00

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Warning!
Gaje
Char x Oc
Alur gaje

.

.

"Idol"
Apa yang dipikiran kalian saat mendengar kata tersebut? Seorang gadis ataupun lelaki yang bernyanyi dan menari di atas panggung dengan senyuman terbaiknya.

Lightstick ia mainkan dengan lincah, kacamatanya memantulkan sosok kedua gadis yang tengah bernyanyi dan bernari diatas panggung. Senyuman khas dan ungkapan cintanya membuat semua penonton bersorak dengan semangat, begitu pula dengannya.

Namun sayangnya dirinya tidak bisa menonton secara langsung konser idol terfavoritnya tersebut.

"Sensei.., bisakah kau berhenti menonton TV di kamar pasienmu?"

Seorang gadis dengan menggunakan pakaian perawat menatap datar pria berkepala dua itu, kacamatanya yang menurun dia naikan dengan jarinya, seakan dirinya telah bersikap keren.

"Melihat seorang gadis cantik bagus untuk kesehatan." Ujarnya ditanggapi dengan helaan nafas kasar perawat tersebut.

Dering telpon berbunyi, sumber suaranya berasal dari handphone milik dokter bersurai hitam itu, melihat nama pemanggil segera dia mengangkat telponnya dan keluar dari kamar salah satu pasien.

"Halo Gorou-kun?"

Suara seorang gadis yang manis terdengar, senyuman mekar diwajahnya. Dengan cepat Gorou- Nama dokter itu, menjawab.

"Kairi! Ada apa?"

Disisi lain, gadis yang sedang menelponnya menggelengkan kepalanya, dirinya sedang berada di mobil, dalam perjalanan ke suatu tempat yang mungkin akan mengejutkan bagi lelaki yang tengah ia hubungi.

"Apa kau sudah melihat berita?"

Tanyanya, pertanyaan dari Kairi- gadis tersebut membuat Gorou bingung, dirinya membuka media sosial yang memperlihatkan semua kabar terkini tentang seorang artis ataupun semacamnya.

Matanya membelak, salah satu artikel membuatnya terkejut bukan main. Kedua idola tersayangnya Hiatus dengan waktu yang tidak diketahui.

"Kairi?! Ke-Kenapa kau dan Ai Hiatus?!"

Ai dan Kairi, kedua nama gadis itu adalah idol terfavoritnya, dirinya adalah fans berat mereka berdua, tentu saja Gorou terkejut bukan main saat melihat berita ini.

Namun pertanyaannya disini adalah, kenapa dia memiliki kontak seorang idol yang akhir-akhir ini naik daun?

Terdengar suara tawa kecil dari telpon tersebut, Kairi tertawa, manik hijaunya menatap luar jendela kaca mobil dengan tangannya menjadi tumpu untuk menyandarkan kepalanya itu.

"Sedikit ada masalah.., lihat saja nanti!~"

Tut

Suara yang menandakan Kairi mematikan telponnya, Gorou yang masih syok dan penasaran menghela nafas panjang. Dirinya berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi kepada gadis itu, terutama Kairi.

Maniknya menatap foto seorang gadis bersurai cokelat dan bermanik hijau yang tengah tersenyum dengan mengedipkan matanya, dirinya adalah sosok yang menjadi penyemangat hidupnya, sosok yang paling berharga untuknya.

Kairi, idol yang sama seperti Ai, namun mereka berbeda. Ai dikenal baik oleh publik sedangkan Kairi yang memiliki skandal dikeluarganya membuat kesannya menjadi buruk dimata publik. Meskipun begitu, dia masih tetap menjadi idol yang ceria dan terlihat tidak memiliki masalah apapun. Idol yang menjalin hubungan dengannya secara diam-diam, tanpa diketahui oleh publik ataupun fansnya.

Kemungkinan hal buruk akan terjadi kepada mereka berdua jika hubungan ini diketahui, tapi sampai sekarang hubungan mereka masih aman. Dari awal bertemu tanpa memiliki pekerjaan apapun hingga menjadi sukses, tidak ada hal buruk yang terjadi, setidaknya yang Gorou lihat seperti itu.

.

.

.

"Siapa yang kau hubungi?"

Gadis bersurai ungu yang tepat berada disamping Kairi bertanya seusai Kairi mematikan telponnya.

Kairi menggelengkan kepalanya, "Bukan siapa-siapa." Jawabnya, maniknya menatap ke arah perut gadis yang bernama Ai itu, perutnya membesar, masih banyak pertanyaan yang dipikirkannya saat mendengar bahwa Ai hamil.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanyanya, Ai adalah idol, dirinya hamil diluar nikah, jika publik mengetahui hal ini karirnya dan agensi yang menaunginya akan tamat.

Ai tersenyum lembut, mengelus perutnya dengan perlahan. "Aku akan merawat mereka, tapi aku tidak akan berhenti menjadi idol!" Balasnya, senyumannya tidak memudar, kedua maniknya yang memiliki bintang berbinar terang.

Helaan nafas keluar dari mulut Kairi, "dasar serakah." Ucap gadis itu, melirik Ai dari sudut matanya lalu kembali menatap ke luar jendela, perjalanan mereka menuju rumah sakit di Miyazaki tempat dimana dokter bernama Gorou itu bekerja sebentar lagi akan sampai.

Kairi tidak sabar untuk segera melihat reaksi lelaki itu, apakah ia akan terkejut ataupun menangis saking senangnya? Apapun itu, Kairi pasti akan menertawakannya.

"Ne ne, Kairi-chan. Coba lihat-"

Ai memperhatikan layar hpnya lalu memperlihatkannya ke Kairi. Seketika Kairi membelakkan matanya, terkejut dengan berita yang tertampil di media sosial. Ai tertawa melihat ekspresi baru temannya itu, bagaimana tidak, didepannya Kairi hanya selalu memperlihatkan ekspresi ceria dan berbicara seperlunya saja.

"Kei-kun tercintamu hiatus juga ternyata~" Ucap Ai, menggoda Kairi.

Kei, seorang idol yang terkenal dan dikenal sebagai pangeran, Kairi memang mengidolakannya, hal yang wajar bukan, sesama idol saling mengidolakan. Tapi dirinya tidak menyangka bahwa Kei akan hiatus juga sama sepertinya, tapi kalau dipikir-pikir lagi, memang Kei jarang terlihat dari beberapa bulan yang lalu, sepertinya dia memiliki masalah.

"Ughh, lebih baik kau pikirkan kondisimu kedepannya. Bukankah itu benar, Ichigo-san?"

"Ya, Ai, jika kau masih ingin menjadi idol, jangan sampai perihal anakmu itu ketahuan!" Sautan dari pengendara mobil itu, Saito Ichigo, pemilik agensi Strawberry Production, sekaligus yang merekrut mereka berdua.

"Tuh dengar!"

Ai tertawa kecil, "Tenang saja, aku ahli dalam menyembunyikan sesuatu!" Ucapnya, mengedipkan sebelah matanya lalu tersenyum.

"..Terserah kamu saja. Kita sudah sampai."

Sebuah kota kecil tidak jauh dari pegunungan, prefektur Miyazaki, adalah hal yang tepat untuk menyembunyikan keberadaan Ai selama masa kehamilannya.

Tujuan mereka adalah rumah sakit, sampai di Rumah sakit, Kairi segera turun dari mobil dan membantu Ai untuk ikut turun. Tangannya ia ulurkan, mengambil tangan Ai.

"Arigatou Kairi-chan~"

Ketiganya berjalan dilorong rumah sakit, disuruh untuk menunggu dokter kandungan di ruangan dokter tersebut. Manik Kairi menulusuri seisi ruangan, melihat ke kiri kanan, Ai menangkap perilaku temannya yang aneh itu.

"Kairi-chan ngapain?"

"Ah- Itu..Cari kucing!"

"Jangan bermain-main!"

Duh pak Ichigo marah, Kairi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Tidak lama kemudian seorang lelaki bersurai hitam dengan jas putih dan terlihat name tagnya di sisi kanan dari sudut pandang mereka.

Kairi dan Ai sekarang menggunakan topi yang membuat wajah mereka terlihat tidak jelas, demi menyembunyikan identitas tentunya. Gini-gini mereka berdua adalah idol.

"Etto..maaf menunggu, Hoshino Ai-san ya.., apakah anda keluarganya?"

Gorou, duduk dikursinya, masih belum mengetahui kedua orang dihadapannya ini. Namun sesekali dia menatap Kairi, meskipun topi sedikit melindungi wajahnya dia tetap merasa tidak asing. The power of bucin?

"Ya begitulah- Tertulis disana seperti itu. Dia ini berasal dari panti asuhan, jadi aku adalah walinya." Jelas Ichigo.

Kairi sendiri senyum-senyum menatap Gorou yang masih belum mengenalinya, Ai mulai membuka topinya begitu juga dengan Kairi. Mata pria itu membelak saat melihat keduanya, apalagi salah satunya hamil- Ya kedua idol yang hiatus berada dihadapannya dan salah satunya hamil.

Hal yang sangat sangat sangat mengejutkan, rasanya dia akan muntah sekarang saking mengejutkannya hal ini.

"Tunggu sebentar, aku mempersiapkan diriku dulu..."
Dia bergumam, berdiri dari duduknya lalu keluar dari ruangan tersebut.

"Oh aku mau membeli minum dulu ya!"

Kairi juga mengikuti Gorou yang keluar dari ruangan tersebut, sontak Ai dan Ichigo merasakan hal janggal dari Kairi.

.

.

.

"Jadi ini maksudmu?"

Keduanya berbicara didepan ruangan pemeriksaan, Kairi menganggukkan kepalanya pelan, topi yang ia pegang kembali ia gunakan.

"Apa kau terkejut, Gorou-kun?!~"

Helaan nafas terdengar, "Jantungku tidak bisa menahan banyak kejutan hari ini.." Maniknya menatap Kairi dari bawah sampai atas, rona merah terlihat diwajahnya. Perlahan tangannya mengambil tangan gadis itu, sontak Kairi menatap bingung Gorou.

"... sebentar saja..-"

"Ai menunggu lho!~"

Sekali lagi kukatakan, mereka berdua menjalin hubungan, walaupun usia mereka berbanding jauh. Namun hari itu- entah apa yang merasuki keduanya, mereka memutuskan untuk berpacaran. Jika publik mengetahuinya, bukan fans saja yang menyerang tapi FBI juga akan ikut menyerang.

Ini adalah hal yang salah, yang tidak boleh diketahui oleh orang-orang.

"Masuklah kembali, aku mau jalan-jalan di sekitar sini~ Aku juga ingin mengenang Sarina-chan."

Sarina, seorang pasien yang dulunya dirawat dirumah sakit ini, Miyazaki adalah tempat tinggal Kairi, atau tepatnya dirinya dibuang di daerah ini. Menjadi sakit-sakitan dan membuatnya harus dirawat, dia bertemu dengan Gorou dan Sarina- ketiganya menjadi akrab, bahkan karena Sarina mereka berdua menjadi tertarik dengan dunia peridolan.

Namun hari itu tiba, Kairi yang iseng-iseng mengikuti audisi dari agensi Strawberry Production, dirinya lolos dan diharuskan untuk pergi ke Tokyo. Dihari itu juga, Sarina meninggal dengan usianya 12 tahun.

Mengingat sesuatu yang telah berlalu hanya membuatnya semakin terpuruk, Kairi mendorong Gorou untuk memasukki ruangannya kembali.

"Bilang ke mereka aku jalan-jalan."

Ucapnya sebelum melambaikan tangan dan pergi begitu saja. Gorou menghela nafas, berusaha untuk menerima kenyataan bahwa idolanya hamil.

"Maaf lama menunggu." Ucapnya, kembali duduk dikursinya.

.

.

.

Malam tiba, maniknya berbinar-binar menatap langit di atas atap rumah sakit tersebut. Bintang-bintang berhamburan membuatnya semakin indah, bulan yang tidak kalah bersinar itu membuat gadis itu terpana.

"Bagaimana Ai?" Tanya gadis itu, menangkap sosok Ai yang berdiri disampingnya sembari menatap langit.

"Anakku kembar!~ Kalau salah satunya laki-laki aku akan menyuruhnya untuk menikahimu!"

Beraut wajah kesal, Kairi menjitak seniornya itu, "jangan menganggapku tidak laku." Ucapnya. "Lagipula, siapa laki-laki itu?" Tanya kembali.

"Oh?~ Dia-"

"Aa- selamat malam..?"

Kairi cemberut, baru saja Ai akan memberitahu laki-laki yang menghamilinya, namun Gorou tiba-tiba datang, kebetulan sekali.

"Oh dokter!~" Seru Ai.

Kairi membungkukkan tubuhnya sebentar, dia harus bertindak sopan seakan-akan mereka tidak saling mengenal.

"Angin malam tidak sehat untukmu Hoshino-san." Ucap Gorou, melirik ke Kairi yang pergi dari sana.

"Eh Kairi-chan mau kemana??" Tanya Ai.

"Aku lapar- mau cari makan dulu! Bai!"

Dirinya segera pergi dari sana, meninggalkan kedua orang tersebut. Meskipun tidak rela meninggalkan sang kekasih dengan idolanya namun biarkan saja mereka berdua saling mengenal, lagipula Gorou adalah dokter penanggung jawabnya Ai.

Semenjak hari itu, keduanya semakin akrab, hari demi hari berlalu, Gorou yang memiliki dua job itu harus memperhatikan pasiennya, Ai dan memperhatikan pacarnya, Kairi. Walaupun Ai dan Ichigo sudah mulai curiga dengan Kairi tapi mereka mengabaikannya.

"Apa kabar ibu dan ayahmu?"

Kairi tersentak, hampir tersedak makanan saat Gorou tiba-tiba menanyai kedua orang tua angkatnya itu. Benar, Kairi adalah anak panti asuhan sama seperti Ai, mereka berdua telah menghabisi waktu bersama sejak kecil hingga sekarang menjadi idol bersama-sama walaupun Ai yang direkrut terlebih dahulu lalu Kairi memasuki group idol itu dengan audisi.

Awalnya Kairi diangkat menjadi anak dari dua orang tua di kota kecil ini, pertama kali dia mengenal Gorou dan Serina, namun kedua orang tua angkatnya itu meninggalkannya dan kabarnya- mereka melakukan bunuh diri bersamaan di rumah.

Lalu saat dirinya pergi ke Tokyo untuk menjadi idol yang sama seperti Ai, dia diangkat sebagai anak oleh pasutri yang sudah lama menikah namun tidak memiliki anak. Awalnya dirinya bahagia seperti anak pada umumnya, namun- hari itu tanpa disengajainya-

"Kairi?"

Lamunannya buyar, daritadi Gorou memanggil namanya akhirnya Kairi menolehnya.

"Papa dan mama baik kok! Ahahaha!~ memangnya kenapa? Mau bertemu dengan mereka hm?~"

Bohong, wajahnya terlihat jelas sekali bahwa dirinya berbohong. Namun kebohongan itu tidak bisa diketahui oleh orang lain, kecuali dirinya sendiri.

Kairi membunuh kedua orang tua angkatnya, seorang penjahat harus dibasmi, begitulah pikirnya pada saat itu. Namun hebatnya sampai saat ini tidak ada yang mengetahui dalang dibalik tragedi itu, lagipula kedua orang tua angkatnya tidak terlalu terkenal membuat berita ini tidak terlalu dibesar-besarkan, bahkan hanya menjadi pembicaraan sehari saja, setelah itu, tidak ada lagi yang membahasnya. Mungkin berita itu tidak sampai ke pada daerah ini, entah ini kebetulan atau dewi keberuntungan sedang memihaknya.

"Bu-bukan begitu-"

Reflek Kairi tertawa melihat tingkah lucunya Gorou, wajahnya memerah saat Kairi memberikan kode untuk segera menikahinya. Puncak kepala lelaki itu dielus lembut oleh sang gadis, senyumannya kembali ceria, manik hijaunya berbinar terang.

"Gorou-kun,"

Atmosfer di taman rumah sakit itu tiba-tiba memberat, menjadi serius saat Kairi menatapnya dalam.

"Kuserahkan Ai kepadamu ya, tolong jaga dia, aku ingin dirinya dan kedua anaknya sehat."

Kedua tangannya menggenggam kedua tangan Gorou, senyum lembut terlukis.

"Tenang saja, serahkan kepadaku, Kairi."

"Iya!~"

Tanpa mereka sadari, tidak jauh dari mereka terdapat ketiga orang yang menggunakan hoodie yang membuat wajahnya tidak terlalu jelas.

"Dasar pengkhianat.."

.

.

.

40 minggu terlewati, hari persalinan Ai telah ditentukan. Namun bukannya bersama Ai, Kairi malah melamun di taman yang jauh dari rumah sakit seorang diri. Banyak yang ia pikirkan sekarang, tentang Ai, tentang orang tua angkatnya dan tentang seorang lelaki- yang dirinya sangat yakin bahwa lelaki itu mengikuti dirinya dan Ai.

Tidak lama Kairi mengetahui hal itu, Kairi peka terhadap suasana jadi dia cepat mengetahuinya, sepertinya mereka mengincar Ai ah tidak, keduanya.

Dirinya dan Ai akan diincar, atau buruknya lagi orang yang tidak bersalah, Gorou akan dihabisi. Sebelum itu terjadi dia harus melakukan sesuatu, ini adalah hari Ai akan melahirkan, Ai dan Gorou harusnya berada dirumah sakit.

Seharusnya begitu,

"Kairi? Apa yang kau lakukan disini?"

Kairi terkejut melihat Gorou yang mendekatinya, eh kenapa dia disini? Seharusnya dia di rumah sakit dong! Kairi jadi kacau-. Gorou duduk disamping Kairi, menatap Kairi yanh kembali memikirkan sesuatu.

Tangannya ia lambaikan didepan wajah mungil milik gadis itu, lelaki itu tertawa kecil, sepertinya Kairi terlihat sangat serius.

Cup

Kecupan singkat dipipi sang gadis, reflek Kairi menoleh ke Gorou dengan wajah yang memerah, tidak percaya dengan apa yang Gorou lakukan barusan.

"Hahaha lucu."

Pujian yang membuat wajah gadis itu semakin memerah, sontak Kairi memukul pelan lelaki itu, bukannya merasakan sakit Gorou semakin tertawa geli melihat perilaku Kairi yang salting ini.

"Mouu! Hentikan- Eh kamu kenapa disini? Bagaimana dengan Ai?!"
Tanyanya Kairi, bingung kenapa Gorou berada disini.

"Aku hanya ingin pulang sebentar, lalu akan kembali, lagipula banyak dokter lain juga kan?" Jelas lelaki itu.

Gak salah, dokter kandungan bukan hanya Gorou, tapi sepertinya Ai hanya ingin Gorou daripada dokter yang lain. Tapi setidaknya walaupun sebentar, dia bisa bersama Gorou, meskipun selama 40 minggu ini dia juga sering bersama Gorou, bahkan- berciuman atau lebih? Entahlah.

"Be-begitu ya.."

"Kau sendiri kenapa disini? Temanmu mau melahirkan."

Kalau dipikir-pikir iya juga, Kairi menggelengkan kepalanya. Dia lebih memilih untuk tidak mengganggu momen seorang ibu melihat kedua anaknya.

"Tidak perlu, ada Ichigo-san juga disana." Ucapnya, menatap layar handphonenya.

Manik hijaunya menatap Gorou, "Apa kau mencintai Ai?" Pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ia tanyakan keluar begitu saja. Gorou menatapnya, terlihat raut wajah terkejut, maniknya ia alihkan untuk tidak terlalu menatap wajah Kairi, apalagi matanya itu- jangan sampai kau terlalu lama melihatnya atau kau akan jatuh.

Kairi bersiap dengan jawaban Gorou, entah apapun jawabannya itu dia berusaha untuk tidak membenci lelaki tersebut, lagipula dia sendiri tidak yakin, apakah dia mencintai Gorou atau tidak- Selama ini, dia tidak pernah mengungkapkan perasaan kepada Gorou, takut akan ungkapkan cintanya itu adalah kebohongan sama seperti ia ungkapkan kepada fansnya.

"Setelah kupikirkan, aku menyukainya, sebatas fans, tidak lebih. Tapi tetap saja, melihat dia hamil perasaanku bercampur aduk, nanun aku mengharapkan kebahagiaan kepada keluarga kecilnya itu."

Jawaban yang tidak terduga oleh sang gadis, "Kalau begitu- apa kau mencintaiku?" Dengan ragu dia menanyakannya, bagaimana jika dia menjawabnya 'tidak'? Tangannya meremas pakaiannya.

"Aku mencintaimu, lebih dari siapapun. Kau menyelamatkanku, Kairi."

Maniknya berbinar, entah kenapa- air mata mengalir pelan dari matanya itu, matanya semakin berkilau karena air mata tersebut. Ya, Kairi menangis, reflek Gorou memeluknya, dia tahu, Kairi bukan menangis karena sedih melainkan dirinya menangis terharu.

"Gorou-kun..a-aku—"

"Apa kau dokter penanggung jawab Hoshino Ai?" Seorang pria datang menghampiri mereka, tudung jaket yang ia gunakan membuat wajahnya tidak bisa dikenali.

Suasana saat itu menjadi lebih serius, Gorou melepaskan pelukannya menatap tajam ke pria itu, begitu juga dengan Kairi. Dia salah satu dari mereka.

"Harusnya identitas Ai telah dirahasiakan." Ucap Gorou.

"Bisakah anda mengenalkan diri anda Tuan?" Tambah Kairi.

Namun pria itu langsung berlari, berdecak kesal, Gorou mengejar pria itu yang berlari ke arah hutan. Kairi sendiri menatap sekelilingnya sebelum menyusul Gorou yang masih terlihat.

Begitu sampai dihutan, minim penerangan dan dikelilingi banyak pohon membuatnya mereka sulit untuk mencari keberadaan pria itu.

"A-apakah aku harus menelpon Ichigo-san?"

Kairi menghidupkan senter di hpnya, menjadi penerangan satu-satunya dihutan yang banyak tebing tersebut. Mereka harus berhati-hati di sini, banyaknya jurang disini bisa saja salah langkah membuat salah satu dari mereka terjatuh dan nyawapun menghilang.

Sekilas Kairi melihat lelaki yang seusia anak smp, surainya hitam- lelaki itu menyeringai lebar.

"JANGAN MENDEKATI AI-CHAN LAGI!!"

Dorongan kuat membuat lelaki bergelar dokter itu terjatuh ke jurang, sontak Kairi menoleh ke arah pria yang mendorong Gorou- Sial sekali.

"Ini karma untukmu, Kairi."

BRUK

.

.

.

.

Gelap, sesak, pengap, tangannya berusaha untuk mencari-cari handphonenya namun tidak dapat, tepatnya tubuhnya tidak bisa digerakan.

"Ka..I..ri.."

Suara yang tidak asing memanggilnya, sumber suara terdengar sangat dekat darinya. Kairi berusaha untuk membuka matanya, menampakkan wajah sang kekasih yang berlumuran darah begitu juga dengan dirinya.

Kairi berbaring dipangkuan lelaki itu, kacamatanya retak, penglihatan keduanya mulai kabur.

"....Hahh...." Helaan nafas keluar, senyum lesu terlihat diwajah gadis itu, tangannya mengusap pipi sang kekasih.

"Maaf.." ujarnya pelan, Gorou menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak..tidak..ada.. yang..salah.."

Ini sudah berakhir, di hutan, tidak akan ada yang bisa menemukan mereka, pendarahan pada keduanya sudah parah, tidak ada yang bisa diselamatkan.

"....Gorou..kun.." panggilnya pelan, Gorou mulai terlihat kehilangan kesadarannya.

"Hn...?"

"... Aishiteru..~"

Senyuman tipis itu terlukis diwajahnya untuk terakhir kalinya, sang kekasih telah meninggalkannya lebih dulu. Tangannya menggenggam erat tangan sang gadis walaupun sudah sampai batasnya.

"....."

"Aku belum melihat anak-anak Ai, pasti mereka sangat imut.., oh.. aku belum mendengar lagu terbarunya Kei-kun! Tapi dia malah Hiatus! Ughh..haha"

Maniknya menatap Gorou yang telah tertidur lelap, rasa sakit dibagian kepala membuatnya juga ingin tertidur, setidaknya ia telah mengungkapkan rasa cintanya, namun masih ada perasaan menyesal. Kenapa baru sekarang dia mengatakannya? Kenapa tidak dari dulu?

Terakhir kali yang ia dengar hanyalah suara dering telpon dari ponsel milik Gorou, sepertinya itu dari Ai.

Sepintas ingatan dirinya bersama Ai dan Gorou kembali berputar, dirinya menangis tanpa suara, dirinya telah dicintai dirinya telah disayangi dirinya memiliki seorang teman yang berharga. Namun, ah ini karma.., karma karena dirinya tidak bersyukur akan apa yang ia dapatkan, ini karma karena dirinya tidak mencintai orang berharga tersebut.

Tatapannya menatap lembut Gorou kembali, ungkapan cinta telah ia katakan tapi ini akan berakhir.

"Jika kita bertemu kembali..aku ingin mencintaimu dengan tulus dan tanpa kebohongan..~"



.

.

.

Menurutmu apa itu cinta?
Cinta kalian seperti apa?
Cinta terobsesi?
Cinta sebatas teman?
Cinta sebatas keluarga?

Atau

Cinta?

Jika kau mencintainya
Yakinkan dirimu sendiri, janganlah engkau membohonginya dengan mengungkapkan perasaan palsumu itu.

.


/Galau brutal

HUSH JANGAN KOMEN AWAS AJA KALIAN KOMEN
JANGAN BILANG APA APA
AKU TAU NIH CERITA GAJE BANGET

INI XOC WOI
KOK ADA YANG BACA YA

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro