Dua Lawan Dua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Oke. Aku urus Mesa. Hajar pacarmu itu."

"Jika dia benar pacarku, aku tidak akan menghajarnya. Siapa pria yang menghajar pacarnya?" Owen terkekeh. Jujur saja, dia adalah tipe orang yang akan menghajar pacarnya jika pacarnya membuat kesalahan. Meski kita semua tahu kalau dalam sebuah hubungan, pria harus selalu mengalah. Dia sendiri juga tahu hal itu.

Makanya dia tidak punya pacar.

[U.N. Owen dan Ringo telah menerima tantangan untuk berduel. Duel akan dimulai dalam 10 detik.]

Ringo sudah berjalan kearah Rachel. Pemain tim Barong Garuda menaikkan alis mereka melihat sang Acolyte sementara Owen menyeringai. Memang benar, dalam Duel tidak ada aturan kedua pemain harus mengambil jarak cukup jauh. Yang ada hanya para pemain tidak boleh menyerang tim lain apabila hitung mundurnya belum mencapai nol.

Tentu saja Mesa juga menyadari hal itu dalam waktu yang cepat.

"Rachel, jaga jarak darinya! Biar aku yang menghalangi!"

"Baik!"

[3]

Ringo mempercepat langkahnya.

[2]

Rachel menjauh dari Ringo.

[1]

Mesa mengangkat Greatsword-nya, berdiri dihadapan Ringo.

[0!]

"[Force of Dragon]!"

Tapi yang melancarkan serangan pertama adalah Owen. Dia mengimbuhkan SP-nya ke dalam sebuah trisula yang sudah berada dalam genggamannya. Senjatanya berubah warna menjadi merah gelap, dan sang pengendali waktu menyucukkannya kearah Mesa. Dari hentakan itu, muncullah seekor naga berwarna merah kehitaman, meluncur dengan mulut terbuka.

Mesa berhasil menghindar dari terkaman sang naga yang kemudian menghilang. Namun, Ringo yang tidak terpengaruh Skill temannya mengambil kesempatan. Untung saja dalam Duel, mereka yang berada dalam satu tim tidak dapat melukai temannya dengan cara apapun, bahkan tebasan akan menembus badan mereka. Sang Acolyte, bersyukur karena sistem pertarungan masih sama dengan Dragun Online, langsung berlari kearah Rachel. Si Lost Speller menggertakkan giginya, menyebutkan nama salah satu Skill yang dimilikinya.

"[Prominence Beam]!" Rachel mengangkat tongkat yang ada ditangannya, lalu mengayunkannya dalam bentuk pentagram. Entah darimana, sebuah bola yang terbuat dari lahar muncul dihadapannya lalu menembakkan cairan panas tersebut kearah Ringo. Dia mengelak dan langsung melanjutkan larinya kearah si Lost Speller.

"[Groundsplit]!" Mesa tidak tinggal diam. Ia berlari kearah Ringo, Greatsword-nya berada diatas kepalanya. Meski jarak mereka cukup jauh, sang Gladiator menghantamkan senjatanya ke tanah. Sebuah gempa lokal terjadi di dalam lingkaran pertarungan, menjatuhkan Ringo yang tidak siap akan serangan itu.

Owen, melihat Mesa yang mencoba menyelamatkan partnernya, dengan sigap berlari kearahnya. Sang Gladiator menyadari tujuan mantan anggota Guildnya, berhasil menghindari sebuah tusukan kearah kepalanya. Dia pun membalas dengan mengayunkan pedangnya horizontal, menciptakan angin yang sangat keras. Sayang, Owen sudah lama berada di luar jangkauan pedangnya.

"[Levia Claw]!" Owen melangkah cepat kearah Mesa, sebelah tangannya terlepas dari trisula. Tangannya yang bebas mengeluarkan aura kebiruan, membentuk sebuah tangan yang penuh dengan cakar. Sang Chrono Controller menghempaskan tangannya kearah Mesa, tetapi si Gladiator menepisnya dengan bagian tumpul pedangnya. Sembari menyeringai, Owen lalu menghunjamkan trisulanya yang kini diselimuti aura kebiruan kepada si wakil Barong Garuda. Serangan itu dihindari dengan mudah, menyebabkan senjatanya hanya mengenai angin.

"[Blizzard]!" Di sisi lain, Rachel kembali menciptakan pentagram. Tetapi, yang kini muncul adalah sebuah lingkaran sihir biru raksasa di atas tanah. Sebuah badai es lokal tercipta didalam lingkaran sihir itu, mengenai satu-satunya lawan yang berada di dalamnya.

[-249]
[-256]
[-253]

"Cih! [Minor Heal]! [Healing Orb]!" Sembari mencoba keluar dari dalam lingkaran setan, Ringo menggunakan kedua Skill penyembuhnya. Aura hijau pun menyelimutinya, dan sebuah bola transparan ia lewati. Meski jumlah HP-nya hanya bertambah sedikit, setidaknya ia bisa bertahan.

"Walah? Bukannya tadi mau menyerang? Kok malah kabur?" Rachel mengejek Ringo. Sang Acolyte membalas dengan senyuman. Meskipun begitu, ia tahu kalau semakin lama ia berada di dalam Blizzard, HP-nya akan semakin terkikis. Ia hanya bisa mengandalkan pengalamannya dari Dragun Online soal durasi Skill itu.

"[Minor Heal]!" Sekali lagi ia menambah darahnya, dan kini ia sudah berada diluar Blizzard. Rachel sendiri ada didalam area Skill itu, tersenyum kearah Ringo dengan sombong. Jika saja si Lost Speller bukanlah orang yang ia kenal, Ringo pasti memasukkannya ke dalam daftar Blacklist miliknya.

"[Prominence Beam]!" Merasa kali ini Skill-nya akan kena, Rachel kembali menciptakan sebuah bola magma lalu menembakkannya. Ringo menyipitkan matanya, bertanya-tanya mengapa Cooldown Skill si penyihir sedikit lebih cepat dari ingatannya. Sembari hatinya memaki-maki ZetaVirus karena mem-Buff Job yang sudah kuat, sang Acolyte berlari kearah targetnya dan menghindari sebuah tembakan lahar.

Menyadari durasi Blizzard akan habis, Rachel mulai bergerak menjauhi Ringo. Meskipun Level, Stats, dan Skill-nya jauh lebih banyak dan lebih baik dari sang Acolyte, Rachel lebih memilih berhati-hati. Jika memang temannya itu adalah White Dictator, berarti dia sedang melawan salah satu orang yang paling terkenal karena kelicikannya.

Pilihan yang salah. Karena ia menabrak orang lain.

"Kau pikir lawanmu cuma Ringo?" Rachel langsung mengutuk dirinya. Suara itu bukanlah milik seorang wanita, yang berarti kalau orang yang ada dibelakangnya adalah--

"[Levia Claw]!" Si Lost Speller menutup matanya, menunggu cakaran ataupun tusukan yang tertuju padanya. Namun, serangan yang ditunggu tak kunjung datang. Ia pun membuka sedikit matanya, dan melihat punggung orang yang cukup dikenalnya. Sebuah jari jempol dinaikkan kepadanya.

"Punggungmu masih aman," ucap Mesa. Rachel mengangguk, mencari-cari pria yang mengkhianati Guild mereka. Pria itu sedang terbaring tertelungkup. Dengan sebuah luka, atau lebih tepatnya bekas tebasan, yang luar biasa besar pada perutnya. Rachel sudah tahu apa yang terjadi.

Gladiator bukanlah Job yang bisa disepelekan.

Mesa mengangkat pedangnya dan melaju ke arah Owen yang tertelungkup. Tak butuh waktu lama bagi si pengendali waktu untuk berdiri, menghindari serangan vertikal sang Gladiator. Greatsword milik Mesa tertancap di tanah karena saking besarnya tenaga yang dikerahkannya. Refleks ia langsung berusaha menarik pedangnya ketika melihat ekspresi mantan anggotanya.

"Makan nih tombak," geram Owen. Dengan sebuah tolakan cepat, dia berhasil menusuk Mesa pada punggungnya. Tapi si lelaki langsung mendecak lidahnya ketika melihat angka yang muncul karena serangannya.

"Hanya tiga ribuan? Sialan, armor apa itu?" Owen saat ini sedang menggunakan salah satu senjata terbaiknya. Meski tidak termasuk Astrean, trisula itu cukup untuk memberikan Damage yang menyakitkan kepada monster berlevel tiga kali lebih besar darinya.

"Seharusnya aku yang bertanya. Itu trisulanya Poseidon atau apa?" Owen tersenyum. Sepertinya Mesa meremehkan dirinya dan terkena ganjarannya. Tapi mengingat Job dan Class-nya, Owen tidak terlalu berharap kalau angka ribuan masih termasuk golongan 'mematikan' untuk si Gladiator.

"Mana mungkin, lah. Mati kau langsung kalau ini punya si dewa laut," balas Owen sambil tertawa kecil. Sebelum Mesa bisa membalas ucapannya, mantan Wanderer itu kembali melesat. Dengan mudahnya si Gladiator menghiraukan pedangnya, mengangkat kedua tinjunya. Sebuah seringaian Owen keluarkan.

"Oke. Mari kita berdansa!"

Sementara kedua pemain veteran itu saling balas serangan, Ringo sudah terengah-engah. Permainan kejaran antara dirinya dan Rachel sejak tadi masih stagnan. Ketika durasi Blizzard Rachel sudah habis, dia akan mengeluarkan Prominence Beam dan beberapa Skill dasar Magician kearahnya. Proyekti-proyektil itu mudah untuk dihindari, menyebabkan si Lost Speller terkena beberapa tebasan dan terkadang petir menyambar kepadanya. Tapi tak sekalipun Rachel terkena status Stun.

Sampai detik ini.

Sebuah tebasan yang berawal dari bahu kiri Rachel sampai ke perut kanannya berhasil dilancarkan Ringo. Tapi, Damage dari serangan itu tidak terlalu besar. Masalahnya, tepat ketika ujung pedang si Acolyte menyentuh bahu Rachel, sebuah petir menyambarnya dari langit biru. Mau dimana pun dunianya, jika manusia terkena petir, hasilnya tidak akan baik.

Kecuali bagi yang memanggil petir.

[379!]

[Critical Hit! Target terkena status Stun!]

"Kalau kena petir wajib Critical. Cukup OP juga senjatanya," batin Ringo, menatap Rachel yang terbaring terlentang, tubuhnya dialiri listrik. Si Acolyte tersenyum lalu duduk di perut si gadis yang malang. Tanpa basa-basi, Ringo menebas-nebas Rachel dengan membabi buta.

"Persetan kebaikan." Ringo menyeringai, tebasan dan tinjuan ia lancarkan ke wajah si Lost Speller. Mesa, yang sedang melancarkan tinjuan beruntun ke Owen, mengalihkan fokusnya kepada partnernya yang sedang disiksa.

"Rachel!"

"Lawanmu siapa, ha?" Ketika Mesa mengembalikan perhatiannya kepada Owen, ia sudah mendapati tusukan-tusukan trisula ke tubuhnya. Dengan kecepatan yang melebihi manusia biasa dan tusukan yang sesakit cakaran monster liar, Mesa hanya bisa mengangkat kedua tangannya yang ditutupi zirah untuk bertahan. Hal itu membuat si Chrono Controller semakin beringas, kecepatan serangannya semakin meningkat melebihi batas kewajaran.

"Kau serius berlevel 58, Owen?!"

"Masih bisa bicara, ya? Akan kusumpal mulutmu itu!" Mesa menggertakkan giginya. Jika situasi tak kunjung berubah, dia dan Rachel akan kalah. Bagaimanapun ceritanya, Rachel tidak akan sanggup melawan Ringo. Tubuhnya sudah ditimpa dan wajahnya dijadikan bantal tinju (bantal pedang?) oleh lawannya, ditambah sesekali petir ajaib menghantamnya. Dan agar lepas dari situasi ini satu-satunya yang bisa ia harapkan adalah pedangnya yang masih tertancap. Serangan-serangan yang maksimal dua ribuan tak akan membunuhnya dalam waktu dekat.

Mesa melirik ke kiri dan kanan, mencari lokasi pedangnya. Ia mendapati senjatanya tidak terlalu jauh dari--

Tunggu, kenapa dia butuh pedangnya? Masih ada Skill Gladiator yang lain. Memang Skill itu adalah Skill yang sangat tidak cocok untuk bertarung, tapi dalam situasi seperti ini, dia harus menggunakan segala macam trik yang dia miliki.

"[Shock Effect]!" Wajah Owen menjadi suram. Ia langsung mengambil jarak ketika Mesa melakukan sesuatu yang terlihat terlalu konyol bila dilakukan di dunia nyata. Tanpa basa-basi, ia langsung jungkir balik ke depan, tapi mendarat dengan punggungnya. Jika hanya itu saja memang konyol, tetapi gempa lokal hebat yang membuat Ringo terhenti sementara dari serangannya berkata lain. Rachel langsung menendang belakang kepala Ringo, kemudian menghantam wajahnya dengan tongkat sihirnya. Tentu saja si Acolyte langsung menjadi pusing, meninggalkan Rachel yang dengan sigap membuat sebuah pentagram.

"[Blizzard]!"

"Astaga, Tuhan!" decak Ringo. Ia dan Owen langsung menjauh dari Rachel, lebih tepatnya menjauhi area badai lokal yang diciptakannya. Mesa langsung tersenyum, menarik pedangnya yang tertancap dengan sekuat tenaganya lalu memasuki area sihir Rachel. Ketika sepasang wanita itu mulai bertukar kata, Owen langsung mendekati Ringo.

"Jadi, apa rencanamu, sobat?" Ringo menatap Owen tak percaya, sementara si pengendali waktu terlihat kebingungan. Menghela napasnya, Ringo bertanya kepada pria itu.

"Apa saja Skill yang kau punya?"

"Spear Stab, Levia Claw, Force-- Bodohnya aku. [Force of Dragon]!" Sekali lagi Owen memunculkan aura merah kehitaman pada trisulanya, lalu menusukkannya kearah tim lawan. Ekspresi terkejut kedua gadis itu ketika melihat datangnya seekor naga kearah mereka membuat Ringo menyesal tidak membawa kamera, atau lebih tepatnya menghidupkan rekaman permainannya. Rachel dan Mesa terkena terkaman sang naga sihir, dan mahkluk merah kehitaman itupun meledak.

"Makan tuh 10k! Wuhu!" Ketika Owen masih berbahagia karena Damage-nya, Ringo sudah berlari kearah Mesa dan Rachel yang tergeletak. Dengan pedangnya yang digenggam backhand, si Acolyte lebih terlihat seperti ninja dibandingkan tukang penyembuh. Owen, menyadari tujuan partnernya, berteriak.

"Apa kau gila?! Memasuki area Blizzard--" Apapun yang ingin diucapkan olehnya langsung tertahan di tenggorokannya ketika melihat apa yang terjadi. Tepat badan Ringo menyentuh dinding lingkaran sihir Blizzard, Skill itu menghilang. Mesa yang sudah duduk dan melihat hal itu juga menganga tak percaya. Hanya Ringo yang tersenyum.

Ringo, entah karena adrenalin yang mengendalikan atau memang merasa ingin pamer, meloncat tinggi dengan pedangnya diangkat ke atas kepalanya. Dengan bagian tajam Shipsbane Sword menghadap kebawah, si Acolyte sudah siap memberikan 1001 kesakitan kepada wanita yang masih tergeletak, Rachel.

"Jangan ha--"

"[Spear Stab]!" Meski Mesa sudah mendapat kesadarannya sepenuhnya, ia secara refleks menghindar dari serangan Owen. Dia tahu kalau dia dipaksa menjauhi Rachel, tapi dia juga tahu kalau mencoba tidak fokus melawan Owen hasilnya akan buruk. Jadi dia hanya bisa melihat dengan keringat dingin ketika Ringo ditarik gravitasi lalu menusukkan pedangnya tepat ke tengah dada Rachel. Merasa kalau itu saja tidak cukup, takdir kembali berkonspirasi melawan tim para gadis. Sebuah petir mengenai Rachel bersamaan dengan tembusnya senjata Ringo.

"Wah, kawan. Seratus poin untuk ke-edgy-an," ucap Owen santai. Tim pria menyeringai hebat ketika sebuah notifikasi muncul dihadapan mereka, sementara Mesa terbatuk melihatnya.

[Rachel dibunuh oleh Ringo. Memulai proses mengeluarkan dari Duel.]

Tubuh Rachel langsung berubah menjadi butir-butir cahaya dan terbang ke angkasa. Tapi, butiran-butiran itu kemudian berkumpul di samping Sonia. Beberapa saat kemudian Rachel muncul kembali, sehat walafiat meski dengan wajah cemberut.

"KAU! KENAPA KAU MENYERANGKU SEPERTI ITU?! AKU INI KAN MASIH CEWEK!" Teriak Rachel.

"Aku menjunjung tinggi kesetaraan pria dan wanita. Karena aku senang menghajar pria, aku juga harus senang menghajar wanita," balas Ringo dengan wajah kalem. Tentu saja Rachel tidak menerimanya dengan baik. Caci maki dilontarkan kepada si Acolyte, menyebabkan Sonia mencoba menenangkan sang penyihir yang kalah.

"Jadi, Mesa? Mau lanjut? Dua lawan satu. Berlevel rendah, memang. Tapi Skill kami akan menerbangkanmu sampai ke Andromeda." Owen mengangkat trisulanya dan Ringo memain-mainkan pedangnya dengan lihai. Mesa menggelengkan kepalanya, menggerakkan tangannya dihadapannya seolah sedang menekan-nekan sesuatu. Kedua pria tersenyum hebat dan saling high five ketika sebuah notifikasi muncul dihadapan mereka.

[Mesa memilih untuk menyerah. Tim Owen dan Ringo menang!]

"YES!"

"HAHAHAHAHA!"

Ringo dan Owen tak sanggup menyembunyikan kebahagiaan mereka. Sebuah notifikasi baru kembali muncul, dan keduanya semakin berseri-seri.

"DUA BELAS LEVEL! DU. A. BE. LAS!"

"DELAPAN! TAK AKAN ADA YANG BISA MELAWANKU!"

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!"

Sonia, Mesa, dan Rachel menatap kedua pria itu sedatar mungkin.

"Mereka kenapa, ya? Sudah gila?"

"Tepat sekali, nak. Tepat sekali."

"Malu aku berteman dengannya."

...

"Aku masih bingung kenapa tidak ada yang menonton pertarungan kita." Owen menghela napasnya, genggamannya pada cangkir ditangannya semakin kuat. Ringo menepuk bahu partnernya lalu mengangkat sebuah jempolnya.

"Kuharap kau tidak akan pernah dapat kesempatan untuk pamer."

"Sempak Firaun, lu ngajak berantem?!"

Suara dehaman membuat kedua pria terhenti. Mata mereka kini tertuju pada wanita yang ada di sisi lain meja, Mesa. Mereka semua yang tadi bertarung dan menonton pertarungan sekarang berada di rumah Owen. Owen dan Ringo berada pada satu sisi meja kayu persegi yang entah darimana dimunculkan si pengendali waktu. Mesa dan Rachel mengambil sisi tepat dihadapan mereka, sementara Sonia berada di sisi samping, seolah menjadi penengah diantara mereka. Mereka semua menggenggam secangkir teh hangat dengan ekspresi yang beragam.

"Baiklah. Owen, Ringo, pertarungan yang bagus. Sudah lama aku tidak bertanding melawan pemain dengan Skill sebagus kalian." Mesa tersenyum kepada sepasang lelaki jomblo dihadapannya. Ringo hanya mengangguk, tapi Owen tersenyum-senyum bodoh seperti orang kekurangan vitamin.

"Hmm.... Aku tidak yakin. Memang kami menang, tapi itu karena kau menyerah. Aku merasa kalau kau belum serius tadi." Owen memutar kedua bola matanya. Dia pun menampar kepala partnernya dengan keras. Ringo dan Sonia tidak menerima perlakuan itu dengan baik, tapi keduanya hanya memberikan tatapan 'buat-sekali-lagi-kau-akan-mati' kepada sang Chrono Controller. Mengatakan Owen tidak sadar maksud tatapan itu adalah cara paling sopan untuk menjelaskan reaksi si pengendali waktu.

"Meh, apa kau memang mau membahas itu makanya kau datang ke rumahku, Mesa?" Si Gladiator menggelengkan kepalanya. Wanita itu menarik napasnya dalam-dalam, matanya menyorot tajam kepada Ringo. Dengan senang hati ia membalasnya.

"Kau.... White Dictator, kan?" Ringo langsung menghela napasnya. Sudah berapa kali orang memanggilnya dengan julukan itu? Killa, Owen, dan Mesa. Tiga orang. Dan semuanya kemungkinan besar adalah orang Indonesia. Bagaimana kalau orang luar melihatnya dan tahu IGN-nya? 99% mereka pasti akan langsung meminta tanda tangannya. Jika hal ini terus berlanjut, ia sendiri tidak tahu apa dirinya bisa mengelak dalam waktu lama.

Tapi kalau dia terang-terangan, kemungkinan orang ada yang percaya dan ada yang tidak, seperti kebanyakan orang bernama 'Ringo'. Walaupun begitu, dia yakin lebih banyak yang percaya daripada yang tidak, dan yang tidak akan menjadi percaya.

"Terobos sajalah."

"Oke. Aku memang White Dictator, kenapa?"

Suara teriakan dan jeritan yang terjadi setelahnya membuat Ringo kembali bertanya-tanya akan pilihannya.

...

AN: Oke. Jujur, ini pertama kali aku membuat Battle Scene yang cukup benar. Dan hasilnya gak buruk-buruk amat, lah. Ya, tapi kalo Battle Scene yang simpel begini aja hampir 2k kata, aku tidak tahu mau bagaimana nanti pas perang. Mungkin nanti jadi 5k++ wkwkwkwkwk.

Chapter ini akan menjadi awal dari Arc baru. Mungkin. Kita masih punya misi Ringo menjadi Alchemist, Killa menjadi Miner, melaporkan soal The Black Artifact sama pak tua Heinrich. Belum lagi soal Main Story dan Association of Monsters. Hoo boy, this will be a long ride.

Sedikit catatan, setiap nama Skill yang akan dikeluarkan bakalan ditandai dengan []. Jadi misalnya, Force of Dragon kalo mau dipasang ya [Force of Dragon]. Waktu aku nulis chapter ini, aku bingung membedakan yang mana yang dipasang yang mana yang enggak. Jadi, ya... Chapter setelah ini semua Skill yang dikeluarkan bakalan pake [].

Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya. Let your heart burn your way in Wyburn Online.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro