19

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ryena Shin telah kembali ke Kerajaan Cahaya, saat ini berjalan di samping Pangeran Zephran. Jarak meraka beberapa belas jengkal karena pangeran tidak begitu bernyali untuk berjalan di dekatnya.

Pandangan gadis itu fokus pada langkahnya, ia menunduk. Matanya menyiratkan sesuatu yang keras, hal yang tidak bisa Pangeran Zephran jelaskan dengan kata-kata.

Bagaimana kalau Ryena pergi lagi setelah dia terlalu jujur mengekspresikan apa yang dirasakannya terhadap gadis itu? Bagaimana jika Ryena membencinya? Bagaimana jika Ryena--

Semua pemikiran Pangeran Zephran terhenti tiba-tiba saat dia merasakan seseorang menatapnya. Dari arah Ryena. Tetapi, Pangeran Zephran tidak ingin terlalu cepat berharap. Lagipula Ryena tidak suka dengan perasaannya, Pangeran Zephran tidak boleh membuat Ryena menjauhinya. 

Akan tetapi, melihat Ryena berjalan sendirian seperti itu membuatnya tidak nyaman. Dia tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Nona Shin," panggil Pangeran Zephran, membuat Ryena menoleh. "Bagaimana kabarmu?"

Ryena menatapnya diam, tetapi bagi pangeran, itu adalah sesuatu yang mengerikan dan tak dapat diduganya. Dia tidak bisa membacanya. Namun Pangeran Zephran tidak yakin, satu pertanyaan mengenai kabar bisa membuat Ryena menjauh. Dirinya hanya mencoba untuk ramah terhadap gadis itu, kepada tamunya, kepada Ryena.

"Kenapa?" tanya Ryena balik. Itu jelas bukan jawaban yang bagus.

"Aku hanya ingin tahu," balas Pangeran Zephran cepat-cepat.

Ryena memalingkan wajahnya dari Pangeran Zephran. Pangeran menghela napasnya diam-diam, memikirkan apa sesungguhnya yang salah dari pertanyaannya barusan dan mencoba menganalisis mulai dari nada bicaranya, volume suaranya sampai dengan memprediksikan bagaimana matanya menatap ke arah Ryena tadi.

"Uhm, ayahku menunggu di sana," sahut Pangeran Zephran sambil menunjuk keberadaan sebuah pintu. "Aku akan memanggil Fercie untuk menemanimu."

Tanpa bisa Pangeran Zephran tebak, Ryena menahan jubahnya saat Pangeran Zephran hendak pergi mencari Fercie. Rasanya, jubahnya seperti mempunyai saraf sendiri, karena Pangeran Zephran bisa merasakannya.

"K-kenapa?" tanyanya sambil melirik ke luar jendela.

Apakah akan ada badai besar atau air bandang yang datang tiba-tiba? Karena ini mengejutkan sekali.

"Saya ingin mendiskusikan sesuatu dengan pangeran, nanti," bisik Ryena dengan suara kecil. "Boleh?"

Pangeran Zephran mengerjap panik, lalu berdeham pelan mencoba menenangkan dirinya, "Mendiskusikan apa?"

Sebenarnya sang pangeran tidak sedang mencoba membalaskan dendam kepada Ryena yang biasanya selalu bertanya balik apabila dia bertanya. Dia hanya sedang gugup dan mencoba untuk tidak mengekspresikannya, walau sebenarnya Ryena sudah langsung tahu bahwa Pangeran Zephran saat ini sedang gugup setengah mati.

Mudah sekali bagi gadis itu untuk membacanya.

"Pokoknya penting dan sangat rahasia," jawab Ryena sembari melepaskan pegangannya pada jubah pangeran dan bersiap-siap mendorong pintu. "Saya akan menunggu di tempat duduk taman, nanti malam."

Pangeran Zephran lebih dulu membuka pintu itu sebelum Ryena melakukannya--mempersilakannya masuk, "Baiklah."

Di balik pintu itu, sang raja telah duduk menunggu kedatangan Ryena untuk meminta penjelasan yang akan Ryena sampaikan.

Dan Pangeran Zephran, selain harus menebak apa yang akan disampaikan oleh Ryena juga harus bertanya-tanya mengapa gadis itu semakin manis saja.

*

Makan malampun, Raja Zeolard tidak mengatakan apapun kepada putranya. Hanya memakan santapannya dan sesekali menyicip anggurnya. Raja Zeolard sedang banyak pikiran. Ayahnya pasti sedang memikirkan nasib rakyat yang kini dihantui oleh perasaan saat dikendalikan oleh monster asing dalam tubuhnya, itu jelas berbeda dengan apa yang terjadi kepadanya sekarang, yang sudah bisa mengendalikan tubuhnya dengan baik.

Untungnya, Ryena kembali sebelum wabah bertambah parah. Akan tetapi, hal tersebut sedikit membuatnya cemas. Ryena hanya seorang diri dan jumlah orang-orang yang berpenyakit itu tidak terhingga.

"Zephran, besok pagi Ayah akan menyampaikan sesuatu yang penting kepadamu," ucap Raja Zeolard.

"Iya, Ayah," balas Pangeran Zephran dengan patuh.

"Sekarang, kau istirahat saja di kamarmu, atau ke taman untuk mencari bunga-mu."

Pangeran Zephran memilih untuk pura-pura menjadi tuli tentang itu, "Selamat malam, Ayah."

"Selamat malam."

Pangeran Zephran sebenarnya tidak ingin terburu-buru datang ke taman, tetapi dia takut Ryena akan menunggu lama. Malam ini sangat dingin karena sedang musim peralihan. Juga karena bulan purnama akan datang dalam beberapa hari lagi--hari ulang tahunnya juga.

Agak kaget juga dia saat menemukan Ryena duduk sendirian di bangku taman dengan pakaian yang tidak hangat. Gadis itu bersandar, mendongak bulan yang ada di atasnya. Pangeran Zephran memutuskan untuk melangkah datang ke padanya dan menginterupsi pemandangannya.

"Kau tidak dingin?" tanya Pangeran Zephran.

Ryena yang mendongak seperti melihat pangeran dalam keadaan terbalik. Dia membenarkan posisi, lalu berbalik dengan benar. "Dingin."

"Kalau begitu perbincangan kita harus cepat," ucap Pangeran Zephran. "Apa yang ingin kau katakan?"

"Pangeran tidak mau menawarkan jubah?" tanya Ryena yang membuat Pangeran Zephran tersentak.

Darimana dan bagaimana caranya Ryena bisa tahu apa yang dipikirkannya barusan?!

Pemikiran tentang Ryena yang mungkin bisa membaca pikiran membuatnya waswas. Kalau dia benar-benar bisa, itu berarti dia bisa mendengarkan pikirannya yang selalu gugup dan gelisah, setiap dia melihat Ryena.

Pangeran melepas jubahnya, lalu menyerahkannya kepada Ryena.

"Jadi, apa ingin kau bicarakan, Nona Shin?" tanya Pangeran Zephran lagi, tidak ingin berkontak mata dengan gadis itu karena mampu membuatnya sangat lemah. "Kemana kau malam itu? Lalu, orangtuamu mengizinkanmu datang ke sini sendirian?"

"Iya, itu yang ingin saya ceritakan. Silakan duduk. Ini akan lama."

Pangeran Zephran duduk di sampingnya, Ryena mulai bercerita.

"Saya punya lima kekuatan. Kekuatan pertama adalah untuk menyembuhkan, batas pemakaian tidak terhingga. Kekuatan kedua adalah untuk mengendalikan, batas pemakaian tiga kali dan saya sudah menggunakannya dua kali."

Hanya menyimak, itulah yang bisa Pangeran Zephran lakukan saat ini.

"Kekuatan ketiga adalah untuk menghapus kepingan kenangan, batas pemakaian tiga kali dan saya sudah menggunakannya dua kali."

Sejenak, Pangeran Zephran berpikir bagaimana Ryena menggunakannya satu kali hanya untuk membuatnya melupakan wajah gadis itu. Sudah berbuat sejauh itu, rupanya perasaannya kepada Ryena tidak hilang begitu saja.

"Lalu, bagaimana dengan dua kekuatanmu yang lain?"

Ryena menatap ke arah matanya, lalu menjawab pelan, "Kekuatan keempatku adalah untuk--"

.

.

.

.

Next chapter flashback on that night

***TBC***

14 Agustus 2018

a/n

Kalem, sayangku. Toh chapter depan udah dijelasin.

Ingat apa yang terjadi dengan ADK series setiap ada penceritaan flashback sampai selesai? Yap, bingo. Itu tandanya sudah hampir tamat.

25 chapter kayaknya cukup. Kayaknya.

Coba kita lihat, Ryena butuh berapa chapter untuk menceritakan flashbacknya.

See you so soon! <3


Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro