1. Ketua kelas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa pasang kaki bersepatu membunyikan suara gemuruh. Telapak sepatu bercengkarama dengan keramik warna putih di koridor itu. Disusul dengan suara teriakan dan sorakan bagai ayam berkokok di pagi hari. Saling sahut menyahut.

"Ayo, Gan. Jangan mau kalah," provokasi salah satu siswa cowok.
"Lo juga Ris, pukul terus. Jangan sampai lo bonyok," ucap siswa cowok lain.

Agan dan Aris adalah musuh bebuyutan di kelas XI IPA 2. Sejak kelas sepuluh, mereka sudah sering bertengkar. Bolak-balik masuk BK. Alasan sebenarnya sepele, keduanya tidak mau diremehkan. Emosi mereka sama-sama mudah terpancing. Anak-anak yang lain, enggan memisahkan keduanya.

Muka keduanya sudah babak belur. Namun,  mereka enggan menghentikan pertengkaran tak guna itu. Hingga si ketua kelas mencoba melerai mereka.

"Sudah, cukup! Apa-apaan kalian ini!" ucap Raihan si ketua kelas itu dengan tegas.

Raihan menambah jarak diantara mereka yang sebelumnya saling beradu.

"Apa sih! Ganggu aka lo. Lagi seru juga," ujar Agan kesal.

Raihan acuh tidak mengindahkan ucapannya. Raihan dipilih sebagai ketua kelas karena dia tegas dan juga pintar. Dia berani melerai perkelahian anak nakal yang ditakuti anak-anak lain. Maka dari itu,  dia dipilih sebagai ketua kelas.

"Udah kalian berdua. Apa gunanya berantem kayak gini? Capek deh," ujar Raihan setengah kesal.

Akhirnya mereka memisahkan diri dan mengalah. Mereka tidak ingin berdebat dengan seorang Raihan. Karena dia juaranya jika berdebat.

Raihan menemani Agan dan Aris menuju ruang BK. Pak Heri sampai heran. Lagi-lagi mereka yang masuk sini.

Untuk hukuman, Agan dan Aris disuruh menata buku di perpustakaan. Sungguh hukuman yang tidak menyenangkan. Lebih baik membersihkan toilet. Bisa menyanyi sepuasnya. Jikalau di perpustakaan, sulit untuk bersuara keras sedikit saja.

"Kamu memang cocok sekali dipilih menjadi ketua kelas, Rai," puji Pak Heri ketika di ruang BK.

Raihan hanya tersenyum sedikit datar. Tak jarang para guru memujinya karena kepiawaiannya akan sesuatu. Siswi-siswi pun tak sedikit yang naksir padanya. Hampir seluruh sekolah menyukainya. Namun, dia belum memikirkan soal pacaran. Dia ingin fokus pada sekolahnya saat ini.

Bel pulang sekolah berbunyi 30 menit lalu. Raihan baru saja menyelesaikan piket hari ini.

"Rai, sepulang sekolah ini, kita ke rumah lo ya?" tanya Abu, teman dekat Raihan.
"Boleh aja," ucap Raihan sambil merapikan tempat duduk yang sedikit berantakan karena disapu tadi.
"Asiappp!" timpal Dhabi, teman satunya.

Mereka satu kelas sejak kelas sepuluh, makanya akrab. Abu dan Dhabi adalah saudara kembar yang memiliki kepribadian berbeda. Abu yang normal dam Dhabi yang sedikit gesrek alias teledor. Mereka seumuran hanya terpaut sepuluh menit saja. Orang tua mereka menyukai negara Abudhabi. Maka dari itu, anak mereka dinamai Abu dan Dhabi. Namun, mereka belum sempat mengunjungi negara megah tersebut.

Rumah Raihan dari sekolah tak begitu jauh. Menggunakan sepeda motor, dalam 15 menit pun tiba di rumah Raihan. Abu dan Dhabi senang bermain di rumah Raihan. Karena bisa belajar bareng. Terlebih, Raihan lebih pintar dari mereka.

"Bentar ya, aku mandi dulu." Raihan melangkahkan kaki santai menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Raihan merupakan anak dari keluarga berkecukupan. Tidak kaya, tidak juga miskin. Rumahnya terdiri dari dua lantai dan bergaya sederhana. Itu adalah warisan dari kakeknya.

Raihan memiliki kakak perempuan bernama Tyas Eka Riani. Tyas berusia 26 tahun dan sudah bekerja di sebuah kantor penerbitan. Dia sangat care dengan Raihan. Namun, masih sewajarnya mereka sering juga bertengkar seperti saudara lainnya.

Setelah mandi, Raihan bergegas ke halaman depan. Dia tidak tega membuat Abu dan Dhabi menunggu terlalu lama.

"Eh, ada Abu dan Dhabi," ucap Shinta, ibu Raihan dari dalam.

"Halo tante," respon mereka berbarengan.

"Ini tante ada puding labu. Dimakan ya!" Shinta meletakkan sepiring puding di meja beserta minuman coklat dingin.

"Belajar yang rajin ya!"

"Terima kasih tante."

Mereka bertiga pun mulai belajar. Kelemahan mereka adalah di Matematika, Kimia, dan Fisika. Untuk pelajaran, kelemahan mereka sama. Untu itu, ada Raihan siap membantu.

Mereka mengabaikan sebentar puding labu dan coklat dingin menggiyurkan itu.

"Rai, ini kok hasilnya bisa gini? Gimana ya? Tadi paa diterangin Pak Roni, gue gak paham," tanya Abu.
Pak Roni adalah guru matematika di sekolah Raya Bangsa.

Raihan menjelaskan dengan pelan agar mereka paham. Setelah itu, Raihan meminta agar mencoba mengerjakan beberapa soal agar lebih paham. Lalu mengoreksi mana yang salah dan butuh penjelasan.

"Punyamu ada yang salah, Bu. Lebih benar punyanya Dhabi," ujar Raihan.

"Hihihihi. Punyaku lebih benar, wleeee," ledek Dhabi. Walaupun teledor, tapi dia sedikit lebih pintar dari Abu.
"Apa sih lo, baru bener satu aja sombong amat," kesal Abu.

"Udahan ributnya. Aku jelasin biar lebih terang."

Raihan menjelaskan soal tersebut dengan gamblang. Abu dan Dhabi mangut-mangut tanda mengerti.

Setelah itu, mereka memakan puding labu buatan Shinta dengan lahap.

"Enak banget pudingnya. Nyokap lo emang jagonya buat segala sesuatu," ucap Dhabi saking keenakan.

"Ah bisa aja kamu, Dhab."

Sementara Abu sedang sibuk dengan ponselnya sambil meminum coklat dinginnya yang mulai tidak dingin lagi karema diabaikan sedikit lama tadi. Dia men-scroll time line facebook-nya. Dan menemukan postingan salah satu teman sekelas.

"Eh eh ada good news," ucap Abu antusias.

"Good news apaan?"

"Di kelas kita bakalan ada siswa baru. Cewek lagi, pasti cakep." Abu akan antusias jika menyentuh soal cewek cantik.

"Yang bener lo, Bu?" tanya Dhabi memastikan.
"Ya bener lah! Masa boong."

Abu dan Dhabi pun sibuk melihat layar bening itu. Menerka-nerka seperti apakah rupa gadis itu.

"Rai, lo kok diem aja? Gak penasaran lo?" tanya Dhabi.

"Enggak tuh. Biasa aja, palingan juga cewek jelek dan gak bener," ucap Raihan dengan nada tidak tertarik sama sekali.

"Jangan sembarangan lo, Rai. Mana tau orangnya cantik dan mempesona," ujar Dhabi tak mau murid baru itu diremehkan.

"Terserah kamu deh," acuh Raihan. Lalu dia lebih memilih meminum coklat dinginnya sambil melihat materi yang akan diterangkan besok oleh guru.

Dhabi memilih fokus lagi ke ponsel Abu.

Namun, dalam hati Raihan sebenarnya penasaran juga siapa gadis baru itu.

Semarang, 4 Oktober 2020
nimatulbaiti

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro