Chapter 23

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Keterlaluan!

Benar-benar keterlaluan! Ratu macam apa yang rela mengorbankan rakyatnya sendiri demi keegoisannya!? Dia bahkan tanpa hati merenggut nyawa satu-satunya saudara Ren—orang terdekatnya dan orang yang paling berharga baginya. Anak itu sekarang benar-benar shock. Tubuhnya gemetar, kedua kakinya tak lagi mampu menopang tubuh kecilnya dan membuat Ren ambruk ke tanah.

"Kenapa kau lakukan itu pada Anak Buahmu sendiri!? Apa kau selama ini hanya menganggap mereka sebagai boneka dan alat untuk menyelesaikan semua tugas waktu di Dimensi Masa dan Bumi!?" Iri emosi.

"Kalau iya memangnya kenapa?" jawab Era dingin. "Aku hanya membutuhkan mereka sebagai sumber energiku. Inti Waktu tak bisa mengeluarkan kekuatan aslinya tanpa jiwa-jiwa suci sang Anak Waktu. Beruntunglah aku kalian tidak terlalu kuat hingga mudah kulenyapkan."

"Terima kasih juga pada saudara kembar yang saling mengasihani satu sama lain itu. Berkatmu, Ren, Rin jadi punya jiwa yang lebih sepsial dan memberiku banyak keuntungan."

Iri geram. Gadis itu mengambil busur yang tadi sudah ia simpan lagi di balik punggung. Namun, tak sempat Iri mencengkram senjaa itu dengan benar, Iri mengibaskan lengan kirinya dan menghembuskan angin kencang. Iri terpantal cukup jauh, dan busur di tangannya terlempar ke arah yang berlainan.Sang wanita kemudian mengangkat tangannya, membuat sulur-sulur dari pita panjang dan melilit leher Ren yang tak berdaya.

Ren meronta-ronta berusaha meloloskan ikatannya. Tapi, semakin ia meronta ikatan itu semakin menghambat jalan pernapasannya. Kaki si lelaki terangkat beberapa sentimeter dari atas tanah.

"Kau tidak berhak menentangku, Anak Waktu," ucapnya sambil melangkah cepat mendekati si bocah.

"Aku tidak akan membuang-buang waktuku untuk meladeni makhluk sepertimu." Ia melirik tajam pada Iri, lalu beralih ke Ren. "Dan, kalau kau tidak ingin memberikannya dengan cara baik-bai, maka aku yang akan memaksakmu mengeluarkannya."

Dua sulur transparan yang lain menembus dada Ren, membuat anak itu menjrit kesakitan. Jantungnya bagaikan diremas, paru-parunya seakan dicengkeram hingga ia merasakan sesak yang membakar.

"Ren!!" Iri berteriak memanggil. Perempuan bersurai pendek itu berusaha untuk bangkit, tapi gravitasi di tempatnya terasa lebih berat. Tubuhnya berdenyut perih kala ia memaksa untuk berdiri dan berjalan menuju busurnya.

Cahaya terang keluar dari dada anak berambut pirang. Permata Masa Lalu sebening air itu berhasil dikeluarkan Era secara paksa. Jerit kesakitan Ren mengeras ketika satu lagi Permata yang ia simpan di dalam tubuhnya agar aman ditarik keluar. Kali ini Permata secantik warna bunga mawar milik Mirai terenggut pula oleh Era. Hanya tinggal satu permata lagi, maka hal buruk selanjutnya akan benar-benar terjadi.

Tanpa diduga, Iri lagi-lagi meluncurkan anak panahnya yang berhasil ditangkis oleh cincin cahaya yang mengitari Yang Mulia. "Menyerahlah, Gadis Waktu. Tak ada lagi yang bisa kau lakukan—"

"Memang tidak ada, tapi setidaknya aku harus mencoba!" Iri mengalirkan sihir pada telapak kakinya dan melesat secepat yang ia bisa. Nekat, memang. Bahkan, kemungkinannya untuk berhasil melepaskan Ren dari cengkeraman Era sangat-sangat-sangatlah kecil. Tapi, ia tidak bisa terus membiarkan penderitaan Ren turut menyiksanya dari dalam.

Keberuntungan mungkin sedang berpihak padanya. Ia tidak terlalu yakin, tapi sepertinya sesuatu yang tidak mendapat fokusnya telah mengalihkan perhatian Era, dan melonggarkan ikatan Ren. Iri pun berhasil merebut Anak Waktunya, dan berguling-guling di atas tanah.

"Hah ... hah ... aku berhasil .... " Iri melepaskan pelukan pada bocah yang sudah kehilangan kesadaran itu. Matanya reflek mencari-cari sumber yang sekilas terlihat seperti sebuah cahaya yang muncul di balik punggung Era tadi. Tapi, ia tidak bisa menemukan apa-apa selain Era yang menatapnya penuh kebencian.

"Berani juga kau, Gadis Manusia," katanya. Era kembali melayang ke udara. Cincin yang mengitari tubuhnya kini membelah menjadi dua dan berputar dalam posisi menyilang. Mengurung sang ratu yang kini juga diselimuti oleh hologram-hologram jam dan roda gigi beserta penunjuk waktunya.

Rambut super panjang Era berkibar-kibar, Iri, Ten, dan semua yang ada di kastil itu menatap indahnya sihir yang dilakukan sang wanita. Namun, sebuah keindahan tak selalu memiliki akhir yang indah juga. Era yang awalnya terlihat bening dan bercahaya dengan balutan gaun putih, berubah 180 derajat menjadi lebih gelap.

Rambutnya berwarna abu-abu gelap. Pakaiannya berubah menjadi sehitam malam dengan beberapa bagian yang seperti robek atau tak tersulam dengan sempurna. Mata pelanginya masih terihat kontras dengan semua perubahan ini. Era jadi lebih terlihat seperti ratu kegelapan di cerita-cerita yang Iri baca dengan penampilannya yang seperti ini.

Bibir yang tak lagi berwarna pink ceri dan berganti jadi semerah darah itu berucap, "Waktu kalian habis, makhluk-mahluk rendahan. SAatnya untuk mengembalikannya padaku dan Inti Waktu. Biarkan kami menyucikan kembali jiwa kalian dan memulai waktu dari Dunia yang baru."

"...penjahat sebenarnya sebentar lagi akan menampakkan wujudnya."

Iri tersenyum pahit. Ratu Masa Depan memang menyeramkan. Perkataannya bagaikan sebuah ramalan yang kini telah menjadi nyata. Era telah menunjukkan sosok aslinya, sosok yang memaksakan ideologinya pada mereka semua.

Bagus .... benar-benar bagus! Sekarang apa yang harus ia lakukan? Kalau ia maju seperti tadi, maka artinya dia sudah tak sayang pada nyawanya lagi. Jikalau pun Iri diam, belum tentu keberuntungan masih tersisa dalam dirinya, dan memberikannya jalan untuk selamat dari amukan Era.

"Oh, bagus! Aku tidak punya sedikitpun cara untuk menyelesaikan ini. Kerja bagus, Iri! Kau malah membuat keadaan semakin parah!" seru Iri pada dirinya sendiri.

"Tapi, mungkin kamu bisa membantumu."

+++++

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro