9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sohyun turun dari sebuah mobil sedan hitam. Bibirnya terus mengerucut sepanjang waktu hingga membuat seorang lelaki yang tadi menyetir merasa sangat terganggu. Namun, dengan kesabarannya pria itu tetap menuntun Sohyun menuju ke suatu tempat berlantai dua yang terlihat berdebu, kotor, dan tak berpenghuni.

Perlahan pria itu memutar anak kunci pada pintu dan membukakannya.

"Ini dia!"

Kedua tangannya terbuka lebar seolah mempersilakan Sohyun masuk.

Gadis yang mencepol rambutnya itu melirik
penuh gugatan. Dirinya sudah merasa tertipu oleh dosennya sendiri.

Betapa liciknya seorang Kim Taehyung yang secara diam-diam menaruh nomor ponselnya hingga membuat Sohyun terjerat dalam situasi sekarang ini. Sohyun tidak tau apa kemauan Taehyung sampai-sampai pria itu tak pernah bosan mencampuri kehidupannya.

Sohyun terbatuk. Sesaat setelah masuk ke dalam bangunan tersebut, debu-debu halus menempel di hidungnya. Dadanya mulai terasa sesak.

Namun, ia masih bisa menahannya.

Ketika Sohyun hendak berbalik dan bertanya mengenai apa yang harus ia lakukan, pria berwajah tampan dan jenius itu telah berada di belakangnya. Menyambut Sohyun yang masih terpaku dengan memakaikan sebuah masker untuk melindungi Sohyun dari sengatan debu-debu.

"Pakai ini, asmamu tidak akan kambuh."

Pak Taehyung tau kalau aku punya asma?

Mengerikan sekali. Apa jangan-jangan ia benar sering memataiku?

"Pak-"

"Sudah, jangan banyak tanya! Sekarang kita harus kerja!"

Lagi dan lagi, Sohyun sangat penasaran sebab Taehyung itu tebakannya selalu tepat. Apa Taehyung sungguh dosen lulusan ekonomi? Sepertinya ia lebih tepat berada di bidang psikologi.

"Saya menawari kamu pekerjaan ini tidak cuma-cuma. Sebaiknya ambil sapu yang ada di pojok ruangan dan segera bantu saya membereskan bangunan ini."

Sohyun menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Sabar dan tenanglah, Sohyun. Ini hanya pekerjaan sementara dan tidak begitu sulit bagimu. Kau hanya perlu menyapu dan nanti Taehyung akan memberikanmu upah yang besar.

Dengan sergap, Sohyun menyapu semua kotoran dan debu yang ada dalam ruangan. Meski diiringi dengan bersin-bersin yang tak berujung, ia tetap semangat. Semua itu demi uang! Sohyun tau bahwa ibunya saat ini akan sering terlambat mengiriminya uang, belum lagi Sohyun harus membeli inhalernya yang hampir habis serta ia butuh biaya untuk segera membayar uang kos bulan ini.

Gadis itu jadi semakin rajin bekerja dan entah bagaimana dengan perkuliahannya.

Berjam-jam sudah terlewati. Tangan, kaki, dan leher Sohyun terasa pegal semua. Ia membaringkan diri di atas sofa yang kini terlihat lebih berkilau. Bersih dan bebas noda.

Mata Sohyun terpejam dan keringat kerja kerasnya mengalir membasahi sekujur tubuh. Ini pertama kalinya Sohyun berkeringat sebanyak itu. Sangat melelahkan.

Saat tengah asyik memejamkan mata, pipinya terasa tersetrum oleh sensasi dingin yang luar biasa. Seketika Sohyun membuka kelopak matanya, ia tersentak dan kaget melihat sosok Taehyung yang telah duduk di sampingnya membawa dua kaleng minuman segar.

"Kau haus? Minumlah."

Sohyun menerima minuman itu, sementara kedua manik matanya masih intens menyaksikan Taehyung yang membuka kaleng dengan sangat cool. Sohyun menelan ludah saat Taehyung meneguk minumannya dan membuat jakunnya terkespos naik turun. Terlihat sexy memang dosennya saat itu.

"Ahh.. segarnya."

Sohyun langsung membuang muka saat Taehyung memergokinya sedang memperhatikan aktivitasnya.

"Kenapa tidak kamu minum?"

"Eh.. iya, Pak."

Sohyun dengan gugup membuka kalengnya. Karena terlalu gugup, ia bahkan tidak bisa. Taehyung yang menyadari hal itu, sontak mengambil alih kaleng minuman Sohyun lalu membebaskan tutupnya.

"Ini."

Ucap Taehyung sambil menyerahkan kalengnya.

Gadis itu pun segera meminum minumannya. Namun, bagaimana rasanya jika kau sedang minum dan seorang pria tampan tidak berhenti merekam gerak-gerikmu?

Sohyun jadi salah tingkah. Minuman itu bukannya masuk ke dalam mulutnya, melainkan mengalir begitu saja ke area bibirnya dan jatuh membasahi pakaiannya.

"Ya ampun, ceroboh sekali!"

Gumam Taehyung.

Laki-laki itu bangkit entah kemana, sedangkan Sohyun sibuk mengelapi wajah dan pakaiannya.

"Kemarilah."

Mata Sohyun membulat sempurna. Pria itu datang membawa sapu tangan, ia membantu Sohyun membersihkan wajah dan pakaiannya yang terkena tumpahan minuman.

Jantung Sohyun semakin berdebar seperti kali pertama Taehyung menciumnya. Sebenarnya bukan kali pertama, tetapi jantung Sohyun memang selalu berdebar ketika Taehyung berada di dekatnya.

Apa dia menyukai Taehyung?

Pikiran gadis itu menolak. Ia memandang sama sekali tak ada yang istimewa dari tokoh Kim Taehyung, tetapi mengapa denyut jantungnya berkata lain? Apa ia perlu periksa ke dokter? Kalau-kalau penyakit lamanya kini kembali lagi.

Aah, semoga saja tidak!

"Hati-hati, kalau minum itu jangan terburu-buru."

Melihat Taehyung tersenyum ke arahnya, Sohyun semakin tidak kuat. Ia beralasan pergi ke toilet untuk membasuh muka, padahal ia bermaksud untuk menghindari kontak mata dengan dosen barunya itu.

***

Sohyun POV

Kenapa Sohyun?? Ada apa dengan dirimu? Pak Taehyung tampak seperti lelaki pada umumnya, tetapi kenapa jantungmu berdetak seperti orang jatuh cinta?

Percuma bertanya pada diri sendiri, toh aku juga tidak tau jawabannya. Kejadian ini berlangsung seperti kilatan petir dan kereta api express. Sangat cepat.

Dengan membasuh wajahku berkali-kali pun tidak akan mampu menyembunyikan ekspresi kegugupanku saat ini. Apa Pak Taehyung memperhatikannya?

Kalau iya, aku akan sangat malu!

Ayolah, Sohyun.. hatimu hanya untuk Kak Hanbin. Bukan yang lain, apalagi dosen itu.

Ngomong-ngomong aku jadi penasaran. Kenapa Pak Taehyung tampak seperti orang yang sudah lama mengenalku? Di hari pertama pun, ia berani menciumku. Dan anehnya lagi, ia memanggilku dengan nama Seoyun. Siapa Seoyun? Pacarnya?

Apa Pak Taehyung sedang bermasalah dengan pacarnya? Makanya hari itu dia mabuk dan nekat ke kampus dalam keadaan mabuk. Dia mengiraku pacarnya, lalu dia menciumku!

Ya! Kau pintar, Kim Sohyun! Kau menggunakan otakmu dengan benar. Jadi tragedi penciuman itu hanyalah ketidak sengajaan, iya kan?

Tok. Tok. Tok

"Hei! Apa kamu masih lama di dalam sana? Kamu tidak keluar dari tadi, jangan membuat saya panik!"

Sohyun buru-buru merapikan penampilannya dan beranjak keluar dari toilet.

Namun, ia tidak bisa membuka pintu itu!

"Pak!!"

"Pak!! Pintunya nggak bisa dibuka!!"

Teriak Sohyun dengan resah.

Kedua tangannya sampai memerah sebab tidak berhasil menggerakkan pintu toilet yang tampaknya rusak itu.

"Pak!! Pintunya rusak!"

"Apa?!"

Sahut Taehyung dari luar.

"Oke! Kamu menjauh dari pintu, saya akan dobrak pintunya sekarang juga!"

"Baik, Pak!"

"Saya hitung ya!"

Sohyun bersiap-siap.

"Satu.."

"Dua..."

"Tiga..."


Bruak.

***

"Payah, lo! Masa nggak berani taruhan sama kita-kita?"

"Jangan gila deh! Gue sama dia itu udah sahabatan lama! Kalau dia tau gue mainin perasaannya, dia bisa sakit hati dan nggak mau lagi bicara sama gue!"

Kumpulan anak laki-laki yang tengah duduk di kursi sebuah pub itu sedang bermain truth or dare. Salah seorang di antara mereka kalah dan memilih dare dari kawan-kawannya. Tetapi, dare yang ia terima tidak seperti yang ia bayangkan.

"Ya udah, gini aja! Mendingan sekarang lo ngaku kalo lo nggak berani ngelakuin tantangan dari kita kan?! Cowok kok nggak punya nyali! Cupu banget lo!"

Lelaki itu berdecak. Sebenarnya, ego-nya sangat tinggi. Ia lebih memilih mempertahankan harga dirinya daripada menjaga perasaan sahabatnya dari rasa kecewa.

"Oke! Gue terima tantangan kalian! Tapi gimana sama Jihyo?"

"Tenang, itu urusan kita-kita. Rahasia lo bakal terjamin."

"Jadi, kita deal ya soal tantangan buat dapetin Sohyun dalam dua hari ke depan?"

Lelaki itu ragu. Namun, temannya meyakinkannya.

"Udah, deal aja! Lagian gue percaya, nggak sampai dua hari pun lo bisa dapetin dia. Kita semua kan tau kalo itu cewek naksir berat sama lo. Iya nggak??"

"Bener kata Bobby!"

Kata yang lain.

"Nah, setuju kan??"

Yakin pria bernama Bobby kembali.

"Oke, gue setuju!"



























To be Continued.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro