{ 04 }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

S T A G E  0 4

"Remedy"

"Tsukasa awas! " Lelaki itu—Yugi Amane—berteriak  selagi mendorong  sang adik. Namun naas ,benda tajam itu malah tertancap di dada Amane dan seketika dunia Tsukasa membeku.

Sang Kakak tersungkur ke lantai, meringis, berkeringat dingin.

Pikiran Yugi Tsukasa pun seketika menjadi kosong. Badannya terasa kaku untuk bergerak, sulit mencerna apa yang baru saja terjadi.

Apa? Apa yang terjadi?.

Dan ia seperti tidak mendengar apapun lagi selain suara tawa yang menggelegar dari seorang pria yang bermandikan darah tersebut.

Pemandangan itu,  Suara mengerikan itu,

Selamanya akan menjadi mimpi buruk bagi Tsukasa.

Walaupun ia telah menusuk pria bejad tersebut berkali-kali hingga tewas ,menabur besin sebanyak-banyaknya,serta menyalakan api dari korek hingga villa terkutuk itu berubah menjadi abu.

Tidak semuanya habis dilahap sang jago merah, Tsukasa keluar dari sana seraya membopong sang kakak.

Saat itu dia masih bernapas, sebuah keajaiban dan keberuntungan bahwa pisau itu tak tertancap begitu dalam.

Amane seharusnya masih hidup, iya dia seharusnya masih dapat hidup .

Namun, lelaki itu terlalu bodoh hanya karena merasa dirinya akan menjadi beban bagi sang adik.

Dan dia memang berencana mengakhiri semua itu di sana, termasuk melepas hidup serta harapan yang saat itu masih menggenggam raganya dengan erat .

Mungkin Dia bodoh karena telah meninggalkan Tsukasa sendirian,

Tapi lelaki itu juga cerdas untuk mempersiapkan semuanya, agar Tsukasa tidak tersesat , agar Tsukasa dapat keluar dari lorong kegelapan hidup mereka.

Dengan sekuat tenaga, meski terbatuk sampai mengeluarkan darah dan nafas yang terputus-putus , ia mengatakannya.

Kata-kata terakhirnya untuk Tsukasa ialah pulang.

Bersama pada saat Itu juga, dia menyodorkan sebuah tiket kereta serta sejumlah uang kertas yang ia sembunyikan  di balik saku jaket.

Kereta itu akan berangkat tepat pukul tujuh pagi. Dia menyuruh adiknya itu tepat waktu agar tidak tertinggal.

Apapun yang terjadi, kau harus tiba di 'rumah'. Jangan membuat gadisku menunggu lebih lama.

Setelah itu, dengan sisa tenaga yang ia punya,dia mendorong pisau itu lebih dalam.Membuat netra Tsukasa membulat , meraung , meratap, memeluk raga tak bernyawa itu semakin erat.

Akan sangat sulit bagimu membawa orang sekarat sepertiku untuk pulang, jadi jangan pikirkan aku lagi. Pergilah.

Ketahuilah Tsukasa, Aku lebih bahagia seperti ini.

○○○

Aroma sebuah masakan membuatku perlahan mengerjapkan mata lalu mengedarkan pandangan ke sekitar.

Ini dimana? Apa aku sudah kembali? atau berada di alam lain?.

Kepalaku masih pening tak karuan.

Ngomong-ngomong mimpi apa aku tadi? Aku tidak terlalu mengingatnya kecuali tubuh Amane yang tebujur kaku, dan suara Tsukasa yang menangis begitu keras.

Ketika kesadaranku telah terkumpul seutuhnya, aku baru sadar bahwa aku tengah berbaring di atas sebuah ranjang di dalam kamar sebuah pondok kayu. Bau Cendana seketika menusuk hidung. Sebuah tempat yang begitu asing bagiku.

Serius, aku ini sedang di mana? .

Bukankah seharusnya aku terserap kegelapan itu?.

Segera ku tengok luar jendela, pondok ini benar-benar di dalam sebuah hutan pinus, tidak ada bangunan lain selain pondok kayu berlantai dua ini.

Sekarang apa? .

Cklek.

Suara pintu dari belakang membuat kepalaku refleks segera menoleh.

"Oh, sudah bangun? "tanya seorang Pria Jangkung tersebut seraya membawa sebuah nampan dengan mangkuk sup ayam serta segelas air di atasnya.

Eh, dia kan,

" Tsu-Tsuchigomori-sensei? "kejutku. Benar, aku pasti tidak salah. Beliau pasti Tsuchigomori, guru sainsku.

" Oh, kau sudah mengetahuiku ternyata, syukurlah "ujarnya santai seraya berjalan masuk dan menaruh kudapan tersebut di atas meja " Makanlah, kau sudah lima hari tidak sadarkan diri. Pasti lapar".

"Mengapa bapak bisa ada di sini? " tanyaku curiga, menghiraukan titah pria tersebut.

"Entahlah , namun yang pasti,aku bukan 'Tsuchigomori'  yang biasa kau kenal. Aku adalah 'Tsuchigomori' yang tercipta di alam bawah sadarmu " balas Tsuchigomori-Sensei yang membuatku makin tak mengerti.

"Alam bawah sadarku? ".

" Ya , alam bawah sadar sekaligus emosi milikmu" Jelasnya lebih lanjut "Terakhir kali kau sedang berkabung atas kematian sahabatmu itu ,kan? Dunia ini tercipta dari kesedihanmu itu. Sekaligus , Dunia ini akan menjadi penentu hidup dan mati mu akibat dari aksi nekatmu untuk mengakhiri hidup karena kesedihan tersebut".

" Tunggu, aku belum mati?? ".

" Tentu saja belum.Tubuhmu masih ada di dunia fana itu,hanya sedang tertidur panjang saja dan belum selamanya. Kau—Roh dari tubuhmu itu—yang akan menentukan apakah kau akan menetap atau tidak".

" ...Jadi...ini bukan alam Barzah namun seperti alam mimpi, dan tubuhku masih hidup di dunia asli? ".

" Betul sekali" Pria itu tersenyum lebar.

Begitu rupanya, aku sedang koma akibat kecelakaan itu.

karena Koma itulah, Dunia ini menjadi penentu hidup dan matiku.

Dan Dunia ini juga tercipta karena kesedihanku atas kematian Amane-kun, karena itulah fenomenanya seperti ini .Karena aku tidak dapat melepas kepergian pemuda tersebut.

"Berbeda dengan yang lain, aku disini tidak akan mengintimidasi atau
memaksa, kita berbincang santai.Jadi kau tenang saja" Ujar Tsuchigomori-Sensei  seraya menarik kursi kayu ke depan ranjang tempatku duduk sekarang .

Aku mengangguk pelan, Nada bicaranya yang memenangkan  membuatku dapat sedikit bernapas lega.

"Hmm, mulai darimana ya...ah!mari kita bahas tentang Yugi Amane itu . Orang yang membuatmu terseret sampai kemari, sebenernya apa hubunganmu dengan dia? ".

Mencoba mengingat kenangan kami, Aku menundukkan kepala " Hubunganku dengan Amane-kun ya...
Kami hanya sahabat sejak kecil, tetapi  dia sangat berharga bagiku".

Setelahnya, tanpa sadar aku bercerita panjang lebar dengan bersemangat. Kuceritakan segalanya, tentang semua sikap menyebalkan Amane-kun, keseharian kami, penyakit pemuda tersebut , termasuk cerita bagaimana kami bertemu dan berpisah untuk terakhir kalinya.

Rasanya setelah bercerita ,hatiku menjadi lebih ringan. Kami benar-benar berbincang santai.

"Lalu Amane-kun mengayuh sepedanya kencang sekali! Kukira aku akan mati saat itu, menyebalkan sekali kan???? ".

" Hahahaaha, Ternyata dia anak yang lucu juga " Tsuchigomori-Sensei tertawa kecil "Tapi Yashiro, apa kau menyukai Yugi Amane? ".

" Heh? "Seketika pipiku memanas.

" Apakah kau menganggapnya lebih dari sahabatmu? Apakah perasaanmu
Sebesar itu sampai kau tak rela melepaskannya? ".

Aku terdiam sejenak, entah kenapa mendengar Tsuchigomori-Sensei bertanya seperti itu jantungku berdetak kencang.

Perasaanku kepada Amane-kun ternyata belum berubah.

Aku menyukai pemuda itu, sangat menyukainya melebihi sekedar sahabat.

Jadi, aku pun mengangguk dalam diam, bersamaan pipiku yang semakin bersemu.

Tsuchigomori-Sensei tersenyum kecil " Ah, begitu... ".Dan dia menepuk pucuk kepalaku pelan.

" Yugi Amane pasti beruntung disukai oleh gadis sebaik sepertimu. Dan dia tidak mau gadisnya terus bersedih karena takdirnya itu " Ujarnya "Takdir memang kejam , Yashiro Nene. Tetapi tak ada yang banyak yang kita dapat lakukan selain mengikhlaskannya dengan lapang dada. Putus asa bukanlah hal yang baik dan kau ,gadis yang cerdik,pasti tau tentang itu, bukan? ".

Aku mengangguk lagi. Tsuchigomori-Sensei menggenggam tanganku. Tidak dalam cara romantis, dia selayaknya seorang Ayah yang sedang menghibur anaknya.

" Bersedih tidaklah salah, kau boleh sedih, kau boleh marah, kau boleh menangis atau memaki sepuasnya,itu Wajar. Namun jangan biarkan semua perasaan terus menyeretmu ke dalam keputusasaan sampai akhirnya kau melakukan hal yang tidak bijak, Yashiro" Lanjutnya

"Dunia itu berputar. Mungkin kamu memang merasa terpukul sekarang,namun seiring berjalannya waktu ,kamu pasti akan melupakan kesedihan itu dan memulai lembaran baru. Badai tidak selamanya menetap, suatu saat pasti akan mereda. Jika kamu sabar menunggu , mungkin saja  Tuhan akan memberikanmu sesuatu yang lebih seperti... Pelangi".

Tes.

Tanpa sadar Air mataku menetes.

Kata -kata Tsuchigomori-Sensei itu, Aku ingat. Aku pernah mendengarnya di suatu tempat.

Dari Amane-kun. Aku hampir melupakannya.

Maaf, maafkan aku.

"... Amane-kun... " Gumamku pelan.

Tsuchigomori-Sensei tersenyum tipis, ia menarikku ke sebuah pelukan dan aku menangis pilu di bahu pria itu tanpa malu.

Pelukan Tsuchigomori-Sensei hangat seperti pelukan Ayahku.Tak bisa kubayangkan jika saja aku mati karena kecerobohanku itu, aku tidak akan bisa menerima pelukan sejenis ini lagi.

Aku memang bodoh, sangat bodoh.

Bodoh tak menyadari hal sekecil ini sebelumnya dan memilih untuk ditelan oleh kegelapan.

Padahal banyak kebahagiaan kecil yang berusaha mengobati kesedihanku sedikit demi sedikit namun aku memilih menolak mereka semua.

Maafkankan aku. Maaf.

Begitu puas , pelukan itu terlepas. Tsuchigomori-sensei  memberikanku sapu tangannya agar aku dapat mengelap air mata yang tersisa di wajahku. Aku pun menerimanya, tak lupa mengucapkan "Terima kasih".

"Ah , karena kau sudah menjadi gadis yang baik selama mendengarkanku, Aku punya sedikit hadiah untukmu, Yashiro" Ucap Tsuchigomori-Sensei.

"Apa itu, Sensei? " Tanyaku penasaran.

"Keinginanmu itu untuk bertemu Yugi Amane, kan? Aku bisa mengabulkan itu".

" B-benarkah??? ".

" Tentu saja! Tapi, ada dua pilihan " Pria itu berdehem.

"Pertama, Kamu bisa bertemu Yugi Amane, namun hanya sementara. Setelah itu berjanjilah padaku untuk pulang. Kedua, kamu bisa bertemu Yugi Amane, ah tidak hanya bertemu, kau bahkan bisa tinggal selamanya, disini bersama anak itu . Kalian bisa memulai segala hal dari awal, bersenang-senang lagi dan hidup bersama tanpa terganggu oleh takdir "Jelas Tsuchigomori-Sensei

" Kedua pilihan itu tentu ada resiko nya,tetapi terserah kau ingin memilih yang mana. Toh, ini hadiahmu. Pilihlah yang  paling kau suka".

Seketika aku kembali terjatuh dalam kebimbangan.

Kedua pilihan itu memang akan mengantarkanku pada Amane-kun, tapi yang membedakannya adalah Jangka Waktu.

Selamanya atau Sementara?.

Semua itu memiliki Resikonya masing-masing.

Aku tidak bisa memilih yang mana yang paling bijak untukku.

"Aku memilih... ".

°°°

Dalam Panggung ini, Saya akan memberikan pilihan kepada para penonton sekalian :

1. Sementara

2.Selamanya

Kedua pilihan tersebut akan mengantarkan kita ke akhir cerita, serta  menjadi penentu nasib mereka nanti .Jadi saya mohon teramat sangat , dipilih ya . Jangan lupa memilih yang bijak untuk mendapatkan Ending yang memuaskan.

Baiklah, Saya akan segera menutup  tirai Panggung No. 4 ini,Sampai jumpa di Panggung  Babak final nanti! Jangan lupa dipilih, oke? Semakin banyak yang memilih,semakin cepat Panggung selanjutnya terbuka

Jadi yang mana pilihanmu? Jawab disini, ya! ^^

—🎭—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro