KAK, AKU TAKUT APLIKASI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saya selalu bagi-bagi info mengenai platform bercuan ke teman-teman penulis. Kenapa? Biar mereka bisa rebahan dan tetap dapat cuan. Daripada ngutang kan? Tanggung jawab berat di akhirat. Tapi, dari sekian banyak orang yang saya infokan, masih ada aja yang mengeluh.

Keluhan apa sajakah itu?

1. TAKUT NASKAH DIKONTRAK SEUMUR HIDUP

Kalo ini, saya juga takut sih. Tapi banyak kok ternyata teman saya yang berani mempublikasi naskah di platform yang mengikat seumur hidup. Alasannya semata demi cuan. Kalau kamu butuh uang tapi nggak mau naskahmu ditahan seumur hidup gimana?

Mulai sekarang, menulislah banyak naskah. Bedakan naskah yang benar-benar bagus dan naskah yang ancoer. Maksudnya naskah ancoer (baca: hancur) tuh gimana?

Tidak riset
Halu parah
Nggak ngotak
Nggak logis.

Naskah ancoer macam ini cocok untuk platform yang mengikat seumur hidup. Jadi kalaupun nggak bisa menarik naskah selamanya, kamu nggak akan menyesal.

2. TAKUT NASKAH DIPLAGIAT

Apa sih yang nggak diplagiat? Teknologi smartphone saja diplagiat. Sekarang kamu amati saja, merek HP beda-beda tapi spesifikasi dan fungsi mirip-mirip. Teknologi yang jauh lebih canggih saja bisa diplagiat, apalagi cuma tulisan halu kamu yang nggak ada apa-apanya itu.

Menurut pendapat saya, naskah kamu akan lebih berguna kalau menghasilkan duit meskipun diplagiat, daripada cuma mengendap di laptop dan yang baca cuma kamu dan Tuhan.

So, gimana solusinya kalau naskah kamu di aplikasi diplagiat?

Ada 2 pilihan:

1. Abaikan
2. Bikin drama, serang plagiator sampai kena mental.

3. TAKUT DIHUJAT

Ini sih keluhan paling klise. Kita perlu banget berhati-hati dalam menulis. Jangan sampai melakukan pelanggaran seperti:

1. Menodai agama

Kamu nggak mau kan satu sel sama M. Kece atau Yahya Waloni? Di Indonesia, urusan agama ini super sensitif. Hanya gara-gara protes TOA masjid berisik saja, seorang ibu masuk penjara. So, hindarilah menghina suku, agama, ras, dan antar golongan.

2. Menghina Pemerintah

Tidak ada pemerintahan yang sempurna. Bahkan negara maju sekelas Amerika Serikat pun rakyatnya tidak puas dengan pemerintah. Tetapi, hal itu bukan berarti kita bisa menghujat pemerintah.

Mungkin kamu pengen banget menyuarakan uneg-uneg terhadap pemerintah. Siap-siap saja masuk penjara. Kalau masih pengen hidup bebas, tulislah hal yang tidak menyerempet hujatan pada pemerintah.

Kalau naskah nggak menyinggung SARA atau nggak menyinggung pemerintah tapi tetap dihujat, gimana dong?

Ini jawaban saya: Cuekin aja.

Ada teman saya yang dihujat karena dituduh plagiat, terus nggak mau nulis lagi karena trauma. Yah, itu sih mental dia aja yang lemah. Melempem. Orang hidup tuh harus siap menghadapi hujatan dan kritikan. Lagian kalaupun kamu berhenti menulis karena dihujat, nggak ada yang rugi kecuali diri kamu sendiri. Makanya jangan cengeng jadi manusia.

4. TAKUT DIBAJAK

Naskah saya dibajak mirror web. Apakah saya berhenti menulis di platform? Nggak dong setelah merasakan manisnya cuan dari menulis.

Saya suka duit sih. Cuan dari menulis tuh manis. Apalagi setelah tahu banyak pekerjaan berat ternyata gajinya sedikit. Makin sukalah saya dapat duit dari menulis.

Solusi untuk meminimalisasi pembajakan.

1. Jangan jualan e-book. Biarpun kelihatannya mudah dan cepat dapat duit, pokoknya jangan.

2. Jangan selesaikan naskahmu di Wattpad. Selesaikan saja di platform berbayar. Meskipun dibajak setidaknya kamu nggak sial-sial amat karena sudah dapat duit.

3. Sesekali bikin versi cetak dan berikan banyak bonus untuk pembacamu.

5. TAKUT TIDAK ADA YANG BACA

Makanya, bikin naskah yang menarik dong biar ada yang baca. 😆

Saya sudah pernah bahas deh kenapa naskah kita nggak ada yang baca. Scroll lagi yaps.

6. TAKUT DIEJEK KARENA CUMA NULIS DI PLATFORM

Ada teman Penulis yang curhat katanya dia diejek cuma nulis di platform dan belum nerbitin buku.

Gimana jawaban saya?

Abaikan.

Cuan dari platform tuh jauh lebih banyak daripada cuan dari penerbit. Yah memang gengsi dan duit tuh berbanding terbalik ya.

Saya kasih analogi.

Hotman Paris pernah diminta jadi menteri dan anggota DPR, tapi nggak mau meskipun kelihatannya bergengsi. Dia tetap milih jadi pengacara. Kenapa? Duitnya banyakan jadi pengacara. Untuk 1 perkara saja dia bisa dapat 30 miliar. Ngapain juga jadi menteri atau anggota DPR kan?

Kalau temans tahu almarhum Bob Sadino, dia tuh ke mana-mana pakai kemeja lengan pendek dan celana pendek saja. Tapi dia lebih kaya daripada banyak orang yang pakai jas dan dasi.

Sekarang kamu pilih, mau jadi Penulis yang kelihatannya gengsi tapi kere atau penulis yang dicemooh karena nggak nerbitin buku tapi duitnya banyak?

Ada salah satu Penulis di platform yang karyanya nggak dipajang di toko buku offline tapi penghasilannya bisa Rp. 100 juta per bulan. Sebaliknya, banyak Penulis mayor yang jualan bukunya terseok-seok. Mana royalty kecil pula.

Nggak ada yang salah atas pilhanmu. Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing.

7. TAKUT NGGAK BISA NULIS BANYAK

Platform zaman now memang menuntut penulis untuk nulis banyak kata. Kalau kamu merasa nggak bisa nulis ratusan ribu kata, solusinya adalah kolaborasi. Ngapain sukses sendiri? Enakan sukses bareng. Ya kan WidiSyah?

Widi ini teman kolab saya. Kami memancing cuan bersama di banyak platform.

Kamu, cari teman kolab juga dong biar bisa bagi tugas.


8. TAKUT NGGAK BISA BAGI WAKTU

Perlakukanlah menulis seperti kegiatan kamu yang lain. Ubah mind set kamu dari yang tadinya: Menulis kalau sempat, menjadi, menyempatkan waktu untuk menulis.

Saya biasa menulis malam hari. Dua jam sebelum tidur cukup kok buat nulis 1000 kata. Kalaupun nggak bisa 1000 kata, ya sedapatnya aja berapa.

Terus kamu mau bilang, "Tapi, Kak, aku sibuk."

Terus apa kamu pikir Penulis lain tuh pengangguran? Kamu pikir saya pengangguran? Kamu pikir Kak Rachmahwahyu itu pengangguran? Nggak, kami juga punya kerjaan.

Bagaimana supaya menulis nggak mengganggu pekerjaan lain? Alokasikan waktu untuk pekerjaan, mengurus keluarga, dan menulis.

9. TAKUT DILARANG KELUARGA

Tidak perlu bilang-bilang kalau kamu menulis. Nanti saja bilangnya kalau sudah sukses. Terus gimana kalau ketahuan? Jelaskan saja manfaat kamu menulis.

Kalau keluarga kamu nggak bisa ngerti juga, apa solusinya?

Saya jadi bertanya-tanya mereka sayang sama kamu atau nggak? Kok bisa-bisanya menghalangi kamu melakukan sesuatu yang membahagiakan dirimu?

Mungkin kamu juga perlu bertanya pada keluargamu apakah mereka menyayangi kamu.

Apa ketakutan kamu dalam menulis? Share di kolom komentar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro