Sudut Pandang Pria - Miliarder

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Pada suatu hari, terlihat seorang pemuda dengan seragam sekolah yang lusuh berjalan menyusuri terotoar. Wajah pemuda itu menunduk menatap jalan beraspal.

Nama gue adalah Kevin dan gue adalah salah satu siswa dari SMA Makmur Jaya.

Tiba-tiba, gue berhenti karena melihat tiga kaki yang menghalangi jalan gue. Kepala gue mendongak ke depan, di mana terlihat tiga orang yang harus gue hindari.

"Lihat! Kebetulan sekali kita melihat Si Miskin ini," ucap salah seorang dari mereka yang berdiri di tengah kedua temannya

"Kau benar," temannya yang berdiri di sebelah kiri tersenyum sinis pada gue.

"Enaknya kita apain ya, Si Miskin ini?" ucap temannya yang berdiri di sebelah kanan.

Gue menatap datar mereka bertigq. "Jangan halangi jalan gue!" sepertinya mereka semua ketakutan melihat muka gue yang memang agak seram. Sumpah! Gue mau cepat pulang terus mandi dan istirahat. Tapi tiga curut ini menghalangi jalan gue.

Tapi tetap saja, mereka tidak akan meninggalkan gue sebelum berhasil membully gue. Ya! Itu adalah kebiasaan mereka saat di sekolah dan pulang sekolah. Namun hari ini, gue tidak bisa mereka bully karena kami semua 0tengah di awasi oleh para guru dalam mendekorasi sekolah untuk penyambutan pemilik sekolah kami tadi.

Salah seorang dari mereka mendekati gue dan dengan santainya merangkul bahu gue. "Kita gak akan ninggalin Lu, sebelum Lu kita bully. Si Miskin," ucapnya dengan nada bercanda. Gue muak banget dengar suaranya yang belagu.

"Minggir! Gue mau pulang!" gue gak teriak tapi tetap saja, ada nada jengkel di suara gue.

"Berani juga lu, ye?" Dimas menarik tangannya yang merangkul bahu gue.

Ia mengambil ancang-ancang untuk memukul gue, tetapi gue dengan sigap menahan tangannya dan memutar tubuhnya ke belakang lalu menendang pantat Dimas dengan keras.

Pemuda itu tersungkur ke jalan dengan wajah menghantam aspal. Gue melihat kedua temannya tengah bersiap melawan gue. Salah seorang dari mereka melayangkan tinjuannya, tetapi gue dengan gesit menghindar lalu menghadiahkan tinjuan yang kuat membuat orang itu jatuh terlentang. Tanpa aba-aba, gue menendang perut dia sebelum menyerang gue duluan, hasilnya dia jatuh terduduk sambil memegangi perutnya yang sakit.

Gue menghela nafas lelah. "Sudah gue bilang, kan? Supaya Lu semua minggir?!" gue dengan santainya ninggalin mereka dan berjalan menuju kosan gue.

.

Akhirnya, gue sampai juga di kosan. Ya! Inilah tempat tinggal gue. Sebuah kosan sederhana dengan perabotan seadanya dan bangunan yang sudah tua.

Di dalam kosan gue cuman ada satu tilam, beberapa perabotan memasak, dan satu kamar mandi. Di dalam kamar mandi itu juga terdapat wc. Segera aja gue mandi lalu ganti baju.

Malamnya gue masak telur dan makan tanpa nasi, karena kemarin gue lupa beli beras. Sambil makan, gue mengingat awal masuk SMA Makmur Jaya yang notabenya sekolah Swasta khusus cowok.

Waktu itu gue murid baru dan masuk ke sana menggunakan beasiswa. Dengan santainya gue berjalan menyusuri koridor, tetapi tiba-tiba aja gue di hadang sama beberapa siswa.

"Lu, anak baru yang masuk ke sini lewat beasiswa, kan?" tanyanya sambil nunjuk gue.

"Iya?" jawab gue dan melihat orang yang berdiri paling depan seakan menjadi pemimpin itu tersenyum.

"Gesssss! Ini dia anak miskinnya!" langsung aja seluruh siswa sekolah menurut gue datang dan melempari gue dengan tepung dan telur.

Saat itu, gue cuman bisa diam sambil melindungi mata gue agar tidak terkena tepung maupun telur.

Untung aja, hari itu gak belajar. Kalau tidak, bagaimana gue bisa bersihin seragam gue.

Gue menghela nafas mengingat kejadian dulu. Semenjak hari itu, gue menjadi bahan bully satu sekolah. Tentu saja para guru gak tahu itu. Gue baru tahu, mereka bully gue cuman karena gue masuk lewat beasiswa dan tinggal di kosan kecil ini. Gue masuk saat kelas 2 SMA dan sekarang gue kelas 3 SMA, artinya mereka mereka membully gue hampir satu tahun.

Oh ya, beberapa hari yang lalu gue belajar karate. Oleh karena itu, Dimas sama teman-temannya bisa gue kalahin.

Karena sudah larut malam, gue merebahkan tubuh gue ke tilam sederhana ini dan tertidur.

.

Paginya, terlihat Dimas dan siswa lain berbaris di ruang Aula yang sangat besar itu.

Wajah Dimas dan teman-temannya masih lebam dan sudah di obati.

"Gue dengar, pemilik sekolah ini adalah atasan ayah gue. Makanya gue harus berteman sama anak itu,"

"Gue dengar, anak mereka itu laki-laki seumuran gue."

Walaupun jauh, gue dapat mendengar suara mereka dari headset yang terpasang di telinga gue. Mereka tidak bisa lihat gue, karena gue tertutupi oleh banyak bodyguard yang berdiri di depan gue.

Acara pun di mulai, di mulai dengan sambutan kepala sekolah lalu kedua orang tua ku. Di lanjutkan dengan papa mama gue, Rama dan Shinta yang memanggil gue.

Langsung saja, gue berjalan mendekat pada mereka. Gue dapat melihat keterkejutan dari wajah para guru, kecuali kepala sekolah yang bertepuk tangan karena dia sudah tahu dari awal gue siapa.

Gue berdiri, di depan orang-orang yang membully gue selama bersekolah di sini. Wajah mereka sangat lucu, ada yang matanya melotot terus mulut mereka terbuka lebar.

Melihat keterkejutan di ruangan itu, akhirnya papa menjelaskan semuanya.

"Ini anak kami, namanya adalah Kevin Rama Jaya. Dia dulunya adalah anak yang sangat nakal dan suka mencari masalah. Oleh karena itu, kami menghukumnya dengan membuat dia seperti ini. Ini semua kami lakukan semata-mata agar dia belajar banyak tentang kehidupan dan dia berhasil sekarang." papa menepuk bahu gue dan tersenyum bangga.

Gue langsung memeluk papa dengan erat. Terdengar suara tepuk tangan melihat gue memeluk papa.

Tamat

Tag : CreaWiLi
Admin :
hermonietha/MaaLjs Tangan_Kiri Tiuplylyn RGNyamm NyaiLepetj Quinhiems vanilla-shawty Ellme07 lailiyahh6 AudyaAprilia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro