Eps 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tadaima..."

Kedua anak itu berujar kompak. Soraru membuka pintu. Seperti biasa, tak ada yang menjawab mereka. Kedua kakak beradik itu saling pandang, kemudian melangkah masuk.

"Mau makan siang apa hari ini? Ongiri? Karaage? Atau mau aku buatkan sesuatu yang lain?" tawar Soraru sembari meletakkan tasnya di atas sofa. Mafumafu menggeleng. "Aku ngga lapar," katanya lirih.

Mendengar itu, Soraru meghela napas panjang. "Maaf, ya, tadi Onii-chan terpaksa kasar," ucapnya sambil mengelus puncak kepala Mafu. Anak itu menggeleng kuat. "Bukan! Ini bukan salah Onii-chan! Mafu cuma kesal pada diri Mafu sendiri karena ngga bisa menghadapi mereka sendirian," sanggahnya sambil berusaha menahan tangisnya.

Dengan sayang, Soraru mengusap kepala sang adik dengan lembut. "Daijoubu, ini bukan salah Mafu. Lagipula, kita ngga boleh gampang main kasar sama orang lain. Seburuk apapun orang itu, kita harus tetap bersikap baik padanya. Itu yang selalu Oto-san bilang, kan?"

Mafu menunduk, tak lama kemudian ia mengangguk sembari tersenyum. Soraru menghela napas lega, kedua sudut bibirnya terangkat. "Saa, sekarang ayo kita makan siang. Oke?" ajaknya sumringah. "Un!" jawab Mafu semangat.

Dua bocah itu lalu makan onigiri yang mereka buat sendiri di dapur. Kemudian, Mafu pamit main bersama Amatsuki, tetangga mereka.

"Ama-chan! Main, yuk!" serunya tepat di depan gerbang rumah Amatsuki. Tak lama pintu terbuka, menampakkan sosok mungil Amatsuki yang tersenyum ceria. "Ah, Mafu! Maaf membuatmu menunggu. Jadi, ayo kita main!"

"Matte! Kita harusnya nyamperin Sakatan dulu, dong," cegat Mafu, menahan Amatsuki yang baru saja akan melesat langsung ke lapangan. "Oh, kalau Sakata tadi sempat mampir ke rumahku. Katanya, nanti dia menyusul setelah selesai membantu Shima-Nii," Amatsuki menerangkan.

Mafu mengangguk paham. "Seperti biasa dia sibuk sekali, ya," komentar bocah itu. Amatsuki mengangguk setuju. Setelah itu, mereka berdua berjalan bersama menuju ke lapangan bermain sambil mengobrol tentang banyak hal.

Namun sepertinya, hari ini mereka sedang kurang mujur. Mereka mendapati ada anak-anak nakal yang sedang mengganggu anak lain di lapangan tempat mereka akan bermain.

Terlebih, Mafumafu semakin marah ketika mengetahui mereka anak-anak yang sama yang mengganggunya di sekolah. Tentu saja albino itu tidak tinggal diam. Ia segera menghampiri kerumunan anak itu.

"Hei!" serunya, "kalian masih belum kapok gangguin orang?!" Semua lantas menoleh ke arahnya. Amatsuki yang berlari menghampirinya segera menarik lengan Mafu mundur.

"Mafu, apa yang kamu lakukan?" ujarnya setengah berbisik. "Aku sudah hilang kesabaran, Ama-chan! Mereka ini sudah keterlaluan! Kalian itu selalu saja mengganggu Onii-chan di sekolah, kan??" balas Mafu gusar.

"Hah?? kamu adiknya si muka kulkas! Ngapain kau sok ikut campur urusan kami?" hardik anak yang paling besar, yang tadi siang dipukuli Soraru sampai menangis. Mafu semakin geram, rupanya orang ini benar-benar belum insaf juga.

"Jangan suka mengganggu orang yang lebih lemah, dong! Kakak ini pengecut!" serunya marah. Tentu saja, hal ini membuat anak itu semakin naik darah. Dia maju, sontak memukul Mafu.

Amatsuki yang mendapati sahabatnya dipukul berteriak panik. Tetapi Mafu tidak gentar. Bocah itu balas menyerang si anak dengan menarik tangan yang digunakan untuk memukulnya, kemudian menggigit tangan itu.

Si anak mengerang kesakitan. Ia berusaha melepaskan Mafu dengan memukuli si kecil albino. Tetapi semakin dipukul, rasanya gigitan Mafu malah semakin kuat. Amatsuki berniat menolong, tetapi ia justru kena pukul anak lain. Suasana jadi benar-benar rusuh.

Saat akhirnya si anak pembuli berhasil menarik tangannya, ia makin meradang karena ternyata gigitan Mafu itu membekas di tangannya. Anak pembuli itu lantas mengkoor teman-temannya untuk menghabisi Mafu dan Amatsuki. Dengan segenap tenaga yang masih ada, Amatsuki segera menarik sahabatnya itu untuk lari.

Keduanya kabur tertatih-tatih sementara gerombolan anak pembuli itu rupanya masih mengejar mereka. "Aduh, Mafu! Kamu ngapain, sih, pake ngurusin mereka segala?" keluh Amatsuki masih sambil menarik Mafu agar tetap lari.

"Maaf, Ama-chan. Kamu jadi ikut dikejar-kejar begini..." ungkap Mafu penuh penyesalan. "Ah sudah, tidak masalah. Yang penting sekarang kita harus cari tempat aman untuk sembunyi. Gimana kalau ke rumahku?"

Mafu menurut saja. Dua sejoli itu tetap lari. Namun ternyata anak-anak itu cukup cerdik. Mereka mengambil jalan memutar dan menghadang dua bocah itu di jalan depan. Amatsuki dan Mafu terpojok. Mereka hendak berbalik, tetapi ternyata masih ada anak lain di belakang mereka.

Untungnya, tiba-tiba pahlawan kesiangan datang. "Wah, lihat ini. Rupanya, ada sekelompok pengganggu yang menyebalkan!"

Amatsuki dan Mafumafu terkejut. "Suzumu-Niisan?" panggil keduanya kompak. Suzumu melambai ke arah mereka, kemudian mengelus kepala dua bocah itu.

Sejenak kemudian, ia beralih menatap gerombolan pembuli di sana. Tatapannya yang semula hangat berubah dingin. "Kalian itu, aslinya takut sama Soraru, kan? Kalian cuma memanfaatkannya karena dia jarang melawan," ujar Suzumu dengan nada tajam.

Si anak pembuli tertawa. Ia maju, menghadap langsung Suzumu. "Buat apa aku takut pada anak lemah seperti si muka kulkas itu?? Yang ada harusnya dia kali yang takut sama aku?"

Satu sudut bibir Suzumu terangkat. "Benarkah?" sanggahnya, "kalau iya, kamu tidak mungkin menangis ketika dihajar dia tadi siang. Lagian, selama ini kalian cuma berani malakin dia doang atau mencotek PR-nya. Kalau dia tidak mau, ya, kalian cuma menyiram dia dengan air atau mengobrak-abrik tasnya. Kalian tidak pernah berani sampai memukul dia."

"Berisik!" potong si anak pembuli sambil melayangkan tinjunya. Tetapi Suzumu lebih cepat. Anak itu dengan tangkas menahan tangan si anak dan menepisnya ke samping. Anak itu terjungkal.

Melihat itu, Suzumu tertawa. Beberapa anak lain berusaha menyerangnya, tetapi Suzumu selalu berhasil mengelak dari semua serangan mereka. Karena itulah para pembuli itu babak belur karena saling hantam satu sama lain, tanpa perlu Suzumu campur tangan.

Kembali bocah bersurai cokelat itu tergelak. "Kalian ini payah! Kalau melawanku saja kalian tidak bisa, bagaimana Soraru? Kalian malah cari mati dengan melukai adiknya. Aku yakin sih Soraru ngga bakal diam aja. Kalian bahkan sampai menyerang adiknya Kashitaro-san juga. Kalau dia tahu, gimana nasib kalian nanti?"

Baik Mafu maupun Amatsuki sama-sama tahu, tidak ada anak yang tidak kenal dengan kakak Amatsuki itu. Tak satupun anak nakal di sekolah mereka berani melawan dia. Bahkan sesama anak kelas 6 pun enggan mencari masalah dengan Kashitaro.

Mendengar penuturan gamblang Suzumu, anak-anak itu kabur setelah melempar tatapan sengit pada mereka bertiga. Mafumafu dan Amatsuki menghela napas lega. Mereka lalu membungkuk pada Suzumu.

"Arigatou, Suzumu-Niisan. Kami terselamatkan," kata Amatsuki sopan. Suzumu tertawa renyah. "Maa... maa... Kalian tidak perlu sampai begitu. Mana mungkin, kan, aku biarkan kalian begitu saja?" katanya santai.

Tiba-tiba, mereka bertiga dikejutkan suara seseorang yang memanggil mereka. Sontak ketiganya menoleh, mendapati Kashitaro berdiri dengan tampang terkejut.

Dengan ceria Amatsuki menghampiri kakaknya itu. "Kashi-Nii! Tadi, Amatsuki habis ditolongin sama Suzumu-Niisan, lho!" celotehnya riang. Seakan memar-memar di tubuhnya itu bukan apa-apa.

"Eh? Kok bisa sampai begini, kamu? Kamu kenapa??" Kashitaro bertanya panik. Suzumu menggaruk pipinya canggung sementara Mafumafu terkikik geli melihatnya.

Melihat Amatsuki tetap memasang senyuman lebar, Kashitaro menghela napas. Dengan tatapan teduh dan senyum kecil, diusapnya rambut Amatsuki pengertian. "Ya sudahlah. Sekarang, kita pulang?" ajak dia akhirnya. Amatsuki membalas dengan anggukan.

Lantas Kashitaro berjalan, menepuk bahu Suzumu. "Arigatou, Suzumu-kun," katanya. Suzumu mengangguk pelan. Setelah itu, Kashitaro ganti menatap Mafumafu.

"Are? Mafu-kun juga sampai begini? Kalian beneran ngga apa-apa, kan?"

Mafu hanya mengacungkan jempolnya. Baiklah, Kashitaro menyerah. Ia mengajak Mafu pulang bersama mereka. Maka berjalanlah mereka, di tengah keadaan hari yang mulai menuju petang.

Di depan rumah Mafu, mereka berpisah. Kashitaro sendiri segera mengajak Amatsuki pulang ke rumah. Dalam hati ia penasaran, bagaimana reaksi Soraru melihat adiknya yang sudah babak belur dan kotor itu?

***

Haehaeee... Lama banget ini ff kutelantarin yakk? Sampe LUMUTAN!! Hehe...

Emg fanfic yg satu ini tergolong slow update. Makanya yg sabar yakk. Ehe...

Oke, makasih banyak bwt reader yg masih setia ngikutin ni fanfic. Ikuti terus lanjutannya, yaaa....

Jan lupa klik vote dan tinggalkan komen. Jaa naaa!!!👋👋👋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro