Sheet 2: Jalan Pintas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

The Gilded Cage © Fukuyama12 (2022)

Sheet 2: Jalan Pintas

.
.

Ada yang mengganjal.

Aku menatap pemuda yang bergerak dengan santai. Mungkin itu memang tidak mencurigakan, tetapi jika memperhatikan tingkah lakunya sejak beberapa hari yang lalu, Hemlock itu mencurigakan. Dalam hal apa pun, ia selalu mencurigakan. Hanya dengan melihat tatapannya saja, aku merasa ada yang aneh dengan dirinya, dan perasaan waswas selalu saja muncul. Mungkin itu salah satu penyebab mengapa aku tidak ingin berada di dekatnya.

Aku meneguk ludah perlahan saat melihat seringai dan tawa sinis yang muncul saat Hemlock sedang mengamati hasil nilai tugasnya yang sempurna. Pemuda itu terlihat sangat puas dengan hasilnya, ia bahkan melirik Raven dan tertawa saat melihat nilainya yang selisih dua angka darinya.

Apa ini hanya perasaanku saja? Tetapi Hemlock benar-benar aneh. Ini bukan sekali atau dua kali saja ia mendapatkan nilai sempurna di pelajaran sejarah dunia yang sedang membahas tentang jatuhnya kekaisaran romawi.

Sebenarnya esai pertama yang diberikan adalah menganalisis salah satu peradaban yang ada di dunia, sayangnya saat melihat nilai yang diberikan, semua mendapatkan nilai yang tidak terlalu bagus. Aku bahkan hanya mendapatkan nilai delapan setelah berjuang dengan bertanya pada guru kursus dan membaca jurnal yang disarankan oleh mereka.

Namun, Hemlock menjadi satu-satunya yang selalu mendapatkan nilai sempurna meski ditulis dengan total tiga halaman saja. Bahkan Blue yang menulis esai sampai sepuluh lembar dan mempresentasikannya dengan baik, menjelaskan dari A sampai Z tanpa terlewatkan—aku terkejut karena dia juga menerangkan bagaimana orang Sumeria melakukan irigasi untuk kebun mereka—mendapat nilai yang berada jauh di belakang Hemlock.

Yang lebih parahnya lagi, di tugas esai pelajaran filsafat pun, ia kembali mendapatkan nilai tinggi. Hemlock mungkin pintar dan nilai ujian masuknya yang menduduki peringkat terakhir itu sepertinya hanya kesialannya saja. Meski aku sempat menyadari jika ia mendapat nilai sangat rendah—sangat-sangat rendah untuk anak kelas A yang cerdas—di mata pelajaran filosofi mengenai ... yah, tentu saja makna kehidupan dari hal sederhana, seperti apa makna kebahagiaan yang sesungguhnya.

Pada akhirnya, aku hanya bisa menerka-nerka saja tanpa berani bertanya pada Hemlock tentang kecurigaanku padanya. Lagi pula aku juga tidak punya banyak waktu untuk melakukannya.

"Sekian untuk pelajaran hari ini. Untuk tugas proyek minggu ini adalah membuat esai tentang video yang baru saja kalian lihat. Tuliskan dampak iklim dan geografi bagi sebuah peradaban, lebih diutamakan lagi peradaban yang kalian pilih di esai sebelumnya."

Wanita muda itu menutup kelas setelah menjelaskan tugas yang diberikan untuk pertemuan selanjutnya. Baguslah, aku jadi punya kerjaan saat berada dalam perjalanan menuju kursus.

"Hey."

Seseorang memanggil saat aku memasukkan buku-buku ke dalam tas. Aku menoleh dan mendapati si peringkat pertama, Raven Windblows, berdiri menjulang di sebelahku, menunduk dan menatapku dengan mata dinginnya.

Mulutnya terbuka dan aku mendengar suaranya. "Bisa aku berjalan di sampingmu sampai gerbang nanti?"

Berjalan di sebelahku sampai ke gerbang? Pernyataan aneh apa itu?

Aku mengangguk, dan Raven meraih tas yang ada di mejanya dengan tangannya yang tentu saja lebih panjang dariku. Ia berjalan di sampingku sama seperti yang ia inginkan. Baru saja kami keluar dari pintu kelas, Raven kembali berbicara.

"Apa pandanganmu tentang jalan pintas?"

Aku mengernyit, berusaha memahami apa yang ia maksud. Jika ini adalah Raven si serius yang dibicarakan, tidak mungkin ini hanya sebuah basa-basi semata. Aku tahu pasti ada sesuatu dibalik acaranya mengajakku berjalan seperti ini.

"Jalan pintas yang itu? Tentu saja aku membencinya," kataku.

Aku sudah diajarkan untuk hidup dengan kaki dan tanganku sendiri, hingga aku rela tidak menghabiskan waktuku hanya untuk berbincang dengan orang tuaku demi mendapatkan nilai bagus dan piala-piala yang terpajang di rumahku, demi masa depan yang cerah hingga membuang waktu berhargaku meski untuk bersenang-senang.

"Bagaimana jika salah satu anggota kelas kita melakukan hal itu?"

Aku berhenti melangkah, mengernyit, dan menatap aneh pada Raven yang berhenti di depanku. "Apa itu Hemlock?"

Raven balas menatapku, ia tidak menjawab atau mengangguk, tetapi aku tahu jika Raven sedang membenarkan pertanyaanku. Kami kembali berjalan, pintu keluar gedung sudah terlihat dan lorong masih ramai dengan anak-anak yang sepertinya tidak punya kegiatan lain setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Aku berkata, "Jika memang iya, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Setidaknya kita perlu bukti, kan? Aku tahu jika akhir-akhir ini nilainya juga meningkat drastis di beberapa mata pelajaran. Apa itu juga termasuk salah satu triknya?"

"Iya, kemungkinan begitu. Aku hanya perlu dukunganmu dan teman-teman yang lain saja. Setidaknya cukup perhatikan gerakan mencurigakan dari Hemlock. Sisanya biar kucari tahu sendiri," tukas Raven.

"Mungkin kau bisa meminta bantuan yang lain," saranku. Raven berhenti berbicara, seakan enggan untuk melakukan apa yang kukatakan. Yah, itu tidak mengejutkan, siswa di kelas A rasanya semua memiliki sifat seperti itu, terlalu mengandalkan diri mereka masing-masing.

"Akan kucoba," ucapnya. Mata kami tertuju pada sebuah mobil sedan hitam yang sudah menunggu di lobi. "Terima kasih sudah mau mendengarkanku."

Aku memperhatikan Mr. Ji-Hoon yang sedang membuka pintu untukku. Aku melangkah masuk, lalu menoleh pada Raven. "Tidak masalah, lagi pula ini tidak mengganggu jadwal yang sudah kususun dan tentunya ini masih berhubungan dengan kelasku. Kalau begitu aku permisi."

Mr. Ji-Hoon menutup pintu setelah melihat Raven yang mengangguk sebagai balasan dari perkataanku. Dari kaca mobil, aku bisa melihatnya berbalik meninggalkan tempat tanpa tersenyum. Tidak masalah, lagi pula aku juga tidak melayangkan senyuman kepadanya. Ini sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan anak unggulan dengan persaingan yang ketat.

Aku akan menunggu gerakkan apa yang akan terjadi setelah ini. Jika Hemlock dikeluarkan, aku akan merasa senang karena ada saingan yang berkurang, lagi pula orang yang menghalalkan segala cara tidak seharusnya berada di tempat tinggi.

.
.

Author's note:

Halo! Berjumpa lagi dengan saya! Hampir terjawab sepenuhnya mengapa Hemlock bisa jadi orang paling dibenci di kelas A, kan?

Sampai jumpa di sheet selanjutnya!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro