୨⎯ 𝑺𝒆𝒗𝒆𝒏𝒕𝒉 𝑫𝒂𝒚 ⎯୧

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🍰༉‧₊˚.; Day 07  (Last) -  Free/ Special Theme!

*Rate R17 karena konten dalam cerita ini rada Nsfw-ish. Please Read on your own risk.

•——————•°•✿•°•——————•

INTERTWINED FATE
feat. Yaeyato

Inazuma dalam guyuran sinar bulan, kesunyian yang begitu panjang. Tengah malam itu, seluruh manusia yang ada di Teyvat seharusnya telah beristirahat dalam dekapan selimut dan bantal.

Namun, Samar-samar dalam kegelapan, suara  sebuah benda yang berkali-kali berdenting dapat terdengar dengan jelas oleh Ayato, menyebabkan kedua mata yang sebelumnya terpejam itu menjadi terbuka perlahan.

Yang pertama kali Ayato lihat dalam pandangan samar-samarnya yang masih mengumpulkan nyawa adalah sosok figur tengah duduk di depan meja kerja milik pria tersebut. Dia memegang sebuah benda melengkung kecil yang Ayato percaya bahwa itu adalah sebuah mangkuk, selain itu, dia juga mencium wangi alkohol yang menusuk. Siapapun pasti akan berpikir bahwa figur tersebut sedang asyik menegak sake, begitu pula dengan Ayato.

'Penyusup?' Awalnya Ayato berpikir demikian dan hendak menyerang punggung mencurigakan tersebut dari belakang dengan Katana yang selalu ia letakkan di sebelah Kasur. Akan tetapi, setelah samar-samar hidungnya mengendus wangi bunga sakura yang halus tercampur dengan aroma menusuk sake, serta melihat surai panjang merah muda menjuntai ke lantai, Ayato mengurungkan niatnya.

"Nona Guuji Yae?" panggil Ayato yang akhirnya membuat sosok itu berbalik menghadapnya.

"Ah, kau terbangun, ya? Maaf, fufufu~" Hanya itulah yang dikatakan Wanita itu dengan senyum lebar yang terlukis pada wajah tanpa dosa.

Ayato menghela napas lelah. "Lainkali jika kau mau bertamu malam-malam begini, lewatlah pintu depan, atau minimal, bangunkan aku kek. "

"Aku malas kalau lewat pintu depan, para penjagamu itu selalu heboh jika aku datang. Belum lagi nanti aku harus menunggumu dulu. Terkadang, aku ini bisa tak sabaran juga tahu?"  tutur Yae santai.

Sebenarnya ini bukan sekali atau dua kalinya Yae berkunjung malam-malam ke kamar Ayato dengan cara spesial, dan cara ini semakin sering ia terapkan setelah mereka berdua berpacaran.

Tidak banyak orang di Inazuma tahu bahwa komisaris Yashiro sebenarnya telah menjalin hubungan dengan Nona Pendeta paling terpandang di seantero Inazuma tersebut. Bahkan Ayaka dan Thoma sampai detik ini pun belum mengetahui apapun, padahal hubungan mereka berdua ini telah berjalan nyaris enam tahun.

Alasannya ternyata cukup sederhana dari yang diduga, mereka hanya merasa tidak perlu mengumumkan hubungan itu secara resmi, karena sekarang pun, telah tersebar berita burung bahwa Ayato dan Yae diam-diam menjalani hubungan. Jika ditanya, mereka pasti hanya tertawa kecil atau membalas dengan candaan yang malah membuat orang-orang semakin kebingungan.

Yah, sederhananya, karena Ayato dan Yae sama-sama memiliki hobi membingungkan orang, jadi itulah alasan mereka tidak pernah buka-bukaan soal hubungan ini. Palingan hanya Ei saja yang mengetahuinya karena Yae pernah tidak sengaja keceplosan saat mabuk.

"Lalu, kenapa tidak langsung membangunkan aku?"  tanya Ayato heran. Dia menghampiri meja itu, mengambil posisi duduk di sebelah Yae, serta menuang Sake untuk dirinya sendiri.

Yae tertawa kecil. "Tadinya mau begitu, akan tetapi Tuan Kamisato ini sepertinya kelelahan sekali sampai-sampai melukis pulau di bantalnya dengan air liur. Jadi, kubiarkan saja agar aku bisa melihat wajah konyol itu lebih lama."

"Kau ini licik juga ya, Nona Guuji."

"Kenapa? Kau malu karena tidak tampak keren di depan pacarmu?"

"Tidak juga, karena aku percaya wajahku ini tetap tampan walau sedang ngiler juga, sih. Dia pasti tambah mencintaiku. "

"Dih, dasar pria narsis," sinis Yae.

"Tapi, kamu mencintai pria narsis itu, bukan?" Ayato terkekeh yang dibalas dengan tangan Yae yang mendarat di pundaknya cukup keras.

"Sumpah, Aku mulai curiga kau ini sebenarnya menamparku memakai listrik dari kekuatanmu, rasanya beneran sakit sekali." Ayato mengelus punggungnya tatkala meringis. Pemuda itu bersumpah, bahwa tenaga Yae saat menampar punggungnya itu tidak memakai tenaga seorang manusia biasa, menyebabkan rasa sakitnya terkadang berputar lebih  lama dibanding rasa sakit dari tamparan manusia.

"Tidak, sih? Tapi karenamu, aku jadi penasaran, mau coba?" Percikan-percikan listrik mulai bermunculan dari tangan Yae, menyebabkan Ayato langsung mengambil jarak jauh dengan wanita setengah rubah tersebut.

"Tidak, tidak usah repot-repot, Nona. Terima kasih, silahkan tampar saya cukup dengan tangan Anda, saja,"  Ayato menolak dengan sopan dan halus, menyebabkan tawa Yae pecah tak karuan.

"Ngomong-ngomong ada apa malam-malam kemari? Apakah kau ingin membicarakan suatu rencana? ada hal membahayakan Inazuma? " tanya Ayato, baru teringat bahwa semenjak tadi  Yae belum menjelaskan apa maksud dari kedatangannya malam ini.

"Bukan suatu hal yang mendesak, sih. Tetapi aku kecewa karena  sekarang sebenarnya sudah jam dua pagi," Yae menghela napas lesu, ia bertopang dagu.

Kening Ayato mengerut. "Memangnya kenapa kalau jam dua pagi? "

"Karena tandanya aku telat mengucapkan selamat ulang tahunmu tepat ketika hari baru saja berganti."

"...Ulang tahun?"

Ayato semakin kebingungan.

'Hari ini ulang tahunku?'

"Dari wajahmu saja, aku bisa menebak kalau kau bahkan lupa akan ulang tahunmu sendiri. Sesibuk itukah dirimu, wahai Tuan Komisaris Yashiro? " Yae menghela napas. "Aku berani bertaruh bahwa kau pasti akan lupa juga dengan ulang tahun pernikahan kita, hm?"

"Kita saja belum menikah? Bagaimana kau sebegitu yakin bahwa aku akan lupa?" sanggah Ayato.

"Oh ya? Hm, yasudah, ayo kita menikah sekarang dan buktikan bahwa kau akan lupa di tahun-tahun berikutnya atau tidak, oke?

"Apa maksudmu—woah!"

Belum sempat Ayato menyelesaikan Kalimatnya, Yae sudah menyergap pria itu duluan. Dia menyudutkan Ayato ke dinding yang berada di belakang mereka, mengunci Ayato seolah Ayato adalah mangsa yang tak akan dibiarkan ke mana-mana oleh Yae sang Predator.

"Ya-Yae ...." Ayato mencoba melepas, tetapi Yae menghimpitnya begitu kuat. Wanita itu bahkan tanpa ragu mengisap leher Ayato sehingga meninggalkan jejak, menyebabkan sekujur tubuh pria itu melemas seketika dan hanya sebuah desahan tak berdaya yang akhirnya dapat Ayato keluarkan untuk mewakili seluruh perasaanya tersebut.

'Dasar Wanita Gila, ini sih bukan Nikah lagi namanya, tapi langsung loncat ke Kawin!'

"Woah! aku begini saja, wajahmu sudah merah seperti udang rebus. Kau tak apa-apa? Apakah kau memang sesensitif itu? " Yae mengangkat wajahnya untuk menatap Ayato, memasang ekspresi pura-pura terkejut.

"Bagaimana jika kita tukeran tempat, dan kau merasakannya sendiri?" sinis Ayato setengah terengah.

"Ah, aku tidak mau. Aku lebih suka menginjak daripada diinjak." Yae terkekeh.

"Kau ini benar-benar ... jadi ini maksudmu agar aku ingat pernikahan kita? Bukankah kau malah seperti mengajakku langsung kawin kalau seperti ini?"

"Tidak, tuh? Cara seekor Rubah menikah ya ... seperti ini?"

"Hah? bukannya Rubah kalau sedang musim kawin salah satu dari mereka harus menunggangi pasangannya?"

"Maunya sih kupraktekkan begitu, tapi nanti rate cerita ini akan kebablasan jadi R21 dan Author-san kita yang menggemaskan itu pasti bakal memarahiku habis-habisan karenanya, huhuhu," ungkap Yae lesu.

"Ah ...." Seketika Ayato kehilangan seluruh kata-katanya. Astaga, Mengapa kamu malah bablas mendobrak 'dinding keempat', Nona Guuji Yae?

"Yah, intinya!" Cepat-cepat Yae mengubah ekspresi murung tersebut menjadi senyum penuh percaya diri. " Aku memang benar-benar mau mengajakmu menikah malam ini  sebagai hadiah ulang tahun. Aku sudah mempersiapkannya dari lama, jadi kuharap kau tidak akan menolakku sama sekali. Nah, sekarang, ayo angkat salah satu tanganmu."

Masih dalam posisi yang sama, Ayato mengangkat sebelah tangannya, dan kemudian Tangan Yae menyusul mendekati tangan pria tersebut.

"Mulai sekarang, aku akan berusaha membuatmu bahagia, Kamisato Ayato. Mohon kerja samanya, ya? " bisik Yae lembut. Dapat Ayato rasakan jemari Yae menelusuri telapak tangannya, meninggalkan jejak sentuhan yang hangat dan tak lama berselang, sebuah benda mungil menyusup ke dalam jemari manisnya

Ayato tertawa kecil selagi memandangi cincin perak yang kini tersemat pada tangannya tersebut, sudah menduga bahwa Yae akan memberikannya ini. Akan tetapi dia tetap tak  pernah habis pikir dengan jalan pikiran unik yang berada di dalam diri Yae Miko. Dari segala hal yang ada di Teyvat, kenapa bisa-bisanya wanita itu  mendadak kepikiran untuk memberikan cincin pernikahan di hari ulang tahunnya tersebut?

"Bukankah harusnya aku yang melakukan semua hal ini?" tanya Ayato.

"Tidak juga? Lagi pula tidak ada aturan tertulis di Inazuma bahwa harus laki-laki yang melamar pernikahan, iya kan? Komisaris Yashiro?" Yae menyeringai.

"Yah, setelah kejadian ini, sepertinya aku harus menambah aturan budaya di Inazuma bahwa harus laki-laki saja yang melamar, huh ...."

"Hee, bukankah itu terlalu berlebihan? Kau seolah-olah menjatuhkan harga diriku yang sehabis melamarmu, tahu?" protes Yae.

"Aku hanya bercanda! Bercanda!" Ayato tertawa terbahak-bahak.
"Ngomong-ngomong, karena kau baru saja melamarku, bukankah setelah ini kita harus buru-buru membuat pengumuman resmi atas hubungan kita? Bukannya nanti semua orang jadi tahu dan gak akan penasaran lagi?"

Yae mengangkat bahu. "Ya, biarkan saja? Lagian setelah ini, kita 'kan bisa membuat mereka kebingungan dengan menebak-nebak apakah anak kita nanti bakal jadi Anak Manusia atau Anak rubah, hehehe."

'Dasar Wanita Gila.' Ayato memutar kedua bola matanya malas.

Kendati demikian, Ayato tetap sangat mencintainya, Wanita yang berkali-kali  ia sebut gila itu.

-♡-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro