•59•

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Saa~... Ittadakimasu"

"Tapi sebelumnya...", Sanemi bangun dan menutup pintu juga jendela, takut-takutnya di grebek 86 kan.

"Beres dan tinggal menikmati hidangan disini", ucap Sanemi dengan seringainya. Kana makin deg-degan.

Tapi bukan itu masalahnya, soalnya mata Kana ga fokus.... Dia malah liatin buwung Nemi :")

'Ge-Gede banget anjir.. robek ini fiks robek', batinnya.

Jemari Sanemi memegang dagunya, memaksa Kana menatap matanya dan langsung menciumnya panas. Lidah yang mulai saling memperebutkan dominasi.

"Anghh~..... hmmmm~~", lenguh Kana di tengah ciuman akibat tangan Sanemi yang semakin lihai bermain di dadanya.

Sanemi melepas ciumannya dan menghujani wajah Kana dengan ciuman kecil. Ciuman itu berubah menjadi jilatan ke rahang dan telinga Kana. Sungguh, Kana merinding.

"H-hhh!? Sa-Sanemi-san ///////", lenguhnya karena telinganya sekarang dijilat Sanemi.

"Ne~... siap-siap ya, neko", bisik Sanemi dengan nada menggoda sambil memainkan puting Kana.

"A-ahhh~~~"

Dari telinga, menuju leher dan bahu yang kini sudah penuh tanda kepemilikan. Bibir Sanemi menuju dada Kana dan menghisap putingnya seperti anak bayi.

"Unghh~....U-Umpphhh~!!!", baru mau mendesah mulut Kana sudah dimasuki 2 jari Sanemi.

"Jilat jariku", titah Sanemi.

Terbawa hawa nafsu, Kana mengikutinya. Menjilati jari Sanemi yang memainkan langit-langit mulutnya. Rasanya ia ingin menangis karena nikmat. Tangan Sanemi yang satunya mengelus perut Kana, mengelusnya sampai Kana menggelinjang.

"Fuaahhhh~~~......"

"Mungkin ini bakal cukup untuk masuk ke bawah", kata Sanemi mengarahkan jarinya yang tadi sudah dibasahi saliva Kana ke vaginanya.

Mengelus keliman di antara paha, dan memasukkan jarinya perlahan. Jempolnya mengelus pelan clit gadis itu.

"A-ahhhhh~!! Sa-Sanemi-san....hngghhh~~~", desah Kana kencang.

"Ahh jadi begini rapatnya perawan..... baguslah kalo aku yang pertama"

Sanemi menggerakkan jarinya di dalam dengan tempo tetap, namun setelah melihat Kana yang mendesah dan napasnya terengah-engah, temponya semakin lama semakin cepat dan menyentuh titik nikmat Kana.

"Kyaahhh~~!! Di-Disituuu~.... Hahh...hahh.....", desah Kana sambil memajukan sedikit pinggangnya agar jari Sanemi menusuk titiknya lagi.

"S-Sane..Sanemi-sannnn..... I-Ittaahh~~~.... Aahh~ a-aku mau keluar hngghhhhhhh~!!!", desahnya.

"Keluarin semuanya, sayang~~"

Akhirnya Kana banjir juga. Napasnya terengah-engah dengan wajah yang memerah.

"Banyak juga..... tapi aku masih mau...

Karena aku mau ngasih tau ke kamu, walaupun lidah itu ga punya tulang, dia bisa ngangkat punggung kamu", Sanemi berbisik tepat di telinga Kana sebelum wajahnya diposisikan tepat di depan liang Kana.

Lidahnya mulai masuk dan mengobrak-abrik, membuat Kana refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan menahan nikmat.

"Mmmffhhhhh~~~~"

Sanemi tersenyum dan Kana bisa merasakan Sanemi tersenyum lalu lanjut menjilatinya. Punggung Kana melengkung ke atas, baginya ini sangat nikmat. Apalagi kalau punya Sanemi masuk....

"A-Ahh ahh ahhh~~~.....Ahhhhh~~~!!", puas membuat Kana orgasme dua kali. Sanemi duduk dan mengangkat badan Kana agar duduk juga.

"Gantian sekarang.... Puasin punyaku", tangannya sedikit mendorong kepala Kana agar mendekati penisnya.

"Ummpphhhh~", Kana jadi jilat es krim dulu. Kedua tangannya juga mengocok penis Sanemi dan lidahnya bermain di dalam.

"Ahhh~~~, Kaanaa~~~....... Kuso, mulutmu memang nikmat.... Lebih ceppatttt", Sanemi mengerang dan memaju mundurkan kepala Kana, membuatnya si empunya kepala sedikit tersedak karena penis Sanemi masuk ke tenggorokannya. Sudah kubilang itu panjang, 10 inchi....mana gede tebel pula.

"A-Aku keluar g-gaahhhh~!!", yass.... Sanemi nge croott di mulut Kana. Gadis itu menelan semua spermanya, karena kalau tidak ya Kana tidak bisa napas karena mulutnya penuh.

"Samemi-san keluar banyak banget~... nee, gimana kalo langsung ke intinya aja hnn~?", goda Kana mencuil dagu Sanemi. Membuat 'adek' Sanemi bangun lagi.

"Setuju...... jangan nyesel ya", Sanemi langsung menindih Kana dan tersenyum.

"Nggak kok /////" -Kana

"Mungkin bakal agak sakit, tahan ya.... sakitnya bentar aja kok", Sanemi membuka lebar kedua paha Kana dan memegangnya. Penisnya diarahkan tepat di lubang dan mencoba masuk.

"I-Ittai...", lirih Kana merasa sedikit perih.

Sanemi mencium Kana dan berusaha menembus liang yang masih sempit itu.

Jleb!!

"Mmmpphhhhhh!!!!", lenguhan sakit campur nikmat Kana tertahan karena ciuman Sanemi, kedua tangannya langsung mencakar punggung Sanemi karena sakit. Sedikit darah mengalir menandakan ia bukan perawan lagi. Rasanya kayak robek, pikir Kana.

Sanemi sedikit kaget namun memaklumi karena itu yang pertama untuk Kana. Memberinya waktu beberapa menit sampai Kana bisa beradaptasi.

"Sanemi-san.... bisa gerak kok", kata Kana dengan suara pelan.

"Yakin?", Sanemi bertanya lagi dengan wajah sedikit panik.

"Unn..... ayo kita selesain ini", Kana memegang pipi Sanemi, meyakinkan kalau dia sudah baik-baik saja.

"Oke~....", tanpa babibu Sanemi menggerakkan pinggulnya perlahan namun pasti.

"Ahh ahh~"

"Unghhhh~"

"Motto hayaku nghhh~~~~", pinta Kana sambil memeluk tengkuk Sanemi.

"Sesuai permintaan", perlahan Sanemi menaikkan temponya mengobrak-abrik vagina wanitanya.

"Ahh~!! Kyaahhh~!!! Ummm Sanemi-san anghhhh~~~!!!"

"Kau suka?"

"Unn... hyahh! Su-Sukaaaa mmmhhhhh~~~~"

"Kalau begitu desahkan namaku...."

"Sa-Sane anghhhh! Sanemi aahhhh~~~~~~~~..... Owh~ <3!"

"Ahh disini ya titik nikmatmu? Kalau bagitu aku lanjut gempur disini"

"I-iie matte ... hiiyyyy~!!!! Ah unhhh~~~"

Suara decakan kulit yang bersentuhan, desahan dan erangan memenuhi ruangan. Semakin kencang Kana mendesah, semakin semangat Sanemi menggempurnya.

"Sugee~! Aahhh jangan jepit punyaku, Kana~~~"

"Ahhh~..... Sanemi-san....aahh ahhh aku mau keluarr ... aaahh~~~ kimochiiii~!!!", racau Kana dengan ahegaonya. Matanya sudah menengadah keatas dan lidahnya menjulur nikmat. Pikirannya melayang entah kemana, saat ini ia hanya ingin Sanemi menggempurnya.

"Aku juga... keluarnya barengan uhhh~~", semakin cepat dan dalam tusukannya.

"Sanemi-san~~..... aaahhh aku ga tahan hikss ahhh~~.... Ayo keluar~~~~", desah Kana.

"Sedikit...lagi...ahhhh~~~!!! Daisuki, Kana...", desah Sanemi.

"Eumm.... Daisukiii~~~!!!!", Kana memeluk Sanemi semakin erat dan menaikkan pinggulnya.

Croottt!!!

Keduanya sampai pada klimaks mereka dan Sanemi keluar di dalam.

"Hosh...hosh...hosh...... mou, Sanemi-sannn~ kamu keluar di dalam, nanti kalo aku hamil gimana?? Baka //////", protes Kana menepuk bahu Sanemi.

"Tapi kau menikmatinya~.... Lagipula kau baru selesai datang bulan kan? Gak akan hamil kok", tanya Sanemi.

"HENTAI!!!! Aku ga pernah bilang tapi kenapa kamu tauuuu!!????", Kana memukul-mukul dada Sanemi karena malu.

"Aku mengamatinya selama ini, kalau dalam satu bulan kau sering mencuci baju artinya kau datang bulan", Sanemi mengakuinya dengan wajah tanpa dosa.

"B-Baka ///////////" -Kana

"Ne baka onna..... ayo kita lanjut.... Milikku sudah siap tempur", kata Sanemi.

"H-Hah? U-Usooooo!! KYAAAHH~~!!!!!!!"

Dan pertempuran di atas futon itu berakhir setelah 7 ronde. Itupun keduanya tidak makan malam lagi dan langsung ketiduran sambil pelukan karena capek.

***

"Unghhh~~~~ Hoahhmmmm! Are? Sudah pagiii!?", jerit Kana panik.

Pas bangun dah terang banget soalnya.

Srak!

"Ohayou.... Nyenyak amat tidurmu, jadi aku ga tega bangunin.... Makanya aku yang buat sarapan... nah ayo makan, kaki sama pinggangmu lemes kan", Sanemi datang dengan dua mangkuk bubur dan dua gelas air. Mau makan bareng ayang, seneng habis dapet jatah padahal belom sah :V

"Mou~~.... Kan Sanemi-san yang bikin lemes", Kana ngeblush berat.

"Tapi kamu juga keenakan..... nih, aaaa~", Sanemi menyuapi Kana. Meski awalnya malu-malu tapi akhirnya Kana mau juga.

"Arigatou, Kana....", Sanemi senyum dan mengelus wajah Kana. Karena yukatanya yang agak longgar, Sanemi bisa melihat hasil karyanya di kulit Kana semalam.

Bagus juga.... Besok-besok kutambah, batin Sanemi tersenyum bangga.

***

Hadeuh akhirnya lunas~

Yak moga kalian suka~~~~

~Azu~

OMAKE:

Shihagi bi lek: Dahlah pemilik gue udah jebol

Gagaknya Sanemi: Hot banget amzinc

Shihagi: //PLAK//

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro