Chapter 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat Iri membuka matanya, ia tidak lagi bersama Kako di ruang waktunya. Setelah gadis itu mengerjap beberapa kali, iasadar sekarang tengah ber ada di … Kota Nol!?

Tunggu kenapa ia bisa ada di sini? Kenapa Kako tidak mengembalikannya ke Menara Waktu!?

Gadis itu melihat pemandangan di depannya. Tempat berbentuk lingakara besar yang lebih tinggi dua puluh sentimeter di atas tanah itu aktif membuka portal dan mengeluar-masukkan orang-orang pendek yang hanya bisa Iri lihat sebagai siluet.

Hanya dua orang yang Nampak jelas wujudnya, yakni bocah lelaki dan bocah perempuan bersurai pirang. Itu pasti Rend an saudarinya—Rin, pikir Iri. Mereka menuruni alun-alun dan berjalan sambil bergandehg tangan. Melangkah menuju jalanan di antara bangunan-bangunan di bawah langit gelap.

Beberapa saat Iri sempat berpikir. Bagaimana mungkin ia bisa melihat dua bocah itu, padahal ia tidak pernah memiliki kenangan bersama mereka.

Atau, jangan-jangan … ini memorinya Ren!?

Dan, tepat seperti dugaannya. Gadis itu melihat Ren di seberangnya. Matanya terlihat mengikuti pergerakan Ren yang bersama Rin yang lambat laun menghilag dari pandangan. Iri berusaha memangil bocah lelaki tersebut, namun Ren tak kunjung melirik padanya.

“Ren! Oi! Ren, aku di sini!” Percuma. Yang ada tenggorokan Iri jadi kering dan perih karena terus-menerus berteriak. Dan, tak kunjung jua digubris oleh si anak lelaki.

Apa Ren tidak bisa mendengarnya? Tidak mungkin. Ia sudah berteriak sekuat tenaga sampai suaranya habis, dan sangat keterlaluan kalau Ren sampai tidak bisa mendengarnya.

Apa mungkin Iri tidak terlihat di sini? Baik suaranya maupun sosoknya tidak bisa ditangkap oleh Ren di memorinya?

Pada akhirnya, Iri hanya bisa memperhatikan Ren dari jauh, dengan latar yang terus-menerus berubah. Mulai dari mereka yang duduk dan berbincang-bincang ria di kursi samping sebuah bangunan, saat berangkat bersama menuju alun-alun, dan berpisah saat pergi melaksanakan tugas masing-masing, juga saat Ren kembali ke kota Nol tanpa Rin, alias sendirian.

Sejak saat itu, Ren tidak lagi bertemu Rin. Lelaki itu sangat cemas. Raut panik dan ketakutan terukir jelas di wajah mungilnya. Berhari-hari ia habiskan waktu untuk memikirkan Rin yang tak kunjumg Nampak batang hidungnya. Bahkan, pada saat ia di bumi mengurusi waktu Iri sebagai Anak Waktunya, ia membagi pikiran pada saudari Ren satu-satunya.

Lalu, hari itu tiba. Di mana Ren kesulitan untuk peri ke dunia tempat Iri berada. Era pun datang dan berkata kalau Ren harus ikut dengannya. Sang Ratu lantas merubah si bocah menjadi jam saku berwarna perak.

Era dan Ren menghilang di balik pita warna-warni transparan. Bersamaan dengan itu, Rend an Iri yang saling berseberangan bersitatap. Iris sebiru langit itu kini tidak secerah biasanya. Terlihat lebih sendu dan menyedihkan. Sangat menyedihkan.

Sang Gadis Waktu berniat melangkah mendekati Anak Waktunya. Tapi, lagi-lagi lubang keperakan muncul tiba-tiba di bawah kaki kedua orang itu dan menyedot mereka pergi ke tempat lain.

++++

Iri dan Ren tiba di sebuah tempat yang penuh dengan puing-puing bangunan. Langit gelap yang tak tersinari rembulan membuat Iri perlu usaha ekstra untuk melihat keadaan sekitarnya. Apa ini kota bekas perang?

Iris Hazel itu menangkap cahaya terang yang tiba-tiba muncul tak jauh darinya. Di balik sebuah gedung yang sudah tak utuh bentuknya. Ia berjalan pelan dan hati-hati mendekati tempat itu. Tiba-tiba, ia menangkap sosok anak kecil dengan tubuhnya yang sedikit berpendar.

“Ren?” Iri menunduk melihat keadaan tubuhnya. Ia juga bersinar sama seperti Ren. Gadis itu langsung mendongak dan melihat Ren yang tersuntuk-suntuk melewati bangkai-bangkai kendaraan di jalan. Iri berteriak, berusaha memelankan laju anak itu sambil berusaha menyusulnya.

Iri melihat Ren sudah berhenti tepat di dekat cahaya itu berada. “Ren! Tungg—“ Iri tergemap. Pemandangan di depannya benar-benar membuat Iri terkejut bukan main. Belum lagi Ren yang membeliak lebar saat melihat saudaranya melayang beberapa senti di atas tanah dengan leher yang dicekik oleh sosok yang terselimuti cahaya terang dan buram.

Kaki anak perempuan itu menendang-nendang asal saat berusaha membebaskan diri dari cengkeraman si misterius itu. Bulir air mata terlihat membanjiri pipi putihnya. Membuat Ren darah Ren mengalir deras memompa jantungnya cepat.

“Rin! RIIN!”

“Tidak Ren! Kau tidak boleh ke sana!” Iri menahan Ren yang hendak menghampiri saudarinya.

“TIDAK! Aku harus menyelamatkan saudariku! Aku harus melihat siapa orang yang sudah menyakiti Rin!” Bocah lelaki itu terus meronta berusaha melepaskan diri dari dekapan Iri. Tapi, Iri mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menahan bocah itu mendekati bahaya.

“Lepaskan aku, Iri! Aku harus menolong Rin!”

“Tidak boleh! Itu terlalu berbahaya!”

Ren semakin histeris saat Rin mulai melemas dan kehilangan kesadaran. Anak itu menjerit kala Rind an sosok bercahaya tersebut menghilang, dan memancarkan sinar menyilaukan yang membutakan kedua mata mereka.

++++

Iri dan Ren terbangun dengan napas memburu. Keringat dingin membasahi pelipis mereka. Mata Ren bahkan memerah karena tangisnya yang membuncah.

“Kau sudah melihat apa yang kau inginkan, bukan? Anak Waktu?” Kako tiba-tiba berkata sambil mendekat kea rah mereka yang masih terpuruk di atas lantai. “Puaskah kau sekarang?”

“Kenapa … kenapa ….” Bocah itu berusaha berucap di sela tangisnya. “Kenapa tidak kau perlihatkan orang itu, Yang Mulia!?” Ren berteriak penuh emosi. “Sedikit lagi … sedikit lagi aku mendapatkan petunjuk untuk menemukan saudariku! Kenapa kau menyembunyikannya dariku, Yang Mulia Kako!? Apa kau bersekongkol dengan orang yang sudah dengan teganya menyakiti Rin!?”

“Jaga ucapanmu, Anak Waktu!” Kako berseru tak kalah emosi. “Beraninya kau menuduh Penguasa Masa Lalu sebagai penghianat Dimensi dan Memori Masa!?”

“Ren, tenangkan dirimu ….” Iri yang sudah merasa dalam ancaman berusaha merubah suasanan dengan mengalihkan pandangan penuh amarah yang dipancarkan Ren kepada Kako.

“Kami, Tiga Penguasa Waktu, memang memiliki kuasa pada Masa yang kami pegang. Tapi, Era tetap memiliki kuasa penuh pada kendali kami. Ratu itu bisa saja tiba-tiba mengambil alih masa kami dan mengendalikannya sesuka hati,” ujar Kako dengan lebih tenang. “Iri, Ren, aku mengerti apa yang kalian rasakan. Tapi, taka da lagi yang bisa aku lakukan.”

Tangis Ren mulai mereda, sedangkan Iri masih memperhatikan Kako yang kembali menjelaskan. “Aku hanya bisa memberimu petunjuk sebanyak itu. Bukan karena aku tidak ingin kau mengetahui apa yang kami ketahui. Tapi, karena memang aku tidak bisa membuka memori lebih dari itu.”

Iri menoleh pada Ren yang sudah berhenti terisak. Getaran pada bahunya juga sudah menghilang. Mereka berdiri saat Kako menyebut nama si gadis waktu. “Iri. Kau sudah membuktikan padaku kelayakanmu sebagai Gadis Waktu yang akan menyelamatkan inti waktu.” Kako mendekatkan kedua tangan ke depan dada, seakan tengah mengeluarkan sesuatu dari dalama dirinya.

Benda sebesar telapak tangan berkilau pun keluar. Permata cantik bening bercahaya berputar-putar di atas tangan si Penguasa Masa Lalu itu. “Ini adalah Permata Masa Lalu. Benda inilah yang dimaksudkan Era sebagai penolong dalam perjalanan kalian.”

“Apa yang harus kami lakukan dengan benda itu?” tanya Iri.

“Permata Masa adalah kunci untuk membuka gerbang menuju tempat di mana inti waktu berada. Namun, tanpa dua permata lainnya, gerbang tidak akan pernah bisa terwujud. Dan, kalian tidak akan bisa menyelesaikan tugas kalian.”

“Jadi, yang harus kita cari berikutnya adalah Permata Masa Kini dan Permata Masa Depan?” Ren memastikan.

Kako mengangguk tanpa menjawab. Ia lantas memajukan sedikit tangannya. Permata indah itu langsung melayang menuju Iri dan Ren, yang lasngsung Ren terima dan menghilang dalam dekapannya. “Biar aku yang simpan, Iri. Ini adalah tugasku sebagai Anak Waktumu.”

Iri pun menyetujuinya.

“Kalau begitu, Yang Mulia. Kami ijin meninggalkan Menara Waktu—“

“Tunggu sebentar.” Kako memotong perkataan Ren. “Perjalanan kalian tidak akan mudah. Banyak hal yang akan kalian lalui untuk mencapai tujuan kalian,” ucapnya. “Oleh karena itu, Gadis Waktu.” Iri sedikit terkejut dengan panggilan Kako. “Aku akan memberkatimu dengan sedikit sihirku, sebagai perlindungan diri di luar sana. Terimalah!”

Kako mengangkat dagunya. Tubuh sang ratu dan tubuh Iri pun berpendar bersamaan. Pentransferan sihir baru saja selesai dilakukan. Dan, kini Kako meminta mereka untuk segera pergi.

Sayangnya, jalan yang dipilihkan Kako untuk meninggallkan wilayah kekuasaan sang masa lalu bukanlah melalui gerbang waktu ataupun portal Ren. Melainkan, melalui portal keperakan yang untuk kesekian kalinya muncul di bawah kaki Rend an Iri. Gravitasi besar seakan memberikan daya tarik yang sangat kuat. Sang Anak Waktu dan Gadis Waktu pun terjun bebas di dalam pusaran berkelap-kelip perak yang memusingkan.

++++



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro