11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Pria berpostur menjulang itu melonggarkan dasinya. Kancing kemejanya ia buka sembari memasuki kendaraan beroda empat yang tiap hari setia mengantarnya bekerja. Ia letakkan tas kerjanya di bangku belakang, dibenarkannya kaca spion bagian atas. Lelaki itu memandang wajahnya sejenak sebelum akhirnya menutup pintu mobil dan bersiap menancapkan gas dan pulang menuju apartemen.

Hari ini Taehyung bekerja cukup keras. Setelah lama tidak beraktivitas, rupanya ia mulai menikmati kembali rasa-rasanya menjalani kesibukan berat. Sejak kehilangan Seoyun, Taehyung tidak tahu harus berbuat apalagi. Namun sungguh saran yang diberikan Baekhyun ampuh mengembalikan jiwanya sedikit demi sedikit.

Seoyun, kurasa aku mulai menemukan semangatku yang hilang.

Di perjalanan, tak sengaja ia menemui seorang gadis bergerak melangkah dengan mimik wajah murung. Ada gejolak dalam hatinya untuk tetap melaju saja, tetapi ia gagal. Taehyung gagal mempertahankan prinsipnya untuk bersikap dingin, hanya pada satu orang. Satu wanita. Dia adalah gadis yang pertama kali Taehyung temui ketika dirinya sampai di kampus untuk melaksanakan tugasnya sebagai dosen baru. Dia lah Kim Sohyun.

Ah, masa bodoh!

Suara decitan rem terdengar mengusik langkah Sohyun. Gadis itu pun berhenti dan melirik mobil yang Taehyung tumpangi.

Taehyung membuka kaca mobilnya. Dengan muka yang ia buat sedatar-datarnya, Taehyung berkata, "Butuh tumpangan?"

Tak juga menerima respon dari Sohyun, Taehyung pun geram. Ia turun dari mobil dan menyeret lengan gadis itu untuk masuk ke dalam. Sohyun sudah pasti terkejut, terlihat dari kedua matanya yang mendelik tidak santai juga reaksi tubuhnya yang begitu tegang.

Di dalam mobil pun, Sohyun tak berhenti menatap wajah dosennya itu. Aneh, pikirnya.

"Bapak ngapain bawa saya masuk? Bapak mau nyulik saya?"

Taehyung tahu kalau Sohyun tipikal gadis yang keingintahuanya besar. Namun, bukankah keterlaluan jika Sohyun tidak memahami apa yang sekarang Taehyung coba tunjukkan? Ya! Pria itu dengan baik hati hendak mengantar Sohyun pulang.

Tak seperti normalnya, dimana Sohyun akan terus berceloteh saat Taehyung terus mendiaminya. Gadis itu benar-benar tampak murung. Hal itu membuat Taehyung agak khawatir.

Kenapa? Apa aku mencemaskannya??

Ah, ya! Dia mahasiswiku.. wajar bila aku mencemaskan mahasiswiku kan.

Kacaunya dalam isi kepalanya.

Sesuatu yang perlu Taehyung ketahui adalah dirinya tidak pernah bisa menolak kata hati. Yang namanya penasaran, tetaplah penasaran. Meskipun ia mencoba menutupi kepenasarannya, pada akhirnya ia akan mengeluarkannya juga. Terutama setelah melihat sebuah syal berwarna peach terpasang indah menutupi leher Sohyun.

Syal? Tidak biasanya gadis ini memakai syal.

"Kau membelinya?"

Pertanyaan Taehyung yang tiba-tiba, langsung membuyarkan lamunan Sohyun. Ia refleks melepas syalnya, mengangkatnya setinggi bahu dan memperjelas kembali arah pertanyaan Taehyung.

"Maksud Bapak, ini?"

"Hm.."

Sebuah deheman keluar dari mulut Taehyung, memaksa Sohyun mau tidak mau membalas pertanyaannya.

"Dari Kak Hanbin, bagus kan?"

"Apa dia pacarmu?"

Tak memperhatikan topik yang Sohyun bawa, Taehyung justru mempertanyakan masalah yang sukses merusak suasana hati Sohyun.

Ngomong-ngomong, gadis itu baru saja ditinggalkan Hanbin gara-gara Jihyo. Dan Sohyun tahu sendiri bahwa dirinya dan Hanbin tidak pernah ada hubungan apapun, anggap saja mereka friendzone.

Merasa tersindir? Bukan lagi tersindir, namun Sohyun begitu sensitif jika seseorang membahas hubungan antara dirinya dengan Hanbin. Kecuali Chaeyoung, orang lain yang mempertanyakan Hanbin pada Sohyun sangatlah tidak diperbolehkan. Haram.

"Saya kira Bapak nggak perlu sampai menanyakan tentang privasi saya."

"Jangan tersinggung.."

Taehyung membisu. Beginilah rasanya jadi pria, bertanya hal sepele saja disalah-salahkan.

Taehyung kira Sohyun marah padanya, tanpa diduga gadis itu sendiri yang mendadak berkeluh kesah tentang Hanbin. Menceritakan betapa menyebalkannya sahabat masa kecilnya itu dan bagaimana Sohyun merasa dipermainkan oleh Hanbin.

Ya, selama ini gadis itu sadar. Hanbin hanya mempermainkan perasaannya saja. Bersikap manis sesukanya, mengajaknya pergi lalu meninggalkannya sesukanya, pokoknya segala hal yang Hanbin lakukan itu membenihkan kebencian dan kekesalan di batin Sohyun. Sayangnya, walaupun tahu selama ini Hanbin tak pernah menganggap perasaannya serius, Sohyun tetap tidak bisa menyangkal bahwa ia mencintai laki-laki itu.

Cinta memang buta, iya kan? Seberapa banyak kau terluka, bagimu itulah yang dinamakan cinta. Cinta tanpa luka itu rasanya tak lengkap. Dan bodohnya, Sohyun selalu mengorbankan perasaannya hanya untuk melihat Hanbin bahagia. Bersama gadis lain. Bersama Jihyo dan gadis-gadis sebelumnya.

"Berhentilah mengejarnya."

Kalimat singkat padat dan jelas itu sekali lagi menusuk perasaan Sohyun. Bagaimana bisa? Semudah itu kah Taehyung menyuruh Sohyun untuk berhenti mengejar Hanbin? Terlebih, gadis itu memendam perasaannya sejak ia masih remaja. Cinta pertama itu susah untuk dihindari. Juga susah untuk dilupakan.

"Bapak ngaco, ya?? Mana bisa semudah itu saya melakukannya?"

"Ketika kakimu letih untuk berlari, kamu membutuhkan seseorang untuk membawamu pergi."

"Bapak ngomong apa? Bapak mabuk? Kok nggak nyambung? Awas, Pak! Nanti nggak bisa nyetir malah nabrak lagi..."

"Artinya, kamu butuh seseorang yang bisa menjadi sandaranmu kapanpun kamu butuh."

"Cari saja laki-laki lain yang jauh lebih baik darinya ", ungkap Taehyung yang membungkam seketika omelan-omelan Sohyun sebelumnya.

***

Sohyun tidak bisa berfokus menyelesaikan tugas. Ia frustasi dan pada akhirnya menutup laptopnya yang bekerja seperti siput itu.

"Huh... Mau ngerjain tugas aja, laptop nggak bisa diajak kompromi! Harusnya aku beli laptop baru nih.."

"Ck... Uang darimana tapi??"

Ia menatap ke luar jendela sambil menyangga kepalanya dengan kedua tangan. Seandainya Sohyun terlahir menjadi orang kaya, apapun yang dia inginkan pasti bisa dibeli. Tidak perlu tinggal di kos sampai nunggak bayar bulanan, tidak perlu pusing memikirkan pekerjaan, tidak perlu susah-susah mencari uang untuk tambahan kehidupan sehari-hari. Segalanya.. Sohyun cuma bisa berandai-andai.

Cari saja laki-laki lain yang jauh lebih baik darinya,

Sohyun menepuk kedua pipinya gemas.

"Aishh!! Kenapa aku mikirin kata-kata Pak Taehyung lagi sih??"

"Jangan! Jangan, Sohyun.. kau tidak boleh terhasut! Kau harus yakin jika suatu hari nanti Kak Hanbin akan memilihmu.. percayalah.. dia jodohmu. Kalau kalian bukan jodoh, tidak mungkin sampai sekarang kalian bisa bertahan sebagai teman. Kau hanya perlu bersabar.."

Monolognya pada diri sendiri. Beberapa detik kemudian, ia menaik turunkan tangannya seperti posisi orang mengambil nafas saat melakukan yoga.

"Tapi apa maksud Pak Taehyung bicara begitu?"

Drrrt...drrt...

"Halo??"

"Sohyun, kamu di kos?"

"Iya. Ada apa, Kak?"

"Aku punya dua tiket, mau nonton?"

Tanpa basa-basi, Sohyun bergegas menuju lemari pakaian dan berdandan rapi.

Astaga! Kak Hanbin mengajakku ke bioskop!!

***

Sohyun mengusap kedua lengan atasnya yang tidak berbalut kain. Dingin. Ia sengaja memilih dress itu, dress dengan lengan pendek dan panjang bawahan selutut. Dress yang Hanbin hadiahkan sewaktu acara penerimaan mahasiswa baru dulu. Ini kali kedua Sohyun memakainya, gadis itu sangat menjaga apapun yang Hanbin berikan dengan baik.

Sohyun menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Cuaca malam itu bagaikan es, gadis itu sampai menggigil dibuatnya.

Ia melirik jam tangan murahan yang melekat di pergelangan tangannya.

"Sudah satu jam. Kemana Kak Hanbin? Apa dia mengabaikanku lagi?"

Kim Sohyun mulai cemas. Baru saja ia dibuat bahagia, apa mungkin Hanbin akan merusak kebahagiaannya itu sekali lagi?

Sebuah pesan masuk. Sohyun tak mempedulikannya. Ia terus menatap jalanan yang lagi-lagi mulai terbasahi air hujan.

Ia menghela nafas. Kondisi hatinya semakin memburuk. Tanda-tanda ketidakhadiran Hanbin semakin nyata.

"Ayolah.. jangan turun lagi. Kemarin saja sudah cukup. Hari ini Kak Hanbin mau menghabiskan waktunya bersamaku, tolong jangan menangis dulu.."

Keluhnya selagi menatap langit yang gelap disertai adanya cahaya kilat bergemuruh.

Sohyun berdiri dari duduknya. Tepat satu setengah jam, dan malam semakin menampakkan rupanya. Tidak ada pilihan lain, Sohyun harus menelpon Hanbin sekarang juga.

Ketika ia membuka handphone, muncul beberapa pesan masuk.

Melihat nama yang tertera disana, buru-buru Sohyun mengklik dan membaca pesan tersebut.

Sohyun, maaf. Tapi Jihyo sedang sakit, ia membutuhkanku saat ini. Mungkin kita bisa pergi lain kali.

"Apa.."

Sohyun tidak percaya. Jadi Hanbin meninggalkannya?? Sudah berapa kali??

Sia-sia ia pergi dari kos dan berpenampilan cantik. Rupanya, acara menontonnya tidak jadi dan sialnya ia terjebak hujan. Bagaimana ia bisa pulang?

Hatinya tidak kuat lagi. Rasanya sangat sesak. Seseorang yang ia cintai, yang ia percayai, dan yang ia nantikan memainkannya sekali lagi. Bahkan berulang kali.

Sohyun memberikan kesempatan kesatu, kedua, ketiga, entahlah sudah tak terhitung berapa kali Sohyun mempercayai Hanbin. Namun Hanbin selalu merusak kepercayaannya sebanyak itu pula.

Oh tidak.. matanya mulai terasa panas. Sohyun ingin menjatuhkan air mata. Tenggorokannya sakit menahan luka.. ia ingin menangis sekencang-kencangnya. Tapi pada siapa???

"Sudah kubilang, sebaiknya kau cari laki-laki lain saja. Dasar gadis keras kepala."

Suara berat itu muncul bersamaan dengan sebuah jas yang melingkupi tubuhnya yang kedinginan.

Tanpa pikir panjang, Sohyun pun menghambur dalam pelukan orang itu dan menangis sepuasnya disana. Tanpa peduli, tanpa menyadari pada siapa ia berlabuh untuk saat ini karena yang ia lihat bukanlah sosok seperti yang kalian bayangkan, melainkan baginya dia lah malaikat tanpa sayap yang tiada letih menaungi dan menampung setiap kesedihan yang Sohyun sangga belakangan.






























To be Continued.

Wih, keren juga ya kalo punya dosen modelan begini🤗🤗🤗

Yang ngedit daebakk😗



Nb. Hari ini aku pusing... Gara2 tugas. Dan terima kasih!! Kalian yang ngebaca, ngevote, dan ngoment di cerita ini adalah para pelipur laraku❣️❣️❣️❣️


😭😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro