(xrkdou)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kering

Aku berdiri tegak di depan sebuah gundukan tanah. Melihat arah depan yang nyata. Sebuah tanah lapang luas yang dipenuhi gundukan tanah. Tidak hanya aku di sini, ada banyak orang juga yang datang. Tapi mereka datang ke gundukan tanah yang lain.

Aku melihat ke bawah, meyakinkan diriku lagi kalau dirinya memang sudah tidak ada. Dia sudah di sini, terlelap untuk selamanya di bawah gundukan tanah ini.

Aku berlutut, kemudian meletakan bunga yang sejak tadi aku genggam ke dekat batu nisan. Aku lihat batu nisan itu. Tertulis jelas namanya dan tanggal kematiannya. Tepat, hari ini, setahun yang lalu, dia pergi.

Aku memandang sekantung bunga di sampingku. Tak lama aku segera menaburkannya secara merata ke gundukan tanah ini.

Setelah itu, aku terdiam. Aku teringat akan semua. Semua yang dia lakukan, yang aku lakukan, dan yang kami lakukan.

Melihat ombak yang terus menyambar bibir pantai.
Melihat orang lalu lalang di depan.

Sendiri.

Sendiri di pantai yang ramai.

Menunggu matahari hingga masuk kembali ke peraduan.
Dan aku tetap di sini, sendiri.

Aku tatap pasir yang sedang kududuki.
Kering.

Seperti aku yang mengering karena kehilangan dia.

Aku melihat ke depan lagi, matahari ternyata sudah mulai hilang.

Aku teringat dia.
Dia yang suka dengan senja.
Seharusnya dia ada di sini.

Aku tahu, aku tahu aku akan meneteskan air mata setiap aku mengingatnya. Mengingat saat hari terakhirku tertawa bersamanya.

Dia duduk.
Ada seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingku.
Aku tak menoleh, aku tahu siapa dia.

Dia, sang penyuka senja.

Air mataku mulai jatuh membasahi pipi hingga jatuh ke gundukan tanah ini. Apa kau bisa mendengar tangisanku? Apa kau tau aku sedang membutuhkanmu? Apa kau tau aku tidak bisa melupakanmu?

Maaf.

Itu kata yang pertama dia ucapkan kala itu.
Entah untuk apa.

Maaf.

Dia berkata lagi.
Tapi tetap saja aku tidak tahu apa artinya.

Maaf.

Dia berkata lagi, tapi aku hanya sanggup terdiam.
Aku tidak mengerti.

Hari itu, dia meminta maaf padaku. Meminta maaf atas semua kesalahannya.

Kupikir dia mengerti.

Tapi ternyata aku salah.
Itu sebuah pertanda bahwa aku tidak bisa menemuinya lagi.

Dan aku juga sadar, dia tidak akan menyadari kalau aku punya perasaan padanya lebih dari seorang teman.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro