Chapter 26

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sungguh, cari mati mereka.

Perkataan Ten soal membunuh Era sudah benar-benar menyeretnya ke dalam masalah hidup dan mati. Iri tak bisa lagi mundur—apalagi lari—dari ratu yang sudah mengamuk besar-besaran. Serangannya jadi lebih membambi buta, hingga membuat pasukan Ten terpental ke sana kemari. Iri yang hanya bisa menyerang dari jarak jauh hanya bisa menyerang sambil sesekali berteriak dengan panik.

"Ten—Ugh!" Iri menahan hempasan angin yang dihasilkan dari ledakan beberapa bola cahaya Era dan anak waktu. Menahan langkahnya yang hendak mendekati Ren yang terlempar saat akan menyerang.

"Iri, tetaplah di tempatmu! Terlalu berbahaya untuk penyerang jarak jauh mendekatinya!" seru Kay. Ia mengayunkan tongkat sihirnya. Membuat ligkaran kecil dengan angka-angka dan jarum penunjuk jam. Sedetik kemudian, kerlipan cahay berterbangan menuju tempat teman-temannya yang terluka.

Iri berdecak. Ia melihat sekilas sihir Kay juga mendatangi tubuh Ren yang tergoler lemas. Anak itu belum sadar juga. Bagaimana ini? Iri jadi harus melakukan dua pekerjaan sekaligus—menjaga Ren dan membantu Ten serta pasukannya menaklukkan musuhnya.

Yang Iri pertanyakan sedari tadi adalah, kenapa Ten tidak mengeluarkan saja pasukan Loosenya, seperti yang ia lakukan saat menyerangnya tadi? Gadis itu berteriak pada si bocah yang sedang menghadang sulur-sulur tajam Era. "Ten, keluarkan pasukan Loosemu! Kita sudah kewalahan!"

"Ti-Tidak bisa, Iri! Kemampuanku memanggil Loose didapat dari dia!" Kepalanya bergerak mengarah pada Era. "Aku tidak yakin masih bisa memanggil makhluk suram itu setelah aku berpindah pihak dari boneka-nya menjadi lawannya."

Iri mendecih untuk kedua kali. Tiba-tiba, tanah yang dipijaknya bergetar dan membuatnya terkejut. Kemudian, sebuah lengan yang hanya terdiri dari tulang kehitaman mencuat dari bawah. Iri sontak mundur ke belakang dan menyiapkan busurnya.

Tulang belulang itu tidak hanya muncul satu, tapi lebih dari lima—mungkin sepuluh? Ghost yang mendadak muncul itu langsung menghalangi Iri untuk menyerang Era di depannya. Dengan terpaksa, ia harus mengalahkan makhluk menjijikkan ini terlebih dahulu.

"Kenapa ada Ghost yang tiba-tiba muncul!?" protesnya sebelum melepas anak panah dari tali busur. Iri berhasil mengalahkan semua musuhnya dengan serangan andalannya—hujan panah. Namun, ia tidak bisa langsung merasa puas karena sesaat kemudian Ghost yang lain bermunculan dari tempat yang sama.

Iri yang sudah muak kembali berseru, "Cobalah dulu, Ten! Keluarkan Loose! Kita tidak bisa melawan Era sambil meladeni para Ghost yang bermunculan!"

Ten akhirnya menuruti kemauan si Gadis Waktu. Ia mengumpulkan seluruh kekuatan untuk mengekuarkan sihir dari telapak tangan. Anak itu lantas memukul tanah dengan kedua tanganya yang terbuka. Lingkaran sihir pun muncul, seraya Ten yang berseru, "Wahai kalian makhluk yang tak memiliki arah tujua! Kami memanggilmu untuk melampiaskan seluruh kekosongan dirimu!"

"Datanglah!"

Lingkaran itu berpendar, dan langsung memunculkan segerombol makhluk berbayang hitam di depan Ten. Tanpa menunggu lebih lama, Ten memerintah, "Kalian seranglah semua Ghost yang ada!"

Loose langsung bergerak sesuai apa yang diperintahkan tuan yang memanggilnya. Iri bersyukur karena Ten bisa bergerak cepat dan tepat sebelum tangan-tangan Ghost menyentuh leher dan bagian-bagian tubuhnya yang lain.

"Iri! Kau bantulah sadarkan Ren dari pingsannya! Kau tidak bisa terus melindunginya. Terlalu beresiko!" kata Ten.

"Kami juga membutuhkan kekuatan Ren untuk situasi kita saat ini. Kami membutuhkan kekuatan dari Anak Waktumu, Iri." Sambung Kay.

Iri mengangguk dan mendekat kembali kepada Ren yang sempat ia tinggalkan. Gadis itu berjongkok sembari menggoyangkan pundak Ren. "Hey, Ren! Sadarlah! Kita membutuhkanmu!" Namun, tidak ada jawaban yang keluar dari bibir pucat itu.

Iri berusaha memanggil sekali lagi, tapi tetap saja tak ada perubahan. "Dia tidak mau sadar!" katanya.

"Teruslah mencoba, Iri! Lakukan apapun untuk menyadarkannya! Atau kita semua akan habis di sini sekarang juga!"

"Kumohon, Ren! Sadarlah!" Iri tak henti-hentinya mengguncang tubuh bocah lelaki itu. Akhirnya, kelopak mata yang awalnya tertutup sangat rapat itupun terbuka. Namun, pandangan dari iris sebiru langit itu nampak kosong dan tidak menunjukkan adanya kehidupan pada raga si bocah

"Ren? Ren! Hey sadarlah! Kau harus bangun. Kita harus menyelesaikan semua ini!"

Ren tidak menjawab.

Iri memanggil kembali nama Ren. Terus dan terus, sampai terdengar Era berkata, "Untuk apalagi kau menyadarka Anak Waktu tak berguna itu, Iri? Makhluk yang sudah tak berguna lagi sepertinya tak pantas untuk dibiarkan tetap hidup. Anak Waktu yang tidak bisa melakukan apapun lebih pantas untuk mati!"

"IRI!" Ten dan Kay meneriaki gadis itu bersamaan, kala sebuah benda panjang nan runcing serta berdiameter kecil terhunus kepada Iri dan Ren.

Sang gadis memanfaatkan refleksnya yang sudah meningkat untuk membopong tubuh lemas Ren dan dengan cepat melompat ke depan—menghindari tusukan dari senjata Era. Benda tersebut melejit dengan sangat cepat, sampai Iri tidak bisa melihat pergerakannya. Senjata itu pada akhirnya menghantam lantai dan menciptakan suara dentuman yang keras.

Napasnya tersenggal-senggal, dan jantungnya berdegup kencang. Untunglah ia bisa cepat, kalau tidak mungkin saat ini Iri dan Ren tidak akan bisa merasakan degupan di dalam dada.

"Hm, tidak buruk," ucap Era dengan sinis sambil menggerakkan pita transparannya ke samping tubuh dan menghalau serangan Kay.

"Ren! Tolong sadarlah! Jangan biarkan perkataan Iri membuatmu putus asa! Apa kau rela membiarkan Rin mati dengan sia-sia, karena kau tidak peduli lagi dengan waktu di dunia!

Tanpa Iri tahu, Anak Waktu yang tengah berusaha dibangunkannya sedang berada dalam ruang kehampaan. Meringkuk sendiri dalam kedinginan, meratapi kesedihan dan kepedihan dari sebuah kehilangan. Anak itu enggan mengangkat kepala dari kedua lututnya, ia tak ingin melihat kenyataan bahwa saudari kembarnya sudah benar-benar tiada.

Namun, di antara semua itu, Ren merasakan sesuatu menghampirinya. Sesuatu yang bercahaya lembut, dan bersuara pelan,

"Ren. Aku di sini."

++++

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro