BLUE OCEAN vs RED OCEAN strategy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BLUE OCEAN vs RED OCEAN strategy

Alkisah di sebuah samudera, ramai oleh ikan baik kecil maupun besar. Saling bunuh demi mendapatkan makanan sudah lumrah. Ikan besar tak segan memangsa ikan kecil sehingga air laut menjadi merah oleh darah. Ikan kecil melakukan berbagai cara untuk bertahan hidup. Ada yang bersembunyi di karang, ada yang menyamarkan diri sehingga mirip dengan ganggang laut, dan ada yang melatih kecepatan berenang sehingga tak tertangkap ikan besar. Kondisi samudera begitu penuh dan berdarah-darah.

Tak jauh dari Samudera Merah, terdapat samudera yang sunyi. Airnya berwarna biru belum tercemari darah. Tidak ada makanan. Hanya satu ikan yang mencari cara bertahan hidup. Tidak ada pula ikan lain yang siap melahap. Hanya satu ikan ini saja berenang di Samudera Biru yang damai tapi tidak ada makanan.

Pernah mendengar kisah ini? Dalam dunia bisnis ada yang disebut Red Ocean dan ada yang disebut Blue Ocean. Singkatnya, Red Ocean adalah Samudera Merah yang padat. Persaingan merajalela. Pelaku bisnis melakukan perang harga demi memenangkan hati konsumen. Ya betul, konsumen yang diibaratkan makanan berjubel di Samudera Merah. Tapi pelaku bisnis yang diibaratkan sebagai ikan juga harus saling bunuh demi mendapatkan makanan.

Berkebalikan dengan Blue Ocean yang tenang dan damai tapi nggak ada makanan. Pelaku bisnis harus memutar otak bagaimana agar makanan mau datang sehingga dia tidak mati kelaparan.

Lho, lho, lho, ini work tips menulis kenapa jadi nyasar ke bisnis? Saya akan membahas karena ada hubungannya.

Menurut Temans, genre apa yang diibaratkan sebagai Red Ocean? Sebutlah romance, chicklit, dan teen fiction. Setiap kali kita menemukan work baik di Wattpad maupun platform lain, maka yang viewers mencapai jutaan adalah genre tersebut di atas. Artinya apa? Pembaca genre romance, chicklit, dan teen fiction rame banget.

Ada nama-nama besar yang bakal sulit banget dikalahkan oleh penulis baru. Coba aja Temans nulis romance, bisa nggak nyaingin pembacanya Titi Sanaria atau kalau nulis teen fiction, bisakah menyaingi popularitas Wisnu Maulana?

Tapi coba Temans perhatikan. Drama yang tercipta pun kebanyakan dari genre ini. Ada drama plagiat lah, drama penulis saling hujat lah, drama pembaca menghujat penulis lah. Persaingannya gila-gilaan.

Terus gimana? Apa pilih genre yang pembacanya masih jarang kayak Action, Thriller, Mystery, Horror, Fantasy? Tunggu dulu, mencari pembaca untuk genre di atas juga nggak mudah.

Saya adalah penulis yang memilih Red Ocean yakni genre romance. Kenapa saya milih genre ini? Alasannya sederhana, karena nyaman bagi saya. Gimana cara saya bertahan?

RED OCEAN STRATEGY for Authors

1. Riset Keinginan Pembaca

Untuk genre romance, kebanyakan pembacanya adalah perempuan. Maka penulis wajib bener-bener tahu apa yang pembaca perempuan inginkan. Bisa saya simpulkan sebagai berikut:

sex scene
♥ successful rich hero
♥ emotional plot

Jangan salah, cewek juga suka kok adegan seks. Tapi tentu nggak mau adegan seks sama cowok jelek, miskin, bau badan. Cewek pada dasarnya menyukai cowok yang kaya dan punya kedudukan penting. Makanya nggak heran semakin sukses dan kaya seorang cowok, maka makin banyak penggodanya.

Cewek juga suka plot yang ngebaperin. Bad boy brengsek tukang buat onar berubah jadi baik karena cewek. Pemerkosa yang dingin kemudian jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada korban perkosaannya. Cowok kaya, CEO sukses yang jatuh cinta sama gadis miskin. Ditambah adegan serta dialog yang ngebaperin, wah dijamin sukses deh.

Untuk memenangkan persaingan dalam Samudera Merah genre romance, penulis wajib memberi makan kebutuhan pembaca. Kalau nggak, pembaca bakal kabur dan pindah ke lapak penulis lain.

Strategi menuliskan romance dengan sex scene saya pakai untuk hampir setiap karya. Terbukti lumayan menggaet pembaca.

2. Pansos dengan Orang Terkenal

Kalau Temans punya kenalan selebgram yang pengikutnya sejibun, minta dia baca dan promosikan ceritamu. Bisa juga Temans kolaborasi menulis dengan penulis lain yang sudah terkenal. Cara ini dijamin manjur deh, tapi saya belum pernah pansos. Penulis lain saya temui banyak yang pansos demi mendapatkan pembaca.

Strategi ini belum pernah saya coba karena saya nggak punya teman yang tersohor.

3. Bikin Drama

Saya nggak menyarakan sih ini. Karena nama Temans bisa naik sebentar tapi kalau ceritanya jelek juga pembaca nggak akan balik. Dramanya bisa apa aja. Ada tuh penulis yang pura-pura bunuh diri gara-gara di-bully. Jagad dunia maya sempat heboh. Orang juga jadi kepo sama ceritanya. Tapi ya nggak bertahan lama.

Gimana? Masih pengen bertahan di Samudera Merah? Atau mau jadi Penulis yang genrenya masih sepi peminat? Kita bermain di Samudera Biru.

BLUE OCEAN STRATEGY for Authors

1. Giveaway

Strategi ini saya amati dari Kak rachmahwahyu, penulis genre misteri dan thriller yang pemainnya masih sedikit. Sering banget mengadakan giveaway. Bagi-bagi buku gratis dengan syarat tertentu.

Yang namanya memancing kan memang butuh modal. Makanya Blue Ocean strategy nggak cocok buat penulis yang pelit, perhitungan soal duit. Temans harus bersedia edukasi pasar gila-gilaan. Give, give, give then get.

Sama lah kayak Tokopedia. Gimana sih memperkenalkan satu produk yang masih baru sama sekali? Ya tentu saja konsumen wajib merasa diuntungkan. Kita bisa buka toko gratis di Tokopedia, nggak bayar sewa. Beda sama buka gerai di mall yang sewanya bisa ratusan juta bahkan miliran per tahun.

Gojek dan Grab pun dulu sering mengadakan promo misalnya naik motor cuma Rp. 1000,- sebagai konsumen, jelas dong saya senang. Buat apa naik angkot yang berdesakan, supirnya galak, ngerokok, ngetem lama? Mendingan naik ojek online bayar seribu perak kan.

Awalnya memang rugi, tapi kalau pembaca udah banyak, kita tinggal meraup keuntungan.

2. Menulis di Banyak Platform

Biar nama kita makin kedengaran gaungnya, makin dikenal, maka harus banyak beredar. Sama kayak iklan lah. Shopee tuh kelihatan di mana-mana. Di billboard jalanan, di iklan YouTube, tiap buka website di Google, ada aja Shopee.

Penulis juga gitu. Kalau genre kamu Science fiction, coba nulis di berbagai platform. Ganti HP dengan yang kapasitas memorinya besar biar bisa mengunduh banyak platform.

Semakin sering nama Anda muncul di mana-mana, maka pembaca akan semakin mengenali Anda dan mungkin tertarik membaca karya Anda.

3. Menjawab Kebutuhan Pembaca

Steve Jobs saat awal peluncuran Mac, ngotot untuk booting hanya boleh memerlukan waktu kurang dari 10 detik. Berbeda dari komputer lain yang lama banget nyala, Mac begitu ditekan tombol start cepat booting.

Kita bisa belajar dari Apple (Mac adalah produk Apple) dan produk lainnya yang dijual dengan harga tinggi, tapi orang tetap beli. Kenapa bisa gitu? Karena Apple menjawab kebutuhan konsumen.

Konsumen kita adalah pembaca. Apa sih yang pembaca butuhkan? Misalnya Temans menulis Thriller seperti Kak Ra. Apa yang pembaca thriller butuhkan? Riset yang oke? Maka risetlah jangan setengah-setengah.

Jika menulis genre action, apa yang pembaca action butuhkan? Adegan berbahaya mungkin? Buatlah adegan berbahaya senyata mungkin. Risetlah lagi kebutuhan mereka.

Nantinya, pembaca yang puas akan merekomendasikan karya kita ke pembaca lain. Sama kayak konsumen Apple yang tergila-gila pada produknya dan mempromosikan ke teman-temannya.

Ini gampang banget karena pesaing masih sedikit sehingga kalau Temans berhasil, maka nama sebagai penulis bakal cepat naik.

💕💕💕

Gimana, mau pilih jadi ikan di Samudera Merah atau Samudera Biru? Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Ada tantangannya.

Penulis tuh nggak bisa hanya nulis aja. Tapi juga mesti mikir gimana biar ceritanya dibaca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro