergelangan tangan Joker yang kini menjerit histeris.

"INI UNTUK KAKAKKU," bocah itu meraung. Pedang yang satunya sudah berhasil menancap di perut Joker.

Dick melempar baterang asap memecah fokus si bocah, segera setelahnya memukul perut si bocah yang membuat anak itu tersungkur, Robin dengan sigap melesat membawa si bocah terbang menjauh setelah sempat melempar belati ke kaki kanan Joker.

"Hei Tim, apa kamu baik-baik saja?"

Dengan napas tersengal-sengal Joker masih menampilkan senyuman yang mengiris dadanya. "Siapa itu Tim? Ini Joker dan kamu Batsy!"

"JOKER SUDAH MATI!"

Berapa kali dia harus mengatakan hal demikian?

"Aku mati?" Laki-laki kurus di depannya mengetuk-ngetuk kening, "AKU MATI? AHA? APA AKU HANTU? HEI HEI BATSY APA KITA BERDUA HANTU?"

"Aku tidak peduli lagi." Dia bergegas menarik lengan pria kurus itu. Dari balik topengnya air matanya mulai menetes, dia harus menjadi keras kepala jika ingin Timmy-nya kembali ke kondisi semula.

"Hei hei Batsy."

"Namaku Dick Grayson dan namamu Timothy Drake."

"Joker tidak punya origin," katanya tenang. Cenderung sangat tenang hingga Dick mengira Tim kembali. Namun, setelahnya adalah perkataan paling menyakitkan untuknya. "Batman hanyalah Batman, dan Joker hanyalah Joker. Begitu yang selalu kita mainkan."

Dia mengepalkan tinjunya, pikirannya luar biasa rumit. Jika ini terus berlanjut, satu-satunya cara yang dia pikirkan adalah mati bersama Tim saat ini juga. Tak apa baginya menyusul Bruce Wayne setelah tiga tahun berpisah. Dia tidak mau Tim menjadi gila sepanjang hidup.

Dia tidak mau.

Namun, dia juga tidak diizinkan untuk melarikan diri.

"Kita tidak pernah bermain."

"Jika begitu kita bisa memulainya."

Joker mencabut pisau belati yang menancap di kakinya serta tanpa aba-aba menusuk punggung Dick. Cengkraman tangan terlepas, dia dengan senang melayangkan sebuah tinju yang membuat tubuh Dick terhuyung. Disusul sebuah bom asap dan ucapan, "Sampai jumpa, Batsy."

.
.

Dick Grayson membuka mata, dadanya sesak, kulitnya dipenuhi keringat. Dia menengok sekeliling, kamar asing tetapi familiar menyambut dirinya. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya sebisa mungkin tetapi kembali jatuh ke kasur empuk. Energinya seperti terkuras habis, bom asap yang Tim lempar ke arahnya tadi malam mirip milik Scarecrow yang mengungkapkan ketakutan terbesar lawan.

Dia tidak ingat apa yang terjadi dalam realitas nyata.

Seingatnya, setelah Tim pergi dia melihat bayangan Bruce tiga tahun lalu. Dia mengikuti mentornya, sebuah jalan gelap menunggu. Ditekan perasaan traumatis dia memejam mata sejenak. Sebuah surat kabar mulai berjatuhan dari udara kosong. Sebuah berita kematian Jason Todd, adiknya yang satunya diumumkan ke publik. Dia menggenggam erat kertas itu. Ketakutannya menjadi-jadi, perasaan was-was membuat kulitnya merinding.

Dia kembali mengikuti Bruce yang berjalan ke arah kegelapan.

Cahaya terang setitik demi setitik melebar, bayangan Tim dengan kostum Robin mengikuti Bruce. Anak itu melihat-lihat arloji, "B, kita tidak boleh telat untuk menyambut kepulangan Dick."

"Dia tidak akan kembali."

Dia di sini. Dick Grayson hanya butuh satu langkah untuk bisa meraih tubuh Tim, mencoba membawa adiknya ke dalam pelukan hangat seorang kakak yang sibuk. Namun, tangan Bruce menghentikannya. "Dia tidak akan bersama kita."

Seakan ada ribuan tangan yang menariknya, tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Satu-satunya yang bisa lihat adalah sebuah puing-puing bangunan yang habis terbakar. Traumanya.

Dia segera memejamkan mata bersamaan dengan tepukan pelan di pundak sebelah tangan. Begitu matanya terbuka, tetangganya agak terkejut sebab tangannya telah mencekik leher yang terbuka. Keduanya canggung satu sama lain ketika Dick melepaskan tangannya.

Lewat ekor matanya Dick bisa memastikan kakaknya Damian meletakkan sebuah bubur di atas nakas. Lelaki yang agaknya lebih muda menarik kursi di meja belajar dan papan tulis kecil. [Apa yang terjadi?]

Harusnya dia yang bertanya, mengapa dia ada di sini alih-alih Manor Wayne.

"Sepertinya aku mabuk dan berjalan-jalan sendiri untuk menghindari berbagai fans, ya kamu tahulah aku cukup terkenal di kota ini. Haha."

Oh ayolah. Dick tidak bisa kalau didiamkan.

"Dan ngomong-ngomong bagaimana caraku menyusahkanmu semalam?"

[Kamu memakai kostum kelelawar]

"Haaa."

Dia menghembuskan napas panjang. Jari jemarinya saling bertautan. Pada akhirnya sikap ceroboh dan kurang berhati-hati datang lagi. Sedikit terkekeh, dia tidak menyangka akan ditemukan secepat ini oleh tetangganya yang baru beberapa hari dia kenal.

"Jadi ya aku-"

[Apa Haloween di Gotham datang lebih cepat?]

"Maaf?"

Orang di depannya kembali menulis, Dick mulai merilekskan tubuhnya. Sesekali dia mengintip tulisan belum selesai si jaket merah.

[Aku tidak sering merayakan Halloween, tetapi ku pikir anak-anak akan suka kostum superhero. Aku dengar Gotham tempat tinggal Batman. Hanya tidak disangka tetanggaku masih bersikap kekanak-kanakan. Atau kamu hanya ber-cosplay?]

"Iya, aku sedang ber-cosplay." Dia ingin menertawakan dirinya sendiri. "Aku seksi bukan saat memakai kostum itu?"

[Terlihat konyol]

"Dasar tidak punya selera," keluh Dick. Dia mengulum senyuman, "Dulunya aku polisi dan masih sering berlatih yoga sampai saat ini, kamu harus mengakui kalau bentuk tubuhku seksi dan keren."

Datang darimana perasaan nyaman ini. Biasanya dia jarang mengoceh bahkan ketika ada Alfred di sampingnya. Tiga tahun belakangan dia mengisolasi diri dari dunia luar. Satu-satunya teman bicaranya hanya Alfred yang selalu tau kebutuhannya tanpa diminta. Tanpa pria itu Dick Grayson hanyalah si pewaris tahta yang pemurung. Sangat jauh dari sepak terjangnya sebagai polisi dan detektif di Buldhaven.

"Sepertinya aku teringat sesuatu."

[Apa?]

Dick sudah memutuskan sesuatu! Dia akan mengenal tetangganya lebih dekat dari perkiraannya.

"Siapa namamu?"

[Damian memanggilku Akhi]

"Eung, bukannya itu panggilan lain dari Kakak?"

[Iya. Kamu boleh ikut memanggilku dengan panggilan itu]

Seperti ada yang mengganjal, Dick menginginkan matanya. Dia taksir umur pria di depannya lebih muda beberapa tahun, dilihat dari masa pertumbuhan yang belum optimal. Kakaknya Damian bisa lebih tinggi lagi dalam beberapa tahun, dan soal otot yang tidak bisa disembunyikan walaupun memakai jaket dia sangat iri.

Sebelum lebih iri, Dick Grayson akan mempertahankan otoriternya sebagai fosil. "Aku lebih tua!"

[Dari mana kepercayaan dirimu itu?]

"Nah, karena kamu lebih muda bagaimana dengan Little brother?"

[Ew]

"Aneh ya. Hm, biar aku pikirkan. Little ... Littlewings, bagaimana?" Itu lucu. Dia bangga dengan penamaannya yang sangat menggemaskan. Tidak segera mendapatkan respon yang dia inginkan dia kembali memanggil, "Littlewings?"

[Aku sedang berfikir apakah harus memasukanmu ke sekolah dasar atau tidak, penamaanmu benar-benar jelek]

"Apa kamu terharu karena nama panggilanmu begitu imut?"

Matanya melebar, Littlewings-nya memijit kening. Urat di punggung tangan bisa diisyaratkan sebagai menahan kesal, dia tersenyum paling manis dengan wajah yang dibuat paling memelas.

[Lupakan. Panggil aku semaumu]

Perasaan apa ini?

Dia senang hanya dengan sekedar interaksi singkat mereka.

"Ah, ngomong-ngomong apa kamu sudah memberitahu Alfred dan Jon aku sedang berada di sini?"

[Jon sedang bermain dengan Damian. Apa kamu bisa makan buburmu sendiri? jika iya aku akan menjemput mereka]

"Aku bisa sendiri."

[Bagus. Memang aku tidak punya niat menyuapi bocah besar sepertimu]

Dick tertawa terbahak-bahak, ini sungguh lucu, dia suka dekat dengan tetangganya. Dia akan memastikan hubungan mereka kedepannya akan semakin baik.

[Sinting]

"Ya ya terimakasih pujiannya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro