22

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.

.

.

Malam itu, Ryena tidak bisa tertidur.

Bukan karena sofa di bawahnya tidak empuk. Tidak, sofa ini jauh lebih empuk dibandingkan kasur baru yang pernah dicobanya. Selimut dan bantal yang diberikan oleh pangeran juga sudah lebih dari cukup buatnya. Bukan pula karena kain penutup wajah yang dipakainya membuatnya sulit bernapas, karena kain penutup itu sangat tipis.

Ada banyak hal yang membuatnya heran. Pertama, Fercie akan ada untuk menyambut kedatangan Ryena di istana. Kedua, pangeran bilang Fercie telah ditumbalkan untuk persembahan tahun lalu. Ketiga, Fercie ternyata adalah adik angkat Pangeran Zephran. Keempat, Fercie tidak menyukai Ryena, dan kelima, tidak ada satupun orang di kerajaan yang ingat bahwa Fercie pernah menjadi persembahan.

Masalahnya, Ryena juga tidak merasa bahwa Fercie melakukan lagak-lagak yang mencurigakan selama dia bertemu dengan Ryena. Yang mana halnya, dia tidak menganggap kedatangan Ryena di istana adalah sebuah ancaman--terkecuali fakta bahwa dia merasa Ryena bisa merebut kakak tersayangnya dari sisinya, karena sepertinya Fercie tidak menganggap Pangeran Zephran sebagai kakaknya.

Jadi, pertanyaannya sekarang, apa yang sebenarnya terjadi di sini?

"Nona Shin," panggil Pangeran Zephran dengan suara pelan.

"Apa?"

"Kau mau tidur di sini?" tanyanya yang justru dibalas Ryena dengan cepat.

"Tidak, terima kasih. Saya lebih nyaman di sini."

"Aku ingin membicarakan banyak hal denganmu," ucap pangeran.

"Kita bisa bicara seperti ini." Ryena mulai memperbaiki posisi tidurnya agar dapat menemukan posisi nyaman. Siapa tahu jika pangeran menceritakan hal yang membosankan nanti, dia bisa tertidur.

"Apakah Fercie akan memaafkanku?" tanyanya.

"Itu pertanyaan yang konyol. Fercie sangat mencintai pangeran," balas Ryena, mengatakan perasaan Fercie terang-terangan seperti itu.

"Iya, aku tahu. Sebelum menjadi persembahan, dia pernah mengatakannya."

Tadinya Ryena pikir, selain menyandang gelar Pangeran Naif, Ryena juga ingin menambahkan gelar terlalu percaya diri untuknya. Namun setelah mendengarkan penjelasan Pangeran tentang Fercie yang mengaku langsung kepada pangeran, Ryena membatalkan segala niat buruknya itu.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya, Nona Shin?" Pangeran Zephran mengalihkan topik.

Sebenarnya Ryena sedang berpikir keras tentang Fercie dan berusaha menerka apa yang sebenarnya terjadi di sini, tetapi sedikitpun, dia tidak mendapatkan petunjuk. Mungkin hal yang harus dilakukannya sekarang adalah memikirkan apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Mungkin saya akan ke desa untuk memberi peringatan kepada diri saya sendiri," sahut Ryena.

"Tetapi, apakah itu bukan keputusan yang gegabah?" tanya Pangeran Zephran yang membuat kepala Ryena yang sedang berbaring, langsung naik untuk memperhatikan apa yang dilakukan pangeran di atas tempat tidurnya.

Dan yang benar saja, Pangeran Zephran sudah dalam posisi duduk.

"Gegabah bagaimana maksud pangeran?" tanya Ryena.

"Apa jadinya kalau warga desa menemukanmu dengan dirimu? Melihat dua orang yang sama dalam satu waktu padahal kau tidak mempunyai saudara?"

Masuk akal. Masalahnya, Ryena sudah buntu, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya meskipun sudah dikirim langsung ke masa lalu.

Pertanyaannya, apakah memang harus tiga bulan purnama silam?

Dan apa tujuan Dewi Penyembuh? Meminta Ryena mencegah pangeran mendapatkan penyakit Z-kah?

"Bolehkah aku memberimu sedikit saran?" tawar Pangeran Zephran.

"Apa?"

"Besok, aku akan membawamu bertemu dengan peramal istana."

Ryena mengerutkan alisnya bingung. Mengapa dia harus mendatangi peramal untuk menanyakan perihal hal yang akan datang sementara dirinya sendiri berasal dari masa depan?

Tapi ya sudahlah, lagipula Ryena memang sedang buntu dan tidak tahu harus melakukan apa.

"Baiklah," jawab gadis itu. "Selamat malam, pangeran."

"Selamat malam," balas pangeran.

*

Peramal kerajaan. Sejauh yang Ryena tahu, dia hanya pernah mendengar tentang beberapa pihak yang terlibat dengan usaha terkait penyembuhan pangeran dari penyakit Z. Sang peramal mungkin juga tidak lepas dari satu itu.

Ryena tidak tahu apakah kedatangannya saat ini berkemungkinan besar mengacaukan masa depan atau tidak, dia hanya sedang mencoba mengusahakan agar segalanya baik-baik saja.

Berubah atau tidak pun, dia akan mengusahakan yang terbaik.

Dan inti dari semuanya, Ryena hanya ingin bahwa dirinya tidak merasakan insiden itu. Mungkin dia masih belum memahami apa yang akan terjadi nantinya, tetapi dia akan mencobanya.

"Apakah saya harus memakai perhiasan sebanyak ini?"

Ryena tidak tahu apa rencana Pangeran Zephran saat ini, tetapi saat dia bangun dan mendapati ada banyak pelayan yang siap melayaninya, bulu kuduk Ryena meremang naik. Apalagi karena Ryena sudah terbiasa mengurus dirinya sendiri. Rasanya sangat aneh.

Dan semua perhiasan yang indah, tetapi sangat berat ini, membuat Ryena yakin bahwa berat badannya sudah bertambah dua kali lipat.

"Peramal Zhang sudah sakit-sakitan dan sangat tua. Aku hanya ingin membuatnya merasa dihargai."

Ucapannya membuat Ryena berpikir ulang. Peramal yang terlibat dengan penyakit Z dikabarkan juga tertular. Jika memang Peramal Zhang sesakit itu, dia tidak mungkin bisa mendorong pintu batu seorang diri dan meramal pangeran. Jawabannya ...

"Mungkin yang menyembuhkannya itu ...," gumam Ryena.

"Maksudmu?" Pangeran Zephran bertanya balik.

"Tidak apa-apa. Di mana beliau?"

"Di sini." Pangeran Zephran membuka tirai, "Nona Shin, masuklah. Aku akan menunggu di luar."

Ryena melihat seorang pria paruh baya berbaring tak berdaya di tempat tidurnya. Dengan sangat yakin, Ryena menghampirinya dan duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur itu.

"Saya tahu Anda akan datang, Dewi ...."

Ryena hanya terdiam, lalu meraih satu tangannya.

"Saya bukan Dewi Penyembuh," imbuh Ryena. "Panggil saja saya Ryena."

Mungkin memang menyadari bahwa gadis di sampingnya bukanlah Dewi Penyembuh seperti yang dikatakannya, Peramal Zhang terdiam. Ryena juga terdiam saat menyadari adanya energi yang tersalur darinya ke sang pasien.

Setelah Ryena merasa bahwa dia telah selesai, dia melepaskan tangannya.

"Apa kau diberikan kekuatan?" tanya Peramal Zhang.

"Benar," jawab Ryena.

"Lima kekuatan?"

Ryena sedikit terkejut karena Peramal Zhang dapat meramalnya dengan benar. Namun rupanya, sebelum melontarkan apa yang dipikirkan oleh Ryena, Peramal Zhang lebih dulu memotong.

"Aku belum meramalmu. Ini hanya bagian kecil yang pernah kudengar."

Mendadak, Ryena merasa ingin tahu.

"Dengar? Bagian kecil apa?"

"Tentang cerita gerbang neraka dan penjaganya. Tapi, apa kau bersedia menceritakan asal-usulmu lebih dulu?"

Ryena terdiam selama beberapa saat. Saat pangeran mengatakan bahwa ada beberapa orang dalam istana yang mengetahui tentang rahasia kelam di hari ulang tahunnya, itu berarti Peramal Zhang juga adalah salah satu yang terlibat di sana.

Ryena rasa Peramal Zhang bisa dipercaya, oleh karena itu, dia akhirnya memutuskan untuk bercerita.

Peramal Zhang mencoba bangun dan memperbaiki posisinya menjadi duduk. Ryena membiarkannya karena dia memang yakin bahwa beliau telah sembuh sepenuhnya.

"Itu yang terjadi padamu?" tanya Peramal Zhang.

Ryena menganggukan kepala.

"Aku kurang tahu cerita lengkapnya, tetapi kupikir kau harus mengetahuinya." 

Ryena bersiap-siap memasang telinga.

"Kau yang melihat siapa yang memberikanmu kekuatan ini. Aku jelas tidak tahu siapa yang tega memberikanmu kekuatan ini, tetapi ..."

Tega? Maksudnya?

Siapa ... Dewi Penyembuh, kan?

"Kematianmu adalah akhir dari semuanya." Peramal Zhang mengatakannya dengan serius. "Apapun yang terjadi padamu di masa depan nanti, semuanya dapat diakhiri oleh kematianmu, itulah tujuan awal dari semua ini."

Ryena mematung, terdiam di tempatnya.

Jika kematian seorang penyembuh menimbulkan perdamaian bagi semua orang, bukankah semuanya akan setuju?

"T-tapi saya tidak bisa mati, kan?" tanya Ryena saat mengingat bahwa apapun luka yang mengepunginya, semuanya sembuh tanpa ada sedikitpun kendala.

Kematian juga, Ryena pikir itu mungkin sesuatu yang mustahil baginya.

Kekuatannya untuk menyembuhkan, tidak memiliki batasan, itu kata Dewi Penyembuh ....

"Sudah berapa kekuatan yang kau gunakan? Apa saja?"

"Tiga. Penyembuh, kontrol dan penghapus kenangan...?"

Peramal Zhang menatap Ryena dalam-dalam.

"Sepertinya aku tahu apa yang akan terjadi ..."

"Ya, Anda peramalnya."

Peramal Zhang tersenyum, "Ini tentang dua kekuatanmu yang tersisa."

***TBC***

26 Agustus 2018

a/n

Next chap will be like BOOM! DUAR DUAR DUAR!

Gadeng bercanda wkwkwk.

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro