♬ 🍁 Tenka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


" Dia, seperti Tenka"

Secangkir teh hangat yang ia pesan tadi, sudai mulai dingin. Cukup lama melamun yah. Mengenakan setelah hangatnya di musim gugur yang cukup dingin Tenka mencoba mencari kesibukan dengan berjalan jalan. Ia tak ingin mengirati labirin itu lagi, ia mau mencari jalan keluarnya. Namun hal itu terus menggangunya.





━━━━━━━━ 🍁 ━━━━━━━

Tenka P.OV.

" Nee, Tenka-chan"

"Nee, Tenka-chan. Amana"

"Tenka-chan, melupakan Amana?"

"Tenka-chan!"

Ugh, lagi lagi hal yang sama. Siapa? Tenka, ada apa dengan Tenka? Ah, tanpa disadari Tenka menangis. Uhu, Tenka tidak mau, tidak mau seperti ini.

Amana.
Amana, siapa? Kenapa Amana membuat Tenka begini, tidak mau.

" Tenka-san ?!"

"Ah!" Kaget. Tenka kaget. Sejak kapan disini? Tenka tidak menyadari hu,

"Aku memanggilmu dari tadi, kenapa melamun? Dan sedang apa disini sendirian?"

"Ehe, Tenka, cuma jalan jalan kok. Hehe" Tenka mencoba tersenyum seperti biasanya. Ah, Tenka terlihat seperti apa yah. Seharusnya Tenka membuatnya lebih natural૮(ˊ ᵔ ˋ)ა

" Sudah mau pulang? Mau aku mengantarmu?"

"Eh? Ah, t-tidak perlu. Masih ada tempat yang mau Tenka kunjungi, ehe. Terimakasih atas tawarannya"

Tenka P.O.V end

Selang waktu bebarapa menit. Tenka mengemasi barang barang yang ia bawa menggunakan tas Devitaro miliknya.

Tenka memang mengatakan kalau masih ada tempat yang harus ia kunjungi. Tapi sebenarnya dia sendiri tak tau tempat apa itu. Hanya mengikuti naluri ia terus berjalan.

"Lampu labu?" sedikit menyita perhatiannya Tenka terpaku pada hiasan jalanan. Musim gugur tentunya ada perayaan Halloween.

"Ehe, tahun lalu Tenka merayakannya bersama Chiyuki-san! Menyenangkan!"

Tiada angin tiada hujan Tenka yang awalnya ceria tadi tiba tiba murung tanpa alasan.

"Ada satu orang lagi. Siapa? Tenka tidak tau"
















━━━━━━━━ 🍁 ━━━━━━━

Chiyuki, menatap lekat sebatang pohon yang mulai tak berdaun seiring berjalannya musim. Berat baginya semua ini. Berat juga bagi Tenka. Itu pikirnya.

" Amana-chan,  di atas sana bagaimana? Menyenangkan? Atau sepi?"

Menundukan wajah, irisnya berkaca kaca. Ingin menangis, harus ia tahan. Demi Tenka.






































TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro