5: Lalu Selanjutnya Apa?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa menit berlalu, Matheo sudah pasrah dibawa menuju kemanapun tempat yang mereka maksud sebelumnya. Matheo menghempaskan diri dan tidur terlentar seperti bintang laut menghembuskan nafas berat penuh penyesalan. Ingatan tentang sehari sebelumnya di saat dia bertemu Arcais dan Tiana di antah berantah, makan segepok daging panggang nikmat, petualngannya seharusnya baru saja di mulai, namun kenyataan berkata lain, ia terjebak di sarang monster lebah raksasa yang entah dimana keberadaannya.

"Haaaaah~ Sial~" gerutu Matheo sembari meringkuk kesal.

"Simpan nafas mu anak muda, kau akan membutuhkannya" ujar salah satu lebah penjaga yang membawanya.

"Tunggu, kalian bisa bicara?" sahut Matheo sembari terkejut, ia seakan akan begitu saja mengerti perkataan mereka.

"Tentu saja kami bisa berbicara, dengan ribuan Lebah Penjaga tentu perlu koordinasi sat-" belum selesai berbicara monster lebah lainnya langsung memotong perkataannya

"Diam lah Beegel. Kau hanya buang buang waktu mengobrol dengannya, sebentar lagi dia akan jadi bubur makanan untuk para lebah muda" sahut penjaga yang berada disisi kanan lebah yang berbicara sebelumnya, Namanya ternyata Beegel.

"Kau benar, kita sampai, berjuanglah anak muda!"

*wung!*

Seketika perisai energi yang mengurung Matheo menghilang, sepersekian detik Matheo seakan melayang di udara kemudian harus di tarik kebawah oleh gravitasi.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!" teriak Matheo panik, hal yang terakhir di lihatnya hanyalah dua monster lebah yang mengobrol sebelumnya melambaikan tangan selagi Matheo terjun bebas kebawah.

Tekstur lubang yang aneh, lentur dan lunak lalu memanjang seperti terowongan. Matheo harus bersyukur bukan tumpuan yang keras langsung merengut nyawanya melainnkan dinding unik, lunak, dan lentur. Beberapa detik berlalu, Matheo akhirnya melihat ujung cahaya, sepertinya dia akan tiba diujung lubang tempatnya jatuh.

"ini dia, hidup atau mati!" gumamnya, dengan mantap Matheo meluncur melompat keluar dan mendarat dengan sempurna.

"INI DIA!!! PESERTA SELANJUTNYA, atau bisa langsung kita sebut bubur makan malam cepat saji~" ujar salah seorang dari tempat yang lebih tinggi dari Matheo berada namun berpindah pindah dengan cepat.

Matheo menengok keatas, suara riuh terdengar megah, tempat yang lumayan luas dan seekor monster lebah terbang kesana kemari di atasnya. Seperti sebuah arena pertarungan, Matheo sepertinya akan beradu nasib melawan siapapun lawannya, ia paham betul situasi yang dihadapinya dan langsung melihat sekeliling dengan cepat mencari senjata ataupun perisai perlindungan.

"Ketemu!" sebilah pedang using tak jauh dari tempat Matheo langsung diambil dengan sigap, kuda kuda siap bertarung langsung dimantapkan beserta pedang yang dihunuskan perlahan diberi kekuatan yang Matheo miliki.

"Hoo~ Seberapa lama kau akan bertahan?" sahut perempuan yang sebelumnya berusaha 'mendekati' Matheo di antara ramainya monster serangga dan beberapa monster hewan dan juga ada beberapa manusia, sepertinya mereka sindikat bandit dan para pemburu bayaran.

"APA INI?! SEPERTINYA BUBUR INI AKAN MEMBERIKAN SEDIKIT PERLAWANAN YANG LUCU DAN GELI!!!" sahut lebah yang terbang kesana kemari, lebah itu berperan seperti komentator.

"Berikan perlawan terbaikmu lalu bebaskan aku!" Ujar Matheo mantap beserta pedang berselimutkan energi dihunuskan kedepan.

"OI! LAWANMU SUDAH DATANG BANGUN LAH!" Teriak komentator pada salah satu tumpukan barang barang dan bangkai monster serangga yang masih segar.

"AYO MAJU! TURUN DARI TUMPUKAN ITU DAN HADAPI AKU KAU PENGECUT!" Tambah Matheo, ia telah benar benar benar siap melawan siapapun yang akan datang.

Tumpukan tersebut sedikit bergerak, bukannya sesosok monster, manusia, ataupun apapun yang Matheo bayangkan sebelumnya. Di saat lawannya benar benar berdiri, barulah Matheo sadar, seluruh tumpukan itu adalah lawannya.

"Kalian pasti bercanda..."ucap Matheo saat menyadari apa yang akan ia hadapi.

"KITA SAMBUT! JUARA BERTAHAN KITA! PEMBUAT BUBUR MAKANAN BAGI PARA LEBAH MUDA! GREATIA SI GOLEM!!!!" sahut lebah komentator penuh semangat memperkenalkan lawan Matheo. Setelah memperkenalkan Greatia, para penonton semakin riuh sorak semangat.

"Olf huhr tbkh, pup apkhr hrhu shth qhkp tolong qhunhu lari kesana kemari" sahut Greatia sembari berjalan perlahan menuju Matheo.

"Lari?! Tentu saja aku akan lari menjauh apa kau gila aku tidak ingin mati disini!" ujar Matheo berlari mundur dibalik stalagmite tak jauh darinya.

"Abunnb, kau mengerti wlyrhahhurb?" sahut Greatia tak percaya apa yang baru saja terjadi.

"Mengerti apa kau yang sebaiknya mengerti kalau aku tidak ingin mati! RASAKAN INI!!" ujar Matheo panik, ia menghunuskan pedangnya dan beberapa energi hitam terbentuk dan melesat menuju Greatia.

"HOOO BUBUR INI BISA MELAWAN JUGA TERNYATA?!" ujar komentator

Dengan mudah, Greatia menepis energi serangan Matheo dengan satu tangannya, serangan yang Matheo hasilkan seperti hembusan angin yang dengan sangat gampang untuk ditepis.

*JDUM!*

Dentuman keras terjadi, beberapa stalaktit di langit langit runtuh. Dalam sekejap terjadi kepanikan masal. Salah satu stalaktit yang jatuh merubuhkan pintu pembatas menuju podium, kesempatan untuk Matheo kabur.

"Tuan putri, ratu, kita diserang!" sahut salah satu penjaga bergegas menuju dua wanita sebelumnya bertemu Matheo, Matheo menyaksikannya dari jauh.

"Aku tau itu, siapkan semua pasukan, dan evakuasi lebah muda beserta para penonton!"

*JDAR!*

Ledakan dahsyat terjadi di tengah arena pertarungan diikuti lahar panas ikut menyembur setelahnya. Kadal api raksasa keluar merangkak dari dalam tanah. Kabut ungu pekat dari beberapa gua pelarian perlahan masuk, kabut beracun. Langit langit kembali runtuh kemudian diikuti secercah cahaya masuk, seakan akan ada sesuatu yang menggali dan memaksan diri untuk masuk.

"Tidak... tidak mungkin"gumam perempuan yang baru saja memberikan perintah dalam sekejap semua musnah, para penonton langsung tumbang dan terluka parah akibat kabut beracun, reruntuhan, dan lahar panas yang terus meluap.

Setelah beberapa saat, mahluk yang berusaha masuk terlihat dengan jelas setelah ia selesai menggali jalan masuknya. Seekor serigala bayangan raksasa adalah dalang dari balik serangan kabut beracun terlihat dari sisa kabut ungu terlihat keluar dari sela sela mulutnya.

"Maafkan aku menganggu pertarungan ini, urusanku itu dengan salamander api ini, jadi tolong jangan menganggu" ujar serigala tersebut, seperti siaran radio langsung kedalam kepala tiap orang disana.

"Ah, apa yang dilakukan golem tua ditempat ini? Kau akan jadi koleksi yang bagus untukku" ujar serigala tadi langsung menerjang Greatia yang berusaha bangkit akibat serangan kejutan salamander api dari bawah arena.

Sekali terjangan serigala besar tersebut di tangkis dengan salah satu tangan Greatia. Bukannya berhasil bertahan, tangan tersebut tercabut remuk dengan sisi sisi tajam. Mengerti bahwa potongan tajam tersebut berguna serigala tersebut melemparkannya dengan cepat potongan tangan golem yang kemudian menjadi serpihan tajam menghujam salamander api yang bersiaga. Berganti dari Greatia, kini dengan sekali terkaman dileher, serigala besar tersebut berhasil menghabisi salamander tersebut yang langsung menjadi abu menyisahkan batu sihir yang cukup besar. Dengan sekali lahap, batu sihir besar tersebut langsung ditelan bulat bulat oleh serigala besar itu.

"Berhentilah bermain main dengan kadal itu dan hadapi aku dengan wujudmu yang sebenarnya si malam pelahap!" ujar perempuan tadi berdiri dihadapan, Greatia, sepertinya ia ingin melindungi Greatia yang hanya bisa terdiam lemah setelah tangannya putus.

"Heh? Sylvian Avis, Ratu Para Lebah Reinba~" ujar serigala besar tadi, kabut asap tebal terbentuk dan mulai menyelimuti dirinya yang kemudian kilatan cahaya merah dan kabut tadi hilang begitu saja menunjukan wujud asli dari serigala besar barusan.

"Dengan senang hati~" sambung sesosok pria yang merupakan wujud asli dari serigala besar sebelumnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro