Bazar Musim Dingin***

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

❄❄❄

Natsu menempelkan telepon genggamnya ke telinga, matanya masih remang-remang untuk sadar secara penuh.

Hari ini hari terakhir liburan musim dingin. Besok ia akan sekolah seperti biasa. Namun, dia yakin besok akan terlambat jika kebiasaan buruknya saat liburan seperti ini terus berlanjut.

Perlahan ia menatap layar ponsel, jam sembilan lewat sepuluh pagi. Matsu pasti sudah pergi ke bazar musim dingin pagi ini, padahal dia dan Natsu berjanji untuk pergi bersama.

"Moshi-moshi," ucapnya lemas dengan mata yang masih menutup.

"Natsu-chan!" teriak Yori di ujung sana membuat Natsu menjauhkan ponsel itu dari telinganya. "Kenapa tidak datang ke sini, hah? Pasti kesiangan lagi."

"Hmm...."

"Hanya itu tanggapanmu? Lihatlah di sini buku yang ingin kau beli sedang obral, dasar payah." Volume suara Yori mengeras membuat Natsu semakin malas mendengarkan.

"Paling sudah dibeli orang," jawab Natsu santai, "sudah ah, mau tidur lagi." Natsu kembali membenamkan kepalanya ke dalam selimut, tapi tidak mematikan telepon dari Yori.

"Tidur lagi? Pokoknya cepat ke sini!" ancam Yori yang justru dibalas dengan jawaban 'malas' dari Natsu.

Yori mendesah. "Ya ampun Natsu! Aku lihat Nishimura berjalan dengan perempuan lain." Sontak Natsu langsung menegakkan badannya.

"Serius? Di mana?" Natsu bertanya cemas, cepat-cepat ia berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa handuk.

"Di bazar ini, dia di tempat pameran foto. Perempuannya lumayan cantik sih." Yori terdengar berbisik pelan. "Ayo cepat ke sini! Ya tuhan, mataku saja sudah panas melihatnya."

"Iya-iya aku ke sana." Natsu terburu-buru membasahi tubuhnya dengan air.

Semenjak kejadian di rumah Nishimura beberapa hari yang lalu, Natsu tak pernah lagi bertemu dengannya. Mungkin membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya tanpa ada yang terluka. Tapi bagaimanapun juga masalah ini akan membuatnya tetap terluka.

Telepon dari Yori telah ia putus, tak tahan mendengarnya. Natsu ingin langsung memeriksa di tempat Nishimura dengan perempuan itu.

Terserah hasilnya seperti apa, paling-paling Natsu nantinya pulang dengan mata yang bengkak.

Meski sangat sulit bagi Natsu untuk mendapatkan perhatiannya, dia tidak akan menyerah. Tahun kesembilan ini semua harus berjalan lancar.

❄❄❄

"Yori bohong!" Natsu berteriak keras menatap temannya jengkel, tetapi justru dibalas juluran lidah dari Yori. "Soalnya jika tidak menggunakan cara itu, Natsu tidak bakalan datang sih."

"Ishh! Dasar Yori pembohong! Mendoksai[1]!" Natsu menghentakkan kaki.

"Sudah-sudah!" Matsu melerai, "ini, cobalah!" Ia menyuapi Natsu dengan sepotong bola takoyaki [2]yang dibalas dengan kunyahan galak dari Natsu.

"Ya ampun, Natsu! Paling tidak kita menghabiskan liburan ini bersama-sama, tidak harus ada Nishimura, bukan?" Matsu memasukkan satu bola takoyaki ke dalam mulutnya.

"Ya, janji kita kan mau pergi ke sini bertiga, Kau yang kesiangan."

"Paling tidak Yori tidak harus membohongiku."

Yori memutar bola mata. "Jika tidak kukatakan hal seperti itu, kau tidak akan datang ke sini ya kan?"

"Terserah kalian." Natsu mengembuskan napas kesal. "Di mana tempat obral bukunya?"

"Di sebelah selatan bazar." Yori yang menjawab. "Kau mau ke sana? Tapi bukunya mungkin sudah habis."

"Kalau begitu kepalamu yang akan kuhabisi." Natsu berjalan berlawanan arah. Yori menggelengkan heran. "Natsu hari ini lebih sensitif."

Natsu berjalan mencari bazar buku, ternyata sulit sekali. Sampai sekarang dia belum menemuinya. Hanya ada bazar CD, Fuurin[3] produk sisa musim panas kemarin, perlengkapan sekolah, dan semacam cenderamata lainnya.

Sedikit-sedikit Natsu melenceng ke tempat cendramata musim panas, ia tersenyum mengingat bazar ini seharusnya dikhususkan untuk musim dingin. Namun, mainan pohon pinus, gantungan kunci daun pohon Ek, serta cendramata kerang dari pantai, Natsu suka melihat hal-hal yang berhubungan dengan musim panas. Sesuai dengan namanya, Natsu, yang berarti musim panas.

Merasa jengkel tidak mendapatkan apa yang dicarinya, ia mencoba bertanya ke salah satu pengunjung. Pandangannya menyisir bazar dan mendapati seorang laki-laki tinggi berjaket hitam merah seperti ninja membelakanginya. Dia mengunjungi bazar cendramata musim dingin.

"Maaf, permisi," Natsu menyentuh lengan laki-laki tersebut secara sopan dari belakang. Laki-laki itu refleks membalik badan.

"Ya?... eh, Oichi-chan?"

"Ne? Kamura-kun?" Dia tak memercayai matanya. Kamura tersenyum kepadanya.

"Kamu di sini? Kamu cari apa?"

"Em-anu, aku mencari bazar tempat buku-buku."

Kamura diam agak lama, memperhatikan Natsu. "Oh, tempat buku, ada di sebelah selatan bazar."

"Bukankah ini selatan bazar?" tanya Natsu tidak percaya, atau jangan-jangan dia yang salah arah.

Kamura terkekeh melihat tingkah Natsu yang kebingungan, lantas ia melingkarkan lengan kanannya ke bahu Natsu. "Sini! Aku antar," tanpa menunggu jawaban dari Natsu, ia langsung berjalan.

"Tap, tapi...." Natsu yang panik berusaha melepaskan rangkulan Kamura.

"Sudah, diam saja!" Mereka mulai berjalan menuju ke arah selatan bazar. Natsu memang salah. Dia tadi malah memasuki wilayah utara bazar. 'Natsu Chan payah' tiba-tiba perkataan menjengkelkan Yori terngiang di kepalanya. 'Gadis payah' kali ini perkataan Nishimura.

Beberapa pengunjung khususnya perempuan melirik iri ke arah mereka. Pasti mengira berpacaran. Natsu merasa tidak enak, perlahan dia melepaskan lengan Kamura dari bahunya.

"Tidak enak dilihat orang," kata Natsu saat melepaskannya. Kamura hanya tersenyum. Lalu memasukkan tangannya ke dalam saku jaket.

"Oichi-chan, sendirian ke sini?" tanyanya kemudian.

"Tidak, sebenarnya ada Matsu dan Yori di bazar makanan." Natsu menatap ke air wajah Kamura, yang dibalas anggukkan mengerti.

"Kamu sendiri tadi ngapain di sini?" Natsu balas bertanya.

"Hanya lihat-lihat, bosan di rumah."

"Sendirian?"

"Tidak, berdua." Kamura membalas tatapan Natsu. Natsu kembali bertanya. "Dengan siapa?"

"Oichi-chan." Ia tertawa kecil, membuat Natsu memukuli lengan kokohnya. "Dasar!" Natsu menatap tajam Kamura, Kamura mengacungkan jari telunjuk dan tengah.

"Kamura-kun, ayo cepat, nanti kehabisan bukunya!" Natsu kemudian berjalan mundur di depan Kamura, lalu berbalik badan dan berlari sambil melompat-lompat meski saat ini jalanan masih licin. Sejenak Kamura terdiam ditempat, kemudian mengekori Natsu, berlari kecil.

Dia tersenyum.

"Memangnya apa sih yang kamu cari?" Kamura bertanya setelah beberapa menit mereka sampai di bazarnya. Terlihat Natsu yang sibuk mencari-cari, mengais seluruh tumpukkan buku, tapi tidak ada yang dia temukan.

"Mungkin tadi Yori benar." Natsu mendesah, Kamura yang tidak paham lebih mendekatkan telinganya.

"Apa? Tadi?"

"Sepertinya Yori tadi benar, bukunya sudah tidak ada." Natsu mendengus kesal.

"Jadi?"

"Yah, rasanya percuma saja datang ke sini." Natsu meletakan kembali buku-buku itu dengan lesu. Kamura merubah posisinya membelakangi meja, menatapi langit yang sepenuhnya tertutupi awan.

"Apa boleh buat." Kamura menoleh ke arah Natsu, memperhatikan mimik muka kekecewaannya. "Kamu tidak mencari yang lain?"

Natsu menggeleng pelan.

"Kamura Kun sendiri mau mencari apa?"

Kamura berpikir-pikir sejenak. "Kamu sudah sarapan?" tanyanya.

Lagi Natsu menggeleng, ia memang belum sarapan karena tadi memang terburu-buru.

"Mau ke bazar makanan?" Kamura tersenyum tipis ke arah Natsu.

"Tidak usah, tidak ada yang enak sepertinya."

"Bagai mana kalau udon?" tawar Kamura untuk kedua kalinya. Senyum Natsu kembali mengembang. Dingin-dingin seperti ini memang enak kalau makan udon. Kemudian ia mengangguk dan berjalan beriringan dengan Kamura.

"Aku rasa Matsu dan Yori masih di sana."

"Baguslah kalau begitu." Kamura kembali tersenyum cerah.

Sepanjang jalan ia tersenyum bahkan kepada kepingan salju sekalipun. Jujur saja, Natsu baru kali ini melihat Kamura tersenyum sebanyak ini dan semanis itu. Hampir mustahil jika melihatnya tersenyum di kelas.

Sikapnya terlalu dingin dan datar kepada semua orang. Jarang berbicara, tidak berteman karena ia cenderung menutup diri, dan dia hanya menghabiskan waktunya di kelas dengan membaca buku atau berolahraga sendirian.

Padahal, jika sikapnya seramah ini pada semua orang, dia pasti akan mendapat teman dengan mudah. Belum lagi adik-adik kelas yang banyak mengidolakannya.

Melihat lengan Kamura yang berotot dan tingginya yang menjulang, mengingatkan Natsu kepada Nishimura, orang yang tadi dikatakan Yori ada di sini namun ternyata hanya tipuan belaka.

Dia? Ada disini?

Natsu mengucek matanya tidak percaya. Orang itu, Nishimura, ada di sana, di antara rangkaian foto yang menempel pada tenda salah satu bazar.

Sedang apa? Tentu mengamati hasil jepretan.

Semuanya seperti kebetulan yang mengejutkan, atau justru menyenangkan? Perasaan baru saja Natsu mengamati postur tubuh Kamura yang sangat mirip dengan Nishimura, eh dia sendiri ternyata ada di sini.

Hal ini melenyapkan semua kekecewaan Natsu di sini. Ditambah lagi, dia sendirian.

"Oichi-chan, ada apa?" tanya Kamura saat menyadari Natsu yang terdiam di tempat, ia sudah tertinggal empat langkah dari Kamura.

Natsu langsung berlari ke tempat Kamura dan berbisik. "Kamura-kun, coba lihat di sana!" Natsu menunjuk ke arah tenda salah satu bazar. Kamura mencoba mencari sosok yang ditunjuk.

"Nishimura-kun?"

Dibalas anggukkan yang teramat senang dari Natsu.

"Lalu?" Kamura mengerutkan dahinya.

"Ya ampun, tidak peka sekali!" Kamura semakin mengerutkan dahinya tidak mengerti, sehingga Natsu melanjutkannya, "tidak lihat pipiku mulai memerah?"

"Ya?" Kamura agak ragu, namun wajah Natsu memang memerah.

"Aku mau ke sana, boleh ya?" Natsu mengatakannya pelan. "Kita pisah disini saja!"

"Tidak jadi makan?" Kamura masih pada ekspresi yang sama.

"Ajak Matsu saja di depan, dadah." Tanpa menunggu jawaban, Natsu langsung melambaikan tangan pada Kamura.

❄❄❄

Natsu berdeham sekali, namun tidak dihiraukan oleh Nishimura. Laki-laki bertubuh tinggi itu masih sibuk memperhatikan detail foto yang ada di hadapannya.

"Ehemm." Sekali lagi Natsu berdehem, namun masih tidak dihiraukan Nishimura. Natsu tidak mengerti sama sekali apa yang dilakukan Nishimura saat ini. Natsu tidak ahli dalam hal foto memfoto. Ia bahkan tidak tahu sama sekali detail apa yang diperhatikan Nishimura. Menurutnya, foto jika diperhatikan sedetail mungkin, semuanya akan sama saja.

"Nishimura-Kun," panggil Natsu sambil mengetuk lengan laki-laki tersebut.

"Apa?" jawab Nishimura tanpa menoleh.

"Ini aku, Natsu!"

"Sudah tahu." Lagi dia tetap tidak menoleh sedikitpun ke arahnya. Ia sibuk memperhatikan foto pohon sakura di sudut jalan Kyoto.

Natsu berdehem lagi. "Kamu ngapain di sini?"

"Memangnya nggak lihat?" jawabannya dengan intonasi yang sama saja.

"Kamu sudah lama disini?" Natsu masih berusaha.

"Menurut kamu?" Lagi, dingin.

"Ya, aku gak tahu! Mangkannya nanya." Kali ini tidak ada balasan dari Nishimura. Natsu hanya menahan napas lama, sebelum akhirnya Natsu sadar harus dia lagi yang mulai bicara.

"Sendirian nih?"

"Memangnya nggak lihat?"

Ya ampun kalimat itu lagi, kali ini Natsu benar-benar menyumpahi dirinya.

"Berarti aku boleh nemenin dong!" Natsu mengerlingkan matanya.

"Bukannya tadi kamu dengan Kamura Nisigaki?"

"lho, kok tahu?" Natsu kali ini benar-benar kaget, seingatnya saat melihat Nishimura tadi, tidak sekalipun Nishimura meliriknya, apalagi melihat saat Natsu masih bersama Kamura. Nishimura sepenuhnya membelakangi mereka.

"Ada mata." Natsu menelan ludah mendengar jawabannya. Nishimura masih tidak melirik ke arah Natsu.

"Nishi-kun sudah makan?"

"Bukannya tadi sudah mau makan dengan Kamura Nisigaki?"

Lagi-lagi Natsu tercengang, ia menutup mulutnya yang membulat lebar. Untung saja Nishimura tidak melihat ekspresi konyolnya. "K-kok tahu?"

"Ada telinga." Natsu mendengus kesal, sulit sekali rasanya, padahal hanya sekadar mengobrol.

Aneh sekali jika melihat tingkah kedua laki-laki yang Natsu kenal ini. Dari luar, seorang Kamura Nisigaki mempunyai sikap yang sangat pendiam dan dingin, tapi setelah berteman dengannya Kamura menjadi sosok yang ramah dan hangat.

Sedangkan Nishimura Kaito bisa dibilang sudah lama dikenal mempunyai sikap yang baik kepada banyak orang termasuk Matsu dan Yori, tapi jika dihadapkan dengan Natsu, sikapnya menjadi seperti sikap Kamura kepada orang lain.

"Ya sudah kalau begitu, aku pergi saja deh." Natsu pura-pura merajuk dan pergi. Namun, saat mengetahui Nishimura tidak mengejarnya ataupun menahannya, Natsu mendengus kesal dan kembali lagi.

"Nishi-kun!" teriaknya membuat orang lain yang ada di sana menoleh ke arahnya. "Aku pergi nih!"

Nishimura masih menatapi foto. "Ya sudah pergi saja."

"Ih, kok gak peduli sih?" Kekesalan Natsu kian meluap-luap. Namun, tanpa angin atau panggilan alam apapun, akhirnya kepala Nishimura menoleh ke arahnya, membuat detak jantungnya melompat.

"Cerewet!"


----

[1] Menyebalkan

[2] Makanan sejenis panekuk berbentuk bulat dengan isian daging gurita

[3] Lonceng angin

❄❄❄

-WINTER-

Next up!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro