☆ Day 3; Vacation

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

10 - 05 : Vacation / Cuddle

Vacation !

Morisawa Chiaki × Readers

Ketika terjadi sesuatu pada sang kasih, apa yang akan seorang Chiaki lakukan?

≻───── ✩ ─────≺

     HELAAN napas dikeluarkan, iris indahnya memandang sendu benda berbentuk segi panjang yang sedari tadi dipegangnya, berharap muncul notifikasi dari orang yang ditunggu.

     Perasaan cemas serta pikiran negatif menyelimutinya, terkadang menggelengkan kepala berusaha menghadang semua pikiran buruk tersebut. Ah, sudah berapa lama ia menunggu?

     Langit mulai menggelap, sang mentari telah lama terbenam digantikan sang rembulan. Suara dentingan lonceng serta suara orang-orang berbaur memenuhi indra pendengarannya sejak ia datang. Hingga kini pun, ia masih memperhatikan para pelanggan yang datang dan pergi.

     Bukan pertama kalinya pemuda itu tidak datang, gadis itu bahkan sangat hafal betapa ceroboh dan gegabah pemuda tersebut. Namun, bukan berarti ia tidak akan menolak ketika pemuda itu mengajaknya bertemu. Gadis itu berpikir bahwa bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk sekadar melupakan beban pikiran, tapi sepertinya tak selalu berjalan lancar.

     Yah, kira-kira seperti itu.

     Suara telepon memecahkan lamunan, dengan cepat gadis itu menekan tombol hijau di layar tersebut, kemudian mendekatkan ponsel itu pada telinganya.

     "(NAME)! MAAF, AKU LUPA JIKA ADA JANJI DENGANMU— APA KAU MASIH DI SANA? AKU—"

     "Tidak usah," gadis itu mengulas senyum simpul seraya menarik napas dalam-dalam, "Ini bukan yang pertama kali, loh, Chiaki-kun,"

     "...(Name)? Kau marah?"

     "Kita bertemu lain waktu saja."

     Panggilan ditutup. (Name) membangkitkan diri beranjak pergi dari Cafe tersebut, helaan napas dikeluarkannya kesekian kali, masih tidak habis pikir dengan pemuda bersurai cokelat tersebut.

     Sebenarnya pemuda itu menganggap dirinya, sang kasih seperti apa?

≻───── ✩ ─────≺

     Jam menunjukkan pukul 9 siang, tetapi pemuda itu masih setia berdiri di dekat jam besar Stasiun kereta. Sebagai permintaan maafnya karena beberapa kali membuat sang kasih kecewa, Chiaki mengajaknya pergi ke Amusement Park. Kali ini sungguhan. Walau membutuhkan waktu hingga yang diajak setuju karena beberapa kali tak berjalan lancar.

     Iris merahnya melirik pintu masuk Stasiun tempat di mana sang kasih biasa muncul, tetapi sejak satu setengah jam Chiaki berdiri pun ia masih belum melihat sang kasih sama sekali.

     Jadi ini yang (Name) rasakan ketika aku tidak datang, pikirnya setiap kali memandang pintu masuk tersebut dengan cemas.

     Hingga bertemulah irisnya dengan iris indah milik sang kasih yang tengah berdiri tak jauh darinya, lantas Chiaki berlari menghampirinya, "(NAME)!"

     (Name) menoleh dengan tatapan tanpa ekspresinya, tampak masih menyimpan rasa kecewa atas apa yang terjadi beberapa kali. Sementara Chiaki langsung menggenggam tangan sang kasih yang sontak membuatnya sedikit terkejut.

     "AYO CEPAT, KERETANYA AKAN JALAN!"

     Oke, (Name) tidak habis pikir dengan apa yang ada di benak kekasihnya itu.

──────────

     Amusement Park,
     12.00 Pm.

     Udara sejuk pagi telah menghilang, kini udara hangat yang menyelimuti belahan bumi. Bahkan di tempat bermain besar ini pun, mencari tempat untuk berteduh bisa dikatakan cukup sulit karena ramai pengunjung yang tak biasa. Udara panas pun mendukung orang-orang yang akhirnya berpikiran untuk menyejukkan kembali suhu tubuh mereka.

     Termasuk gadis ini yang duduk di bangku ayunan bawah pohon. Beberapa kali angin sepoi menerbangkan surainya, namun tetap tak membuat netranya berhenti terkunci dengan pemuda bersurai cokelat yang tengah membeli eskrim tersebut.

     Ia pun kembali dengan dua eskrim di tangannya yang salah satunya ia sodorkan untuk sang kasih, (Name) pun menerimanya tanpa mengeluarkan satu pepatah.

     "Udaranya cukup panas, makanlah untuk menyejukkan tubuh! Kita butuh energi untuk mengelilingi wahana-wahana di sini!!!" katanya dengan tawa ceria di akhirnya kalimatnya.

     Sementara, sang kasih malah terdiam mendengar kata-kata yang dilontarkan pemuda tersebut. "(Name) masih ngambek?" tanyanya polos, (Name) mengalihkan pandangan.

     Masih, ya ..., gumamnya pelan.

     "(Name), benar-benar marah padaku?"

     "Eh?"

     "A-aku ... AKU MINTA MAAF!" teriak Chiaki dengan kedua tangan disatukan, "MAAF! Aku selalu ceroboh, bahkan dengan mudahnya melupakan janji temu dengan (Name) hari itu, AKU BENAR-BENAR MINTA MAAF!"

     (Name) terdiam, tidak menunjukkan reaksi apapun yang membuat Chiaki semakin cemas. Namun, rasa cemasnya menghilang begitu mendengar tawa pelan sang kasih.

     "Pfft— Chiaki-kun benar-benar mengira bahwa aku marah? Maaf, tapi aku tak pernah sekali pun marah dengan Chiaki-kun," ucapnya pelan dengan senyum hangat yang terulas.

     Chiaki menggaruk tengkuk yang tak gatal, "(Name) ... Tak marah padaku?"

     Sang kasih menggeleng, "Chiaki-kun bahkan selalu mengajakku jalan-jalan saat aku membutuhkan hiburan, seperti liburan, bukan?"

     "Karena itu, terimakasih!"

     Senyum merekah yang terlukis di wajah sang kasih, adalah ingatan yang takkan pernah Chiaki lupakan. Chiaki juga tidak akan pernah lupa dengan deruan napasnya yang tak karuan ketika sang kasih tersenyum padanya.

      Can you feel my heart?

— Fin.
≻───── ✩ ─────≺

720 word.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro