26

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ryena sampai di hutan tempat insiden perampokan terjadi beberapa malam yang lalu, insiden yang tidak akan pernah Ryena lupakan seumur hidupnya.

Peramal Zhang mengatakan bahwa satu saja tindakan Ryena dapat mengubah masa depan. Semula, Ryena ingin mencoba mengubah masa depan dengan mencoba membuat penyakit Z tidak pernah tertular, tetapi karena kurangnya kewaspadaan yang dimilikinya, dia hampir saja membuat pangeran Zephran meninggal.

Sebelumnya, Ryena tidak tahu di mana dia berada saat ini dan dia agak lupa di mana titik tempat terjadinya insiden. Ryena harus segera datang ke sana, karena dia ingin mencoba mengubah masa depan, sekali lagi ...

Saat menemukan cahaya terang yang cukup untuk membuatnya mampu melihat sekitaran dengan sedikit jelas, diraihnya gulungan kertas yang Pangeran Zephran berikan untuknya.

Nona Shin, aku pikir ...

Sisanya tidak terbaca, sebab tinta emas itu malah luntur dan mengotori hampir seluruh kertas itu.

Meskipun pangeran memintanya membuangnya saja jika itu akan mengganggu perjalanannya, Ryena tetap menyimpannya.

"AYAH!"

Jeritan dirinya sendiri langsung membuatnya dengan cepat menghampiri sumber suara. Kalau dia tidak salah mendengar, itu artinya kuda kencana yang dibawa ayahnya memang ada jauh di dalam hutan.

Tengah berusaha menyusul suara itu, Ryena menemukan banyak perhiasan yang jatuh ke tanah. Pastilah perhiasan yang jatuh saat ibunya melempar peti perhiasan pemberian Kerajaan Cahaya.

"LEPASKAN AKU!"

Suara itu kembali terdengar, membuat Ryena berjalan agak pelan, mencoba mengingat bagaimana perasaan yang dirasakannya saat menghadapi orang-orang jahat itu. Baru empat hari berlalu, Ryena tentu saja masih ingat dengan semuanya.

Tetapi, mengikuti anjuran Peramal Zhang mungkin dapat membantu. Ryena memang telah memutuskan untuk lebih bijak menghadapi setan yang ada di depannya. Untuk kepentingannya, dan juga kepentingan dunia ini.

Peramal Zhang mengatakan bahwa ada peluang bagi Ryena untuk menyelamatkan ayah dan ibunya, mengingat pihak kerajaan belum pernah menemukan jasad mereka dalam keadaan tewas. Walaupun Ryena yakin apa yang dilihatnya malam itu memang jelas, bahwa kedua orangtuanya tidak lagi bernapas, Ryena ingin mencoba untuk percaya dengan setitik harapan yang memang sulit dipercaya, tetapi memang dapat terjadi.

Suara Peramal Zhang tiba-tiba terdengar di kepalanya.

"Menurutku kau bisa menyembuhkan ayah dan ibumu," ujarnya.

"Bagaimana bisa?" Ryena bertanya.

"Aku percaya, kekuatan penyembuhmu tidak bekerja karena kau baru saja mengeluarkan semua penyakit dan hal-hal yang pernah kau sembuhkan kepada orang-orang itu," sahut Peramal Zhang. "Dan menyembuhkan ... itu harus dilakukan dengan perasaan tenang. Perasaanmu sangat kacau malam itu."

"Jadi ... alasan mengapa tiba-tiba orang-orang itu menjadi lemah ... karena aku mengeluarkan semua penyakit yang pernah kusembuhkan kepada mereka?" tanya Ryena.

"Ya, aku percaya itu yang terjadi, mengingat selama ini yang kau lakukan adalah menyembuhkan penyakit orang lain, mengambil penyakit mereka tanpa membuangnya."

Ryena langsung tersadar, "Ah. Apakah ada kemungkinan kalau penyakit Z menular lagi karena aku telah memberikannya kepada mereka?"

"Ada, kalau mereka menemukan perantara untuk menularkan penyakit itu. Bisa saja manusia atau hewan. Dan cepat atau lambat memang akan menyebar."

"Berarti keadaan di masa depan akan sangat kacau karena aku," lirih Ryena sambil menunduk sedih.

"Kau ada untuk menghentikannya," hibur Peramal Zhang. "Pegang kata-kataku."

"MATI!" Seruan mengerikan dari sumber suara yang diikutinya sedaritadi, menyadarkan Ryena dengan lamunan yang menghantuinya. Segera saja dia bergegas untuk segera ke sana.

Semak-semak menghalanginya untuk sampai lebih awal. Ryena mulai tidak merasa yakin dengan dirinya sendiri karena harus berhadapan dengan ayah dan ibunya yang bersimbah darah, nantinya. Karena dia telah memutuskan untuk menyembuhkan mereka berdua agar selamat dari maut yang mengejar mereka.

Padahal, Ryena menggunakan tiga hari yang terbatas untuk menenangkan diri, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Ryena merasa bahwa dia memang telah menemukan jalan yang tepat, jalan yang memang seharusnya akan dijalaninya. Bukan dengan unsur niat untuk mengubah masa lalu, karena itulah kenyataannya.

Langkah Ryena terhenti saat dia melihat dirinya sendiri, duduk bersipuh di depan kedua orangtuanya yang terbujur kaku. Wajah pucat mewarnai seluruh kulit tubuhnya, saat dirinya melihat orangtuanya tidak bergerak, tidak bersuara ... tidak bernapas.

Napasnya mulai tidak teratur, matanya berkedip tak percaya, tanpa sadar juga bergumam tidak jelas. Air matanya sudah mengalir deras melewati pipinya.

Selanjutnya, Ryena melihat dirinya memejamkan mata.

Ryena sangat ingat bahwa itu adalah waktunya dia berdoa memohon agar dewi penyembuh segera datang untuk menolongnya. 

Dan dewi penyembuh datang menghampirinya.

Ya, itulah kenyataannya.

"Ryena."

Ryena melihat dirinya yang tengah menunduk itu tampak tersentak, sebelum akhirnya mendongak ...

Menatap Ryena.

"Dewi penyembuh?"

Ryena benar-benar ingin menangis untuk yang kedua kalinya saat melihat dirinya sendiri menatapnya seperti itu, tatapan lega yang sebenarnya tidak ada gunanya. Ryena benar-benar ... sangat tidak menduga apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri.

Menjadi seseorang yang 'tega' memberikan kekuatan itu untuk dirinya.

"Kau tahu, tidak ada gunanya lagi kau menyesal, kan?"

Setetes, dua tetes, tiga tetes, tumpah. "T-tapi ini ..."

Ryena segera berjongkok, meraih tangannya sendiri, lalu menatap dirinya sendiri dengan sungguh-sungguh.

"Sekarang, daripada menyesal, kau punya hal lain yang lebih penting untuk dikerjakan."

Lalu, Ryena menggunakan kekuatannya untuk membawa dirinya sendiri ke masa tiga bulan yang lalu. Itu kedua kalinya Ryena menggunakan kekuatan untuk ke masa lalu.

Kenyataannya, bukan dewi penyembuh yang membawanya ke masa lalu, melainkan dirinya sendiri. Sungguh, Ryena tidak tahu bahwa dia harus merasa miris, lebih dari ini. Semua kejadian yang menimpanya membuatnya tidak mengerti.

Setelah menghilangnya dirinya sendiri, dia menatap ke tubuh ayah dan ibunya yang berbaring.

Ryena berjongkok, meraih tangan ayah dan ibunya dengan tangan gemetar. Tangan ayah dan ibunya basah karena terkena darah mereka. Dan setiap ada darah yang mengalir turun berpindah dari tangan dingin ayah dan ibunya, jantung Ryena berdebar menggila dan matanya seperti memaksakan diri untuk menangis.

"Ayah, Ibu ... aku benar-benar tidak mengerti mengapa aku harus menjalani hidup seperti ini," isaknya.

Ryena mulai merasakan adanya energi yang tersalurkan kepada ayah dan ibunya, tanda bahwa dia bisa menyembuhkan mereka. Itu melegakan, sekaligus momen yang membuatnya ingin menangis tanpa alasan.

"Kalau aku tahu ini akan terjadi, aku tidak akan pernah menginginkan kekuatan ini."

Ryena membuka matanya, saat merasakan ada tangan yang menyentuh pipinya.

"... kau Ryena, kan?" Ayahnya bertanya setelah matanya terbuka walau masih sayu.

"Ah, iya. Itu Ryena. Berapa tahun kita tertidur sampai-sampai rambut Ryena sudah sepanjang itu?"

Ryena membantu ayah dan ibunya untuk bangkit ke posisi duduk, lalu memeluk mereka berdua, "Aku senang, kalian tidak apa-apa."

Ibunya memperhatikan keadaan sekitar, sebelum akhirnya tersadar, "Tunggu. Ini masih di hari yang sama?"

Kuda-kuda yang terpanah, kereta kuda dengan banyak peti emas, dan segala hal yang membuat semuanya terasa tetap jelas.

"Sebenarnya aku ingin bercerita banyak hal, tapi kita tidak punya waktu lagi. Aku ingin Ibu dan Ayah bersembunyi dari orang-orang, karena sepertinya penyakit pangeran akan menyebar dengan cepat."

"Eh? Apa katamu?" Ayahnya bertanya dengan nada tidak percaya.

"Hanya tersisa tiga hari sebelum ulangtahunku dan pangeran, kan?" Ryena memeluk erat kedua orangtuanya. "Ryena mohon, dengarkan permintaan Ryena ...."

"Sebenarnya ada apa?" tanya ibunya bingung.

Ryena juga merasa berat untuk menceritakan hal tentang keharusan bagi penyembuh untuk 'lenyap' demi menjaga seluruh negeri ini. Dan walaupun pada akhirnya Ryena tidak akan pernah tahu darimana sumber kekuatan itu berasal, Ryena pikir keselamatan ayah dan ibunya, juga seluruh negeri sudahlah sangat cukup.

"Aku menyayangi kalian, semuanya pasti akan kembali seperti semula, aku janji."

"Ayah tidak tahu apa yang kau ucapkan, Ryena. Tapi, kau bisa janji kan, kalau kau memang melakukan hal baik?" tanya ayahnya.

Ryena mengangguk dengan sangat yakin. Jika hal yang dilakukannya saat ini bukan hal yang baik, dia tidak tahu harus memberinya nama apa lagi.

Selama ini Ryena selalu mengikuti ajaran ayahnya; kebaikan adalah yang utama. Tidak perlu menunggu kebaikan terbalaskan, karena akan lebih nikmat melihat orang lain bahagia karena kita. Ryena selalu mengingat kata-kata ayahnya, bahkan sampai hari ini.

"Ryena harap ayah dan ibu baik-baik saja sampai semuanya kembali seperti semula," gumam Ryena.

"Iya," balas keduanya.

Mereka sempat berdiskusi untuk tidak membawa apapun karena membawa kereta kuda atau satu kuda saja dapat menghambat perjalanan mereka dalam 'bersembunyi' selama itu. Tetapi pada akhirnya, mereka kembali ke kereta kuda sebentar untuk mengambil persediaan makanan yang sempat mereka bawa dari istana. Makanan yang cukup banyak dan sepertinya akan cukup untuk beberapa hari.

Setelah keduanya memeluk Ryena dan pergi, Ryena memejamkan matanya, siap-siap berganti masa lagi untuk menggunakan semua kekuatannya dan mengakhiri semua kesengsaraan ini.

Cahaya putih pun muncul menyelimuti tubuhnya seperti yang terjadi saat dia melakukannya di istana dan di depan semua orang.

Suara Pangeran Zephran memanggilnya terdengar jelas dan semakin lama semakin pelan.

"Nona Shin! Nona Shi--"

Dan Ryena kembali ke masa yang damai, saat dia belum mendapatkan kekuatan itu.

***TBC***

15 Oktober 2018

a/n

WOW. Aku nggak nyangka akan tulis sampai sejauh ini.

Dan aku mendapatkan pencerahan, guys.

Zemblanity tinggal dua chapter lagi!

Karena bagian yang seharusnya ngeplottwist (tapi fail) sudah diungkapkan di sini!

Memang agak-agak rumit ya jalan ceritanya? Sampai bolak-balik ke masa ini itu.

BTW Yang pangeran memanggil di bagian terakhir itu adalah saat pangeran bekerja sama dengan manusia serigala dalam tubuhnya untuk mencari Ryena dan dia malah tidak menemukan apapun.

Ya, ngeh kan ya?

Oke! Dua chapter lagi! Yeyeyeyeye.


Cindyana


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro