Barong Garuda

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tunggu, apa yang membuatmu berpikir aku adalah pria itu?" Ringo dan Killa saat ini sedang berjalan-jalan di pasar kota Lindbeck. Sesekali mereka berhenti untuk membeli sesuatu yang menurut mereka penting, seperti anak panah untuk Killa dan Potion. Mereka juga terkadang membeli makanan sebagai bekal apabila mereka berdua berencana untuk begadang di dalam game. Makanan di dunia Wyburn ini dapat membuat seseorang tidak merasa lapar, tapi tubuh mereka pasti akan menjadi rusak di dunia nyata jika tidak makan selama tujuh hari.

"Karena kau terlalu berhati-hati? Begini, ya. Ketika aku bermain Dragun Online aku sering menonton permainan para pemain professional, termasuk kesepuluh Pillar Men. Ringo sang White Dictator selalu mengambil tindakan yang paling sedikit memakan korban. Kau juga seperti itu selama kita satu Party. Dengan seenaknya kau menawarkan dirimu untuk jadi umpan ketika kita Grinding bersama. Ditambah lagi wajahmu mirip dengannya."

"Wajah bisa diedit."

".... Kita kesampingkan masalah wajah." Ringo mengangguk pelan. Menurutnya, pendapat Killa benar juga. Selama dia bermain Dragun Online, dia pasti akan menyusun strategi dimana tidak ada yang mati agar semuanya bisa bersenang-senang ketika pertarungan selesai. Jika tidak, maka dia pasti akan berdiri di garis depan dan menjadi umpan untuk dibunuh para pemain yang membenci dirinya. Tentu saja dia sudah memberikan instruksi mendalam kepada pasukan yang ada dibawahnya karena besar kemungkinan kalau dia akan mati.

"Tunggu, bukankah White Dictator adalah nama yang buruk? Buat apa seseorang sepertinya melindungi bawahannya?" Ringo bertanya seolah-olah dia tidak tahu jawabannya. Tentu saja dia tahu. Jika dia tidak mengambil pekerjaan sebagai dosen di universitas dia pasti masih bersikap seperti dulu. Sikap yang membuat dirinya dibenci orang yang tidak mengenalnya dengan dekat. Tapi sikap itu jugalah yang membuatnya mendapatkan pacar di dunia maya itu.

"Benar juga, sih. Tapi dia mendapat gelar itu karena perintahnya adalah mutlak. Jika kau tidak menurutinya dia pasti akan membuat rencana dimana pembangkang itu jadi umpan tanpa sadar. Eh, tunggu." Acolyte itu tersenyum. Sejak dia mendengar pendapat Killa tadi, pria itu tahu kalau Ranger itu memiliki otak yang cukup memadai. Oleh karena itu, pasti dia mengetahui kejanggalan mengenai dirinya yang dulu dengan yang sekarang.

"Kau mengalah saat kita menentukan rute kemari...."

"Nah, kan? Si White Dictator picik ini pasti sudah meninggalkan--"

"Berarti.... kau bukan seorang diktator lagi?"

"Itu KESIMPULANMU?!"

Ringo menghela nafasnya. Dia tidak ingin meladeni logika gilanya Killa yang entah bagaimana merupakan logika yang benar. Dengan lemah dia hanya menaikkan kedua bahunya tanda tidak tahu dan langsung berjalan cepat. Melihat hal itu, sang Ranger tersenyum di balik punggung Acolyte satu Party-nya itu.

"Ternyata memang benar kalau kau itu sang White Dictator. Aku tidak percaya bisa satu Party dengannya."

...

"Oh iya, Killa, apa alasanmu ingin mengambil Side Job Miner?" Pasangan itu sedang berada di dalam sebuah bangunan kayu tiga lantai yang luas. Di dalamnya ada banyak sekali meja dan ada sebuah papan pengumuman raksasa ditempelkan di salah satu sudut lantai pertama bangunan itu. Ringo dan Killa mengambil salah satu meja di tempat itu sebagai tempat mereka berbincang.

"Aku ingin menambang tubuh Wyburn itu."

"Sial. Kau wanita yang tidak normal."

"Shiori masih lebih parah dariku." Ringo tidak punya balasan apapun mengenai pernyataan itu. Tidak ada gadis waras yang membuat orang yang membantunya menjadi sebuah bola voli. Acolyte itu secara refleks memegang punggungnya yang menjadi tempat pemukulan Shiori untuk menerbangkannya.

"Oh, Shiori? Ada apa?"

Belum sebentar Ringo meratapi nasibnya, Killa sudah melakukan Voice Chat dengan pemberi nasib sial pria itu. Dia hanya bisa menghela nafasnya. Merasa kalau pembicaraan antar gadis itu akan lama, ia pun berjalan ke arah papan pengumuman itu dan dia bisa melihat apa sebenarnya benda itu. Di setiap sudut papan itu terdapat banyak sekali kertas dengan gambar dan tulisan yang beragam-ragam. Dan ya, Acolyte itu merasa dia membaca tulisan bulan.

"Astaga, apa ini?" Pria itu memanjangkan tangannya untuk mengambil salah satu kertas itu, tapi tertahan ketika ada sebuah notifikasi menghalangi pandangannya. Keningnya sontak mengerut melihat kotak pemberitahuan itu.

[Quest: Roast Rabbit

Deskripsi: Chef Arnold, pemilik dari RM Rafles ingin mencoba resep baru. Dirinya membutuhkan kelinci untuk menciptakannya, tapi dia tidak bisa mendapatkannya sendirian.

Syarat berhasil: Bawa 3 ekor Killer Rabbit yang ditangkap

Berhasil:
- Mendapatkan Resep Roast Rabbit
- Mendapatkan Roast Rabbit x1

Gagal: - ]

"Jadi aku perlu berniat mengambil kertasnya dulu baru bisa membacanya? ZetaVirus sialan." Ringo pun mulai memanjangkan tangannya ke seluruh sudut papan itu. Dirinya merasa kalau dia butuh misi, setidaknya untuk mendapatkan sesuatu. Dia bisa menjual hasil jarahan tubuh monster untuk uang, tapi dia butuh sesuatu yang lebih. Terlebih jika ada misi pengiriman barang. Dia bisa menjalankan misi itu sekaligus belajar menjadi Alchemist.

"Mena--"

"Eits, sobat. Misi itu milikku." Ketika sang Acolyte ingin mengambil sebuah misi, seorang pria besar dengan cepat merampas kertas itu. Pria itu memiliki pakaian yang sederhana, sebuah kaus hitam dengan celana loreng tentara bersepatu bot. Tapi, di balik tubuhnya ada sepasang kapak bermata bulan sabit dengan gagang dari besi menggantung. Killa dengan cepat mendatangi Ringo dan pria besar itu.

"Ada apa ini?" Dengan nada mengancam dan tangannya yang sudah berada pada salah satu anak panahnya gadis itu bertanya. Pria besar itu tersenyum sinis, dan tiga orang pria besar lainnya dengan pakaian yang tidak jauh berbeda datang ke belakangnya. Sang Ranger hanya bisa mendecak lidahnya melihat hal itu.

"Ah, Killa. Begini. Pria ini menginginkan misi itu, jadi tentu saja kuberikan. Aku tidak berniat mengambil misi itu karena ada hal penting yang harus kita lakukan, ya kan?" Ringo melepaskan pegangan Killa dari senjatanya dengan lembut. Wanita itu hanya mendengus lalu mengangguk. Sang Acolyte kembali menatap pria asing yang dihadapannya dengan penuh pertanyaan.

"Maaf, tuan-tuan sekalian. Bisa aku tahu siapa-- UGH!!!"

"RINGO!"

Meskipun kota Lindbeck tidak berada di status perang, terkena tinjuan orang lain mau tidak mau pasti sakit. Apalagi jika tinju itu membuatmu melayang ke seberang sisi ruang dan mendarat di atas meja kayu. Itulah yang kini Ringo rasakan.

"Tch.... Meski tidak sesakit saat Shiori menjadikan aku bola, tetap saja ini menyebalkan."

"Ringo, kau tidak apa-apa?" Dengan wajah panik Ranger itu mendekati pria satu Party-nya. Acolyte itu membalas sang wanita dengan sebuah anggukan. Orang-orang yang dari tadi berada di ruangan itu mulai menepi, memberikan sebuah lapangan dengan pagar manusia kepada dua kelompok yang bertentangan itu. Killa menatap keempat orang besar yang tertawa sombong di seberang ruangan itu dengan murka.

"Kampret. Kalian ada masalah apa, hah?"

"Tidak ada. Aku melakukannya karena aku suka." Pria itu menjawab lalu menjulurkan lidahnya. Teman sekelompok pria itu juga melakukan hal yang sama. Melihat hal itu, Killa langsung menyiapkan posisinya untuk menembak. Namun, sebuah tepukan pelan di bahunya membuatnya terhenti.

"Ringo, kenapa?"

"Jangan... bodoh.... Tidak ada... gunanya... melawan mereka...." Si pemimpin pria besar yang melihat itu pun mendecakkan lidahnya. Ia berjalan, menghentakkan kakinya sekuat tenaga untuk mendekati pasangan itu. Kembali sang Ranger menyiapkan panahnya, bersiap untuk menembak. Dan kali ini, dia berhasil meluncurkan anak panah itu dari busurnya.

"Hanya anak panah ini tidak akan--"

"Berhenti, pecundang." Suara seorang wanita yang tegas menghentikan pergerakan si pria besar, membuat anak panah itu melayang melewatinya dan mengenai dinding lain ruangan itu. Untung saja Killa tidak menggunakan Searing Arrow ketika meluncurkan panahnya, jika tidak maka bangunan itu akan terbakar. Meski begitu Killa sendiri tidak tahu kalau bertarung di kota tidak akan menyebabkan kerusakan kepada pemain.

Sementara itu wajah si pria besar langsung pucat ketika dia mendengar suara wanita itu disini.

"Sial, kenapa dia disini?"

"Bos, ayo lari!"

"Jangan diam saja--"

"Mau kemana kalian, Bones, Bomb, Rave?!" Suara wanita itu kembali berteriak, dan kali ini wanita itu sudah memasuki kotak pertarungan itu. Wanita itu menggunakan zirah perak yang menutupi tubuhnya dari leher sampai kaki. Sebuah jubah biru melayang-layang di balik tubuhnya dan pedangnya yang cukup panjang tersarung di pinggangnya. Dan wajah wanita itu....

"Malaikat!"

"Cantik sekali!"

"Tolong gunakan aku sebagai pijakanmu, nona!"

Kepala wanita itu cukup kecil, berbanding terbalik dengan rambutnya yang mencapai pinggang dan berwarna hijau yang mulai bergradasi menjadi biru semakin menjauhi akar rambutnya. Matanya yang berwarna safir cemerlang mengeluarkan hawa kepemimpinan dan juga kasih sayang. Bibirnya yang kecil dan mungil mengeluarkan suara yang cukup berwibawa bagi seorang wanita. Dan sebagai sentuhan terakhir, sebuah tahi lalat kecil berada di ujung pipi kirinya yang memberi kesan eksotis bagi kulitnya yang secemerlang aktris papan atas.

"Kubiarkan kau berkeliaran karena sedang memeriksa datamu tapi kau malah berbuat onar disini, Ringo."

Awalnya, Acolyte dan Ranger yang berada dalam satu Party itu kebingungan. Tidak pernah kedua orang itu berbicara dengan orang lain ketika berkelana menuju Lindbeck. Coret itu, mereka bahkan tidak pernah bertemu dengan orang lain karena ketebalan hutan itu ketika mereka semakin memasukinya. Jika saja Killa tidak mendapatkan Skill Bunny Legs maka mereka butuh beberapa hari untuk mencari ujungnya.

"Hahahahaha... Apa kau lupa? Kalian yang memintaku, Ringo sang White Dictator ini, untuk memasuki Guild kalian, bukan? Enak saja kau memerintahku."

Tentu saja telinga seseorang merasa panas ketika mendengar hal itu. Bukan, kata itu. Sebuah kata yang seharusnya ditujukan kepada dirinya dan bukan orang lain. Kata yang mencerminkan pribadinya. Kata yang menunjukkan jati dirinya. Kata yang membuatnya hidup.

Namanya telah digunakan oleh pria mirip kuda nil yang tidak tahu malu.

"Aku BISA memerintahmu layaknya seorang pecundang. Dengan sombongnya kau mengatakan kalau dirimu adalah sang White Dictator padahal kau hanya menggunakan namanya saja." Gadis berambut unik itu menghardik pria besar itu, Ringo palsu. White Dictator palsu itu membuat ekspresi mengancam tapi wanita itu tidak menggubrisnya. Layaknya melihat sampah wanita itu menatapnya jijik. Sementara itu Killa membantu Ringo berdiri dan pria itu sedikit meregangkan badannya dan menggunakan skill Minor Heal miliknya. Meskipun HP-nya penuh, skill itu membuat pemain merasa segar. Tentu saja tidak ada stats yang menunjukkan kesegaran jadi kau harus mencobanya agar tahu.

"Buktikan kalau aku bukan--"

"Namamu Frans Xaverius. Berumur 28 tahun. Bekerja sebagai pegawai kebersihan suatu perusahaan. Memiliki hubungan dengan bandar narkoba. Berstatus suami dan memiliki seorang putri yang masih bayi. Ketika berumur tujuh tahun, kau mengompol sebanyak 236 kali sebelum mencapai umurmu yang kedelapan. Apalagi yang harus kuceritakan?"

"K-kau...!" Ekspresi Ringo besar itu berubah 180°. Dirinya yang tadinya penuh kepercayaan diri menjadi terdiam dan takut. Wanita yang kini ada dihadapannya itu menatapnya sombong. Sebuah senyuman keji dilontarkannya kepada kelompok itu. Killa dan Ringo, serta penonton lainnya menonton kejadian itu dengan takjub.

"Keluar. Dari. Guild-ku. Sekarang." Keempat orang itu mengangguk, berlari meninggalkan bangunan itu. Wanita itu kemudian mendekati Ringo yang asli lalu sedikit membungkukkan badannya. Gestur yang tiba-tiba itu membuat pasangan pengelana itu terkejut.

"Maafkan aku. Anggota baru Guild-ku itu sangat tidak beradab. Semoga hubungan Guild-ku denganmu tidak rusak karena hal ini." Ringo menepuk pundak wanita itu. Ketika wanita itu menengadah sang Acolyte langsung menganggukm Wanita berzirah lengkap itu kemudian tersenyum kecil lalu menghela nafasnya lega.

"Ah, syukurlah. Aku tidak tahu harus mengatakan apa kepada Ayah kalau Guild kita punya masalah. Oh, perkenalkan. Namaku Mesa, seorang Gladiator."

"GLADIATOR?!" Ringo, tanpa sengaja, menaikkan suaranya dengan cukup kuat. Killa dan Mesa terkejut, tapi Gladiator itu tetap menjaga sikapnya. Pria itu menggaruk-garuk kepalanya keras, memikirkan sesuatu tapi nampaknya tidak mencapai suatu kepastian.

"Buat apa seseorang yang memiliki [Advanced Job] sepertimu kemari?" Pria itu menatap Mesa dengan tajam. Pandangannya sedikitpun tidak memperdulikan hal lain disekitarnya layaknya seekor predator yang mengintai mangsanya. Bagi seseorang yang memiliki Advanced-tier Job, atau Advanced Job agar lebih singkat, harus berlevel minimal 50. Buat apa orang dengan level sebesar itu di Lindbeck yang sekitarnya adalah monster berlevel rendah?

"Kami ingin menjadikan kota ini sebagai markas dari Guild kami." Killa dan Ringo menaikkan alis mereka bersamaan. Keduanya adalah pemain  Dragun Online yang memiliki Guild. Tapi mereka ingat kalau di game itu markas Guild disediakan secara gratis setelah Guild mencapai tingkat yang cukup tinggi. Namun segala hal mengenai Guild dan cara kerjanya sepertinya dirombak habis-habisan oleh pihak ZetaVirus.

"Ah, aku ingin sekali menjelaskannya tapi aku tidak punya waktu. Aku harus melaporkan hasilku kepada Ayah. Jadi--"

"Tunggu. Apa nama Guild-mu?"

"Barong Garuda."

...

"Grrrrrrrr.... Tubuhku rasanya lemah sekali. Aku tidak bisa... membawa badanku!!!" Sang Wyburn Minyak, Benzenea, melangkahkan kakinya yang cukup kecil dibandingkan badannya yang raksasa dengan lambat. Dirinya merasa terlecehkan. Seorang Wyburn, mahkluk terkuat yang berjalan di tanah Hailcon, tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan benar. Jika Wyburn lain melihat dirinya, dia pasti akan kembali ke dalam tanah dan berenang bersama lahar gunung-gunung api dengan rasa malu yang mendalam.

"Tch.... Padahal aku tidak ingin berurusan dengan kalian manusia. Tapi, aku bisa terkena masalah jika... tidak... mengurus minyakku!!!" Mahkluk itu berjalan sembari mengutuk nasibnya. Lahar yang ada di sayapnya juga sudah jatuh semuanya, melelehkan tanah yang dilewatinya. Sayapnya yang berbentuk seperti sayap kelelawar berwarna pucat keemasan itupun terekspos ke seluruh dunia. Masalahnya, dia juga sudah lama tidak terbang tanpa lahar itu. Ralat, dia sudah lama tidak terbang.

"Apa... aku.... Hmm???" Meskipun hanya melangkah satu atau dua langkah saja, sebenarnya mahkluk itu sudah berjalan beberapa puluh meter hanya dengan sekali langkah. Dia sudah melakukan hal itu selama satu hari, dan akhirnya dia pun menemukan sebuah hal yang baru dibandingkan tanah-tanah tandus dan monster-monster tidak tahu diri yang mencoba lawannya. Sebuah hutan yang sangat luas dan lebat melebihi hutan Amazon. Merasa ada sesuatu di dalam hutan itu, sang Wyburn mengepakkan sayapnya dengan cepat dan gagah.

Tapi tubuhnya hanya terangkat beberapa meter saja sebelum terjatuh.

"Sial.... Apa memang minyak di dalam tubuhku terlalu banyak atau bagaimana?" Wyburn itu curhat entah kepada siapa. Dia pun merebahkan badannya, kembali merasakan halusnya tanah tandus di depan hutan itu. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dari pepohonan itu membuat sang Wyburn tersenyum malas. Matanya juga terasa sedikit berat.

"Jadi teringat masa lalu dengan ketujuh manusia itu. Mereka ada dimana ya?" Sebelum dia bisa memejamkan matanya, sebuah figur keluar dari dalam hutan. Figur itu memiliki bentuk humanoid berkulit hijau setinggi tiga meter dengan rambut mohawk. Dua buah taring panjang mencuat dari bawah bibirnya yang berbentuk seperti paruh kecil. Tubuh mahkluk itu ditutupi dengan baju perang hitam dengan aksen dan aksesoris keemasan, dan dua buah kapak satu tangan digenggam olehnya. Mahkluk itu berbicara kepada sang Wyburn dengan bahasa yang tidak dimengerti manusia, tapi Benzenea mendengarnya dengan seksama.

"Apa? Jumlah ras manusia tiba-tiba melonjak? Sepertinya yang menggunakan minyakku itu adalah manusia. Lalu, ada masalah apa lagi?" Mahkluk itupun kembali berbicara, tapi kali ini wajahnya terlihat takut dan khawatir. Sang Wyburn mengangguk, sesekali menjawab dengan "Oh". Setelah beberapa lama, pengguna minyak itu melebarkan matanya dan langsung mengambil sikap berdiri.

"Apa?! Troll Hero, Goblin Hero, Mermaid Hero, dan Harpy Hero sudah tidak ada lagi?! Hei, kau. Tadi kau menyebut dirimu sebagai Troll Emperor. Perintahkan ketiga pemimpin lain untuk bertemu denganku. Jika Sang Juru Selamat mendengar ini kita semua akan terkena masalah! Kalian harus menobatkan Hero baru!" Untuk pertama kalinya sejak keluar dari dalam gunung api, Benzenea mengeluarkan nada gelisah. Mahkluk itu, Troll Emperor, dengan sigap berlari kedalam hutan. Wyburn itu pun menengadah ke langit. Wajahnya yang awalnya terlihat khawatir kini menyeringai.

"Jika aku memiliki keempat Hero bersamaku, manusia yang menggunakan minyakku akan mudah untuk kuhabisi dan keseimbangan dunia akan kembali. Lalu aku bisa tidur nyenyak. Semoga saja pria itu masih lama singgah di dunia para dewa."

...

Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro