۪۫ ✿ ུ۪۪10. Little date

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maybe for you
It's just a little walk
But for me
Is a dream come true...

-----------------------------------

۪۫ ✿ ཻུ۪۪⸙ Mყ Lσʋҽ Sƚσɾყ‧₊˚✧

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Mencoba menyesuaikan cahaya yang sejak tadi memaksaku untuk terbangun.

"Eum hari apa ini?" gumamku pelan sambil menatap kalender.

"A'a hari sabtu" gumamku setengah tersadar.

"Emn...tunggu. ini hari sabtu. Apa yang kulupakan?" gumamku lagi. Seingatku aku sempat tidak bisa tidur karena menunggu sesuatu. Emm...sabtu, kertas, dan AH KIRITO!

Mataku terbuka lebar. Aku lupa! Jam berapa ini?! Aku menatap sekeliling mencari jam dinding.

"Pukul 07.30" gumamku lega. Ah waktu perjanjiannya jam 9. Aku masih punya banyak waktu untuk bersiap siap dan eum mungkin sedikit membuat alasan untuk keluar.

•◦❆◦•

"OYY KLEINN BANGUNN" Kirito menendang Klein sehingga ia jatuh dari kasurnya. Bingung tentu saja! Tiba-tiba ketika Kirito terbangun, Klein sudah ada di sampingnya tertidur dengan nyamannya.

"HEY! KIRITO KENAPA KAU HARUS MENENDANGKU!" balas Klein tak kalah keras.

"APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMARKU!"

"TERBANG! YA TIDURLAH, APALAGI?!"

Bukh

"Kau mengesalkan!"

"Sebaliknya Kirito! Kau yang mengesalkan!" balas Klein sambil berdiri. Owh pinggangnya sakit karena terbentur di lantai.

"Kau keterlaluan Kirito! Punggungku jadi sakit!" keluh Klein sambil mendudukkan dirinya di sofa kamar.

"Rasakan! Aku tidak peduli" jawab Kirito lalu berlari ke arah bilik kamar mandi.

Klein yang menatap sahabatnya yang terburu buru ekhem atau lebih tepatnya sangat terburu buru itu heran. Oh ayolah, ia seperti akan dimakan oleh singa jika tidak berlari seperti itu.
Sebenarnya acara apa yang membuat temannya itu menjadi sangat terburu buru?

"Ini baru pukul 07.30 pagi. Ah aku akan memberitahukannya setelah ia selesai" gumam Klein sambil berjalan keluar kamar.

Toh diberitahukan atau tidak, Kirito masih sama. Sama mengesalkannya bagi Klein. Ah dimana Zu-nii ketika dibutuhkan oleh Klein?!

Sementara itu,

"Hachi!"

"Kau kenapa Uki?"

"A'a entahlah. Seperti ada yang membicarakanku Key" pria yang dipanggil Uki itu menjawab.

"Dan juga berhenti memanggilku Uki! Aku punya nama lho Key" Key terkekeh geli mendengar penuturan temannya itu.

"Itu lucu. Daripada aku memanggilmu dengann....." Uki yang mengetahui arah pembicaraan mengetukkan sisi buku ke kepala Key.

"Diamlah Key! Lebih baik kau selesaikan tugas itu daripada menggangguku!" Uki menjawab kesal sambil mengetuk kepala Key untuk yang kedua kalinya.

"Kau kejam Uki!"

"CK DIAMLAH KEY DAN SELESAIKAN TUGAS ITU!" teriak Uki marah sambil melemparkan balpoint ke kening Key.

"Bwahahahahaha....yaya akan kuselesaikan Uki" Key berjalan pergi dari ruangan tersebut sebelum mendapat lebih banyak perlakuan 'sayang' dari pria yang dipanggilnya Uki.

Uki mengusap rambut kesal. Ah Key selalu bisa membuatnya kesal. Sambil menatap keluar jendela, Uki menghabiskan sisa minumannya.

"Kira kira bagaimana kabar mereka? Oh apakah Ein bisa mengatur Zuto?" gumam Uki sambil terkekeh kecil membayangkan Klein yang kesusahan saat mengatur otoutonya.

Mengalihkan pandangannya ke buku yang bertumpuk. Uki meletakkan minumannya dan mulai melanjutkan buku tersebut satu per satu. Ia harus menyelesaikan semua tumpukan buku setinggi mejanya jika ia ingin lulus secepatnya.

"AH DAN UKI! BISAKAH AKU MENCICIL TUGAS TUGAS INI?" suara Key menggema di dalam ruangan walaupun pria menyebalkan itu tidak ada di ruangan.

"KEY!" oke Uki akhirnya kehabisan stok kesabaran. Kenapa ia harus dihadapkan dengan teman semenyebalkan Key?!

•◦❆◦• 

"Lho Yuna? Ini masih pagi lho" kata Kyouko heran saat menatap putrinya sudah rapi. Aneh, biasanya setiap hari sabtu atau minggu, aktivitas akan dimulai pukul 8.

"Aku lupa tentang kaa-san" batin Asuna tegang ketika Kyouko menatapnya curiga.

"Dan hari ini bukannya kamu tidak ada janji dengan Eugeo?" Kyouko bersuara lagi.

"Kamu mau pergi dengan siapa Yuna?" tanya Kyouko.

"Yu-chan" jawab Asuna cepat. Kyouko terkekeh pelan.

"Dengan Yuuki hm? Lalu ini apa?" Kyouko menunjukkan kertas yang ditemukannya ketika mengambil pakaian kotor di kamar Asuna.

"Itu..." Asuna kehabisan kata kata. Rasanya sekarang ia sedang menjadi penjahat yang tertangkap basah.

Ah apa yang harus dikatakannya? Dan bagaimana dengan Kirito?! Ia akan menjadi tidak enak karena membuatnya menunggu.

Suara jam dinding memenuhi ruangan. Asuna masih terdiam di depan tangga sedangkan Kyouko sibuk menyeruput segelas teh yang ada di meja ruang tamu.

"Kamu boleh pergi" gumam Kyouko sambil meletakkan gelas teh tersebut. Asuna mengedipkan matanya berkali kali. Tunggu bukannya kaa-sannya akan melarangnya pergi?

"Kaa-san bilang apa?" tanya Asuna hati hati. Mencoba memeriksa kembali jawaban kaa-sannya. Siapa tahu ia salah dengar kan?

"Kamu boleh pergi Yuna..." jawab Kyouko sambil menggerakkan tangannya. Mengisyaratkan agar Asuna mendekat.

"Kamu tahu. Kaa-san juga sepertimu saat seumuranmu" Kyouko mulai bercerita ketika Asuna telah duduk di sampingnya.

"Kaa-san sering membuat alasan agar bisa keluar dengan tou-sanmu. Bahkan, tidak jarang lho kaa-san sampai ditegur karena terlalu sering keluar" jelas Kyouko.

"Tapi kamu jangan seperti kaa-san. Sekali kali boleh, tapi jangan terlalu sering oke?" Asuna mengangguk.

"Nah sebelum kamu pergi, kaa-san punya beberapa syarat. Kamu harus memenuhinya jika ingin keluar"

"Dan apa itu kaa-san?"

"Syaratnya mudah kok. Satu, kamu harus menjaga diri. Dua, jangan pulang malam. Dan tiga, kamu harus memberitahukan tou-sanmu. Yang ketiga kamu bisa lakukan ketika kamu sudah siap. Mengerti Yuna?"

"Aku mengerti kaa-san" Kyouko tersenyum simpul.

"Kamu boleh keluar sekarang. Berhati hatilah oke?" Asuna mengangguk lalu pamit pergi.

Kyouko menatap kepergian putrinya sambil menghela napas. Asuna mengingatkannya kepada dirinya sendiri ketika masih muda.

"Yaa...waktu cepat berlalu" gumam Kyouko.

"Hm? Apa maksudmu Kyo?" tanya Shun yang tiba tiba saja muncul di belakang Kyouko. Kyouko tersedak teh karena kedatangan Shun yang sangat mendadak.

"Berhati hatilah Kyo" kata Shun yang telah berpindah tempat di sampingnya dan menepuk nepuk punggung Kyouko.

"Sudah lebih baik?" tanya Shun dan dijawab dengan anggukan.

"Kapan kamu datang Shun? Kamu mengagetkanku tahu!"

"Ehehe baru saja. Ya kupikir akan seru untuk mengagetkanmu" Shun terkekeh ketika dihadiahi cubitan di pinggangnya.

"Dan kamu membuatku tersedak!" Kyouko memperkuat cubitannya.

"Iya...maaf Kyo. Tolong lepaskan cubitannya" Shun meringis.

"Tidak akan! Ini balasanku karena telah membuatku kaget!" Shun menarik Kyouko ke pelukannya. Mengurung kedua tangan Kyouko sehingga cubitannya terlepas.

"Shun lepaskann!" Kyouko mendorong dada Shun dengan sekuat tenaga. Namun apalah daya, tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Shun.

"Hanī, nigeyou to shite iru no?" goda Shun sambil mempererat pelukannya.

"SHUN!" Shun tidak mendengarkan.

"Ohayouu...tou-san kaa-san" Arisu tiba tiba muncul dari ujung tangga. Dengan berat hati, Shun melepaskan pelukannya dan meneguk teh yang ada di meja.

"Ohayou Ari-chan" balas Kyouko. Arisu berjalan mendekat lalu melompat ke pangkuan Shun.

"Ohayou Ari" Shun membenarkan posisi duduknya agar Arisu merasa nyaman di pangkuannya.

"Shun kamu tahu kan itu tehku!" bisik Kyouko. Shun mengangkat bahu dan menunjukkan wajah tanpa dosanya.

"Ari? Bukankah ada acara yang ingin kamu nonton pagi ini?" tanya Shun sambil menyerahkan remote TV.

"Ah tou-san benar! Arigatou tou-san" Arisu mengangguk cepat sambil meraih remote TV yang ada di genggaman Shun. Lalu mulai mengotak atiknya.

Kyouko mendengus. Coba saja Arisu belum bangun. Ia pasti sudah membalas Shun.

•◦❆◦•

"Kirito-san" panggil Asuna.

"Asuna, apakah kamu habis berlari?" tanya Kirito sambil menatap Asuna yang sedang mengatur napas.

"Un" Asuna mengangguk sebagai jawaban

"Kamu tidak harus berlari lho"

"Aku tahu. Tapi...aku tidak ingin membuatmu menunggu" Kirito mengangguk mengerti.

"Kita akan kemana?" tanya Asuna.

"Em bagaimana dengan kebun binatang? Kudengar akan ada pertunjukkan lumba lumba" Asuna mengangguk setuju.

"Hm"  Kirito mengedarkan pandangannya menatap sekitar. Rasanya seperti ia sedang diikuti oleh sesuatu atau seseorang.

"Ada apa Kirito-san?" tanya Asuna sambil mengikuti arah pandang Kirito. Kirito menggeleng pelan, mengisyaratkan kalau itu bukanlah hal penting.

Sementara itu,

"Tomat-san apa yang kau lakukan disini?!" kata Yuuki sambil menatap Klein yang mengenakan pakaian serba hijau terkecuali kacamata hitam.

"Ck diamlah nona cerewet. Atau Kirito akan menyadari kita" Klein menutup bibir Yuuki menggunakan tangannya.

Dengan gerakan cepat, Klein menarik Yuuki untuk bersembunyi di semak semak. Hampir saja Kirito dapat melihat mereka berdua yang sedang mengikuti keduanya.

"Hampir saja" Klein melepaskan topinya dan memakaikannya ke Yuuki.

"Apa apaan!" Yuuki ingin protes karena rambutnya yang dibuat berantakan oleh topi Klein.

"Shh Kirito mulai curiga tahu. Diamlah mengerti dan pakai ini" Klein memaksa Yuuki untuk memakai topinya. Yuuki mengalah dan membiarkan topi hijau tersebut menetap.

"Bagaimana denganmu? Bukankah Kirito akan lebih mengenalimu seperti itu tomat-san?" tanya Yuuki sambil menunjuk rambut merah Klein.

"Kau mencoba mengejekku nona cerewet?"

"Siapa yang mengejekmu baka! Aku hanya ingin memastikan temanmu tidak berbuat macam macam ke Na-chan!"

"Ck itu tidak ada hubungannya kau tahu"

"Yayaya. Kita harus bergegas jika tidak ingin ketinggalan. Jadi bekerja samalah untuk hari ini mengerti?" Klein mengangguk menyetujui. Oke daripada ketinggalan dan hanya bergantung pada cerita Kirito yang kadang...

Bukan lebih tepatnya, sering. Kirito sering tidak menceritakan apapun bahkan ia pernah menceritakanya hanya sedikit. Dan itu membuat Klein sangat penasaran.

Dan sejak saat itulah, Klein belajar untuk tidak mengandalkan cerita Kirito jika saja ada acara atau hari yang tidak bisa diikutinya.

Buk

"Apa yang kau lakukan tomat?! Kita akan ketinggalan!" Yuuki memukul lengan Klein lalu menunjuk Asuna dan Kirito yang menaiki bis.

"Ayo cepat!" Yuuki menarik lengan Klein.

"Kita naik motor!" Klein menyahut sebelum mereka mencapai stasiun. Yuuki mengedarkan pandangannya lalu menarik Klein ke arah motor merah yang terparkir rapi.

"Dia menarikku seperti menyeret karung!" protes Klein. Oke kenapa Kirito dan Yuuki suka sekali menyeretnya seperti karung?!

Apakah ia harus mengingatkan mereka berdua kalau ia BUKANLAH karung?!

----------------------------------
---

Happy hallowenn everyonee....
Gak nyangka udah akhir oktober
Eh eh ngingatin Runa kalau belum nyelesaiin jadwal revisi😖😖

Maap
Dan makasih yang udah setia nungguin
Kalian semangat Runa buat ngetik😊

Note :
1. Hanī, nigeyou to shite iru no
》 sayang, apakah kamu mencoba untuk kabur?

Appointment place

Jadi, disini nih tempat janjiannya Kirito sama Asuna. Nah di dekat ini taman ada stasiun bis. Yap, mereka naik bis perginya.

Sejak, Leafa melarang Kirito terlalu sering menggunakan motor. Bisa bisa kakaknya ditilang :")

Ohh iya, semak semak tempat Yuuki sama Klein sembunyi tuh di dekat pohon. Yang semak semak melingkar dan ada pohon ditengahnya.

Wkwk karena niat bet Klein pakai hoodie hijau plus topi hijau buat kaga ketahuan. Terniat emang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro