❀░υη∂εя тнε яσsε

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

░Under the Roses

Natsuhiko Minase - LukeRosa fanfiction written by Callamellate.

Enjoy!! ♡♡♡

❀❀❀

Hari ini, bertepatan dengan musim di mana bunga bermekaran, kekasih sekaligus sahabat masa kecilku, mendadak meninggal dunia di usia yang  terbilang cukup muda. Dia tidak pernah mengucapkan pamit kepadaku sebelum pergi.

Rasanya bagaikan mimpi,  walau kini aku berdiri tegap di depan altarnya yang berada di rumah duka, menatap bingkai foto berukuran besar yang menampilkan senyum cerah seorang Minase Natsuhiko, sebuah senyum yang sebenarnya sama sekali tidak cocok untuk suasana pemakaman yang kelam seperti ini.

Padahal kemarin kami masih tertawa bersama di ruang rawat Inapnya, padahal kemarin dia berjanji padaku setelah dia keluar dari rumah sakit, kami akan pergi piknik bersama seperti yang kami lakukan sewaktu kecil.

Tetapi kesenangan itu tak terlalu berlangsung lama, janji tersebut  tidak akan pernah bisa diwujudkan kembali.

Kini, aku sendiri, bersama seluruh memori yang menari. Memori tentang dia, Minase Natsuhiko.

❀❀❀

Dalam surat wasiat Natsuhiko, dia meninggalkan seluruh hartanya untukku seorang.

Awalnya aku tidak  terlalu mengerti mengapa dia meninggalkannya untukku, namun mengingat yang dapat disebut kerabat olehnya hanya aku seorang,  alasan tersebut dapat terbilang cukup akal meski aku agak merasa canggung menerima semua ini.

Karena dia meninggalkan seluruhnya, termasuk rumah. Karena itulah aku mengenggam kunci rumah Natsuhiko sekarang.

Ngomong-ngomong hari ini ulang tahunku, bertepatan setelah sehari acara pemakaman Natsuhiko.Kiki dan anggota NXX lainnya mengundangku untuk merayakan bersama, namun aku menolak semuanya. Aku merasa, aku tidak ingin merayakan dengan siapapun hari bertambahnya umurku tahun ini, apalagi setelah kematian orang yang kusayangi.

Awalnya aku berencana seperti itu, kendati demikian aku malah membeli  kue berukuran kecil serta sebotol cola berukuran besar di supermarket, dan kini, aku berada di  meja makan rumah Natsuhiko.

Tatanan meja ini sebenarnya sungguh membuatku miris, aku menyiapkan dua piring kue, dua sepasang sendok-garpu, dan dua gelas cola, seolah-olah aku memang akan merayakan ulang tahunku bersama Natsuhiko. Aku tahu, di meja ini sebenarnya hanya ada aku seorang saja di sana.

"Eum, karena waktu itu kau bilang kau sangat ingin merayakan ulang tahunku, jadi di sinilah aku," ucapku kikuk. "Ini adalah ulang tahunku yang ke-27, tak kurasa aku sudah cukup tua ya, hahaha."

Tentu, tidak akan ada suara Natsuhiko yang menanggapi gurauanku atau turut meledekku karena ini.

Mungkin aku memang sudah menjadi gila karena berbicara sendirian sekarang, tapi hatiku memang sedang sangat hancur. Ditambah, wangi Natsuhiko masih berputar di dalam kesunyian rumah tersebut, menciptakan suasana bahwa dia memang masih berada di sini, di hadapanku, duduk manis sembari menungguku meniup lilin.

Aku masih belum dapat menerima fakta bahwa mulai sekarang, Natsuhiko tidak akan lagi tumbuh dewasa bersamaku. Perjalanan dia sudah terhenti sampai kemarin.

Tes.

"Ah, maaf, aku menangis." Cepat-cepat, aku mengusap air mataku yang mendadak turun tanpa kumau.  "Seharusnya aku tidak boleh menangis di saat hari bahagiaku, jadi bagaimana kalau kita langsung meniup lilin saja?"

Tanganku pun terulur kepada lighter yang tergeletak di atas meja, dan menyalakan lilin yang menancap di atas kue.  Setelah itu aku mengeratkan kedua tangan di depan dada, berpose berdoa.

Sungguh, saat ini aku sama sekali tidak memiliki harapan untukku sendiri, pikiranku benar-benar kosong tak bertujuan. Harapan apa yang kuminta? bahkan di situasi semacam ini, berharap bahwa aku akan melanjutkan hidup sungguh tiada. Seluruh harapanku seolah mati bersama Natsuhiko kemarin.

'Semoga kau tenang di sana.'

Hanya itu yang terpikirkan, tiada bedanya dengan doaku di depan dupa untuk Natsuhiko waktu itu, sama-sama menyedihkan.

Padahal aku yakin, jika Natsuhiko berada di sini, dia akan berusaha keras menyemangatiku setiap wajah murung ini terbit. Akan tetapi tidak, tiada lagi dirinya yang akan menyemangatiku, bahkan setelah aku meniup lilin itu sebagai tanda resmi bahwa aku telah bertambah umur, duniaku tetap terasa runtuh.

Lantas bagaimana caranya untuk merasa lega kembali?

Tuk.

Terdengar suara sebuah benda terjatuh ke lantai, suaranya berasal dari rak sebelah televisi, jadi aku pun bangkit dan menghampirinya.

"Cip! Cip! Cip!"

Baru kusadari ada Peanut di rumah Natsuhiko sekarang, dia bertengger di rak tersebut. Padahal sebelumnya dia sedang terbang keluar mengelilingi kota seperti biasa, jarang-jarang Peanut kembali ke rumah secepat ini.

Lalu tak jauh dari rak tempat peanut bertengger, terdapat tempat kaset yang tergeletak di atas lantai karpet berbulu. Mungkin inilah suara itu berasal.

"Kau yang menjatuhkan ini?" tanyaku kepada Peanut setelah memungutnya.

"Cip, Cip, Cip!" Aku tidak mengerti apa artinya, namun sepertinya Peanut sedang mengakui bahwa memang dialah pelakunya.

Tempat kaset tersebut berwarna hitam, tiada tulisan apapun baik di bagian depan atau belakang. Awalnya kupikir kaset ini mungkin saja berisi data-data penting terkait pekerjaan Natsuhiko, namun setelah menyadari terdapat stiker kecil berbentuk bunga mawar berwarna emas di salah satu sudut tempat kaset itu, aku langsung menyadari bahwa sebenarnya benda itu tertuju padaku.

Jadi, aku memutuskan untuk membukanya.

Isi tempat kaset tersebut ialah kaset model lama, dengan tulisan 'Selamat ulang tahun ke-27, Rosa.' yang tertulis di stiker kaset tersebut.  Aku kenal, itu tulisan Natsuhiko.

Tapi kapan Natsuhiko meninggalkan ini?

Daripada hanya diam dengan penasaran, aku memutuskan untuk memutar kaset itu. Meskipun Natsuhiko menyimpan videonya menggunakan kaset model lama, tetapi aku tak perlu berpusing ria untuk memikirkan bagaimana caranya memutar benda ini.

Natsuhiko memiliki toko barang antik yang berada di lantai dasar rumahnya, di sana masih banyak barang-barang model lama yang terpajang, termasuk pemutar kaset yang kubutuhkan.

Setelah menyambung pemutar kaset tersebut ke televisi, aku pun memasukkan kaset Natsuhiko ke dalamnya. Begitu ia masuk, tiba-tiba layar hitam televisi itu berubah menjadi menampilkan sosok Natsuhiko yang tengah duduk di meja kerjanya. Wajahnya pucat, akan tetapi dia tetap tersenyum seperti biasa selayaknya tidak terjadi apa-apa.

"Selamat ulang tahun ke-27, Rosa~! Semoga kau bersenang-senang ya hari ini! " Itulah kata-kata pembuka video itu.

"Aku tahu ini agak canggung, apalagi aku merekamnya dua tahun sebelum hari ulang tahunmu yang ke- 27 benar-benar terjadi hahaha." Natsuhiko menggaruk pipinya, dia benar-benar terlihat kikuk.

"Yah, jika kau menonton video ini, kau pasti tahu apa yang sedang terjadi padaku, ya ... maaf, aku sungguh meminta maaf karena selama ini aku telah berbohong padamu. Aku tidak bermaksud, tapi ... Aku tidak mau membuatmu khawatir, hanya itu.

Yah, walau aku merekam video ini dua tahun sebelum ulang tahunmu yang ke-27, akan tetapi aku yakin sekali sampai kepada tahun dimana kau menonton video ini, aku telah menjalani hari-hariku dengan bahagia denganmu, jadi kuucapkan Terima kasih banyak! karenamu, aku merasa bahwa hidupku itu memang berarti sekali dan aku tidak akan pernah menyesalinya, bertemu denganmu benar-benar anugerah untukku, jadi Terima kasih telah lahir di dunia ini, Rosa.

Kuharap kau bahagia dan menjalani hidupmu dengan indah sampai kita bertemu lagi. Aku akan selalu menantikanmu di sana, untuk mendengar kisah-kisah hidupmu yang tak sempat kusaksikan secara langsung.

Pada ulang tahun-tahunmu berikutnya,  aku pun berencana akan menyiapkan rekaman yang sama seperti ini. Aku akan menyimpannya di rak sebelah televisiku, kalau kau mau, kau boleh memutarnya setiap ulang tahunmu. Akan tetapi jika kau tidak sanggup ... kau boleh saja membuangnya, intinya terserah kamu.

Ah! Selain itu, aku juga sudah menyiapkan hadiah untukmu di dalam rumah itu, ulang tahun tak akan terasa lengkap jika tidak ada hadiah, bukan? Eits, tapi jangan senang dulu! Kau harus menebak teka-tekiku jika memang menginginkan hadiah itu!

Jadiiii, apakah kamu siap memecahkan teka-teki bersamaku lagi, Watsonku~?"

Aku menghela napas panjang. Dasar Natsuhiko, di saat seperti ini pun, sempat-sempatnya dia menyiapkan permainan kekanak-kanakan seperti ini.

Tetapi selama itu Natsuhiko, tuan Sherlock-ku, akan kuterima dengan senang hati segala tantangan darinya tersebut.

"Untuk ulang tahunmu kali ini, aku akan memberikan teka-tekinya cukup mudah.

Jawabannya terdapat 'di bawah bunga mawar'.

Aku yakin sekali, kamu akan dengan mudah memecahkan teka-teki ini. Karena kamu sangat cerdas!

Yah, semoga beruntung ya, Rosa. Sekali lagi, selamat ulang tahun!"

Bzzt

Video terhenti sampai di situ.

"Di bawah bunga mawar .... " Otakku mulai berputar memikirkan teka-teki yang ditinggalkan Natsuhiko.

Jika mengacu kepada pribahasa, 'di bawah bunga mawar' memiliki makna yaitu rahasia.

Namun jika arti teka-tekinya saja rahasia, maka bagaimana aku menemukan hadiah dari Natsuhiko di dalam rumah ini?

Atau, bagaimana jika hal itu tidak sama sekali mengacu kepada pribahasa itu sendiri? Maksudku jika aku memaknai kalimat itu mentah-mentah, berarti ....

Jawabannya mungkin saja berada di atas meja kerja Natsuhiko di lantai bawah. Seingatku di sana terdapat vas bunga yang berisi mawar merah terbuat dari plastik, Natsuhiko yang membuatnya sendiri.

Cepat-cepat, aku menuruni tangga dan berlari menuju meja kerja tersebut, meraih vas bunga itu.

Pluk!

Benar saja, setelah kukeluarkan seluruh isi vasnya, terdapat sebuah liotin berbentuk bunga mawar berserta secarik kertas kuning yang terselip di antara bunga-bunga mawar plastik.

Aku membuka kertas itu, isinya hanya sebuah pesan singkat, tapi entah mengapa aku dibuat sangat emosional karenanya.

'Selamat! Kau berhasil, Watsonku! Aku tahu kau pasti bisa memecahkannya dengan mudah dan aku sangat bangga kepadamu! Kau memang asistenku yang terbaik!!'

Tidak kuat berdiri lagi, perlahan aku berjongkok di dekat meja itu, menggunakan sebelah tanganku untuk berpegangan pada kaki meja agar aku tidak benar-benar terjatuh, dan sebelahnya lagi untuk mendekap surat beserta liotin cantik yang kupercaya bahwa  Natsuhiko membuatnya sendiri.

"Natsuhiko ... Natsuhiko ... Natsuhiko ...."

Kesekian kalinya, aku memanggil nama itu, berharap ia kembali dan merengkuh ragaku yang bergetar ini.

Tapi aku tahu, bahwa pada ulang tahunku di tahun-tahun berikutnya pun, dia tidak akan pernah lagi datang untuk memelukku.

❀ F I N ❀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro