๑ :: Sho x reader

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

╭─── Alva-Luvv + Putri ཿ
╰⌲ 𖥻〘Go to University〙
🎓 𓋰 𖥻 Sho × Reader ﹫ WEE!!! ❞

-

"Hai, girl!" sapa Sho tiba tiba. Aku menoleh ke arah belakang. Dengan sebuah kertas ijazah kelulusan serta peringkat yang tertera. Wajah sedih bercampur senang itu terlihat jelas, Sho memegang kertas kelulusan itu dengan senyum tipis yang merekah.

Aku membelalakan mata, benar saja, aku kalah dengan Sho. Dirinya peringkat satu, sedangkan aku berada di peringkat 2.

"Wah! Sho hebat!" puji Amu muncul tiba tiba.

-

Sepertinya hari hari ujian berikutnya akan lebih menegangkan daripada hari hari ujian biasa. Besok Senin kami akan memulai ujian, lebih tepatnya ujian kelulusan. Keluar dari SMA dan masuk Universitas.

Hari ini hari Senin. Aku sepertinya terlalu cepat masuk, karena saat ku masuk, kelas masih saja sepi. "[Name]!" sapaan seseorang membuat ku terlonjak kaget. Ah, ternyata Sho, laki laki yang dikenal sebagai pentolan sekolah, yang sering bolos tetapi sangat pintar, yang sering bertengkar dengan anak OSIS bahkan seseorang yang melukai ku atau teman teman ku.

"Hm? Hai Sho!" balas ku dengan senyuman khas yang merekah. Dirinya berada tepat di depan ku, sepertinya aku merasa wajah ku dan dia seperti sangat dekat. Senyum tipis muncul dari wajahnya, dengan tatapan sombong. "Wajah mu kayak pengen di tampol y, Sho..," ucap ku gemas dengan wajah meremehkan milik Sho.

"Ku yakin, aku yang menang dan mendapatkan peringkat satu..," ucapnya dengan sombong, tatapan ku yang awalnya manis berubah menjadi sinis. "Tentu saja aku! Kau saja sering bolos!"

"Sering bolos, bukan berarti gak pernah belajar kan?" balasnya dengan wajah sombong. Ah, rasanya ingin ku buang dia ke kali yang terdapat sampah sampah. "Setidaknya aku tidak pernah absen!" sentak ku lebih keras.

"Tidak pernah absen, tapi kalo sakit pasti langsung masuk UKS," ucapnya, aku menoleh dengan tatapan yang kesal. "Diem, jangan buka rahasia!" sentak ku, berangsur pergi, duduk di kursi ku sendiri dan mulai belajar. Beberapa kali aku menoleh, dan kali ini saat ku menoleh, tepat di depan ku ada Sho, yang sedang tidur pulas dengan punggung yang dia sandarkan pada dinding kelas dekat jendela.

Huh, enaknya.. Tidur di dekat jendela, ku do'akan kepalanya tertimpuk batu.

Buk!

Benar saja, kepalanya benar benar tertimpuk batu. Hanya saja itu batu tidak terlalu besar, tetapi itu bisa saja menyakitkan. Sepertinya Sho tidak menggubris hal itu, dia lanjut tidur dengan tenang dan wajah yang damai.

"Selamat pagi anak anak..," sapa pak Eko tiba tiba saja masuk ke dalam kelas dengan amplop coklat yang berisi kertas soal dan jawaban. Entah lah, aku merasa pak Eko memiliki banyak nama..

"Pagi, pak..," balas kami para murid serempak. Sho bangun, tetap saja wajahnya santai, tidak menunjukkan tegang atau takut karena soalnya susah. Uh, aku harap aku yang dapat peringkat pertama..

Pak Eko mulai membagikan kertas soal dan kertas jawaban, aku masih pada posisi yang sama dan wajah yang sama. Aku menoleh pada Sho yang duduk di depan ku. "Baiklah anak anak.. Silahkan kerjakan soalnya dengan jujur tanpa menyontek, dan jangan berisik," ucap pak Eko.

Kami mulai mengerjakan soalnya dengan tenang, walau firasatku akan ada yang menyontek, tapi aku tidak peduli, yang ku pedulikan sekarang adalah cara aku menjawab soalnya. "Pak.. Saya mau nyerah..," satu suara membuat ku menoleh. Amu, kepalanya lemas dan seperti ada asap asap frustasi dari kepalanya.

"Jangan.. Kamu belum lulus, kalo sudah lulus, baru boleh nyerah..," ucap pak Eko ngawur, aku hanya tertawa kecil mendengarnya. "Aduh, aku tidak bisa.. Ini terlalu sulit daripada ujian hidup..," ucap Upi ngawur, kertas soal yang berada di tangannya, tatapan bingung serta frustasi terlihat.

Ah ya, aku belum bilang, kalau hari Senin ini ujian pertama adalah Matematika dan Ipa. "Upi.. Ini masih beruntung ujian kelulusan, daripada ujian hidup mu..," ucap ku pelan, mengundang tawa satu kelas.

"Sudah sudah.. Lanjutkan mengerjakan," ucap pak Eko.

Beberapa menit kami mengerjakan soal Matematika. Aku beberapa kali melihat Sho yang duduk berada di depan ku, sepertinya dia tidur lagi. Dia mengerjakan ujiannya sangat terburu buru, ku tebak jawaban salahnya lebih banyak daripada jawaban benarnya.

"Sho.. Ini masih jam ujian, jangan tidur..," ucap pak Eko ketika melihat Sho yang sudah santai tertidur. Sho membuka matanya, menoleh pada pak Eko, tatapan malasnya sangat terlihat bagi ku. "Saya sudah selesai.. Kalo tidak percaya, silahkan bapak cek saja jawabannya..," ucap Sho, setelah itu kembali tertidur.

-

Jam istirahat berbunyi, terdengar begitu nyaring. Pata murid keluar dari kelas untuk mengisi perutnya, dan juga melepaskan pening di kepalanya. Aku keluar dari kelas bersama Amu dan Upi, sekejap aku menoleh pada Sho, laki laki itu sudah tidak ada di tempat duduknya.

Di kantin, kami berbincang ringan dengan makanan yang sudah kami pesan. Tapi tiba tiba saja, tidak ada angin atau hujan, trio laki laki termasuk Sho datang. "Amu sayang.. Obati aku dong.." Kiki mendekati Amu, duduk di sampingnya dan membuat wajah melas seperti orang sakit.

"Apaan sih?! Sana lo!" sentak Amu pindah posisi ke samping ku. Tatapan tajam seperti penuh dendam menatap Kiki, aku dan Upi hanya lanjut makan saja. Toh, aku lapar, tadi pagi aku belum sempat sarapan.

Aku menoleh kepada Sho, sebelum pada akhirnya menggigit roti sandwich ku. "Apa liat liat? Takut kalah ya?" ejek Sho, rasanya sekarang ingin ku timpuk wajahnya pakai roti sandwich ku, tapi ku rasa itu tidak perlu, karena Sho sudah terkena timpuk ranting pohon di atasnya.

"Ngapain takut? Kan aku udah belajar, aku yakin aku bisa ngalahin kamu," ucap ku menatap sinis Sho di depan ku, Sho malah tertawa meremehkan, ah tatapannua itu kenapa sangat mengesalkan! "Lihat saja, pasti disaat ujian Fisika dan Kimia kau frustasi, dan meminta contekan ku."

"Tidak akan terjadi!"

Amu, Upi, Toro, dan Kiki sepertinya hanya akan berperan menjadi penonton saja ketika aku beradu nilai dengan Sho.

-

Hari hari dilewati dengan adanya ujian kelulusan. Aku masih saja beradu nilai dengan Sho, kami tidak ada yang ingin mengalah. Semoga saja, saat wisuda aku mendapatkan nilai dan peringkat tertinggi.

"Haha! Hari ini Fisika dan Kimia, apa kabar dengan otak payah mu?" sarkas Sho membuat ku jengkel di pagi hari ini. "Otak ku ga payah! Otak mu kali!"

"Maaf, tapi Fisika dan Kimia aku selalu mendapat nilai paling bagus di kelas ini," ucapnya, aku hanya tersenyum penuh tekanan. Laki laki ini, sungguh rasanya ingin ku tendang aset kesayangannya itu, supaya tahu rasa!

"Sulit dipercaya kalo kmu akan dapat peringkat satu.." Sho tertawa sinis, aku semakin geram dengannya. "Wajah mu rasanya ingin ku cubit," ucapnya membuat pipi ku panas, sepertinya pipi ku mulai memerah. "Wajah mu juga rasanya ingin ku tampol!"

Aku berjalan pergi dari hadapannya, duduk di kursi ku sendiri dan mengeluarkan buku Fisika untuk aku pelajari. Sho berjalan duduk ke arah kursinya itu, menaruh kakinya diatas meja, dan punggungnya yang menyandar pada sandaran kursi. "Ga ada sopan!"

"Biarkan, toh gurunya belum masuk," balasnya. Aku terdiam, kemudian melanjutkan kegiatan membacaku. Aku sempat berdecak kesal, menatap kesal orang di depan ku ini. Ah, rasanya aku seperti orang iri dan syirik.

Tak selang beberapa lama, seseorang pengawas datang. Tidak, itu bukan pak Eko, melainkan pengawas lain yang tidak aku kenal.

Dibagikan kertas soal dan kertas jawaban, dan langsung disuruh mengerjakan. Dengan senang hati aku kerjakan. Cukup mudah.. Iya, cukup mudah kok..

"Eh, itu yang didepannya perempuan rambut putih! Itu kmu udh selesai kerjainnya? Ko malah tidur?!" tegur pengawas itu, aku berusaha sekuat mungkin menahan untuk tidak tertawa. "Sudah kok, bu.. Kalo tidak percaya silahkan dilihat..," ucap Sho kemudian melanjutkan tidurnya.

Sungguh? Ini Fisika dan Kimia, persatuan antara IPA dan Matematika, dia dengan cepatnya mengerjakan tanpa mengerjakan cara pun.

"..." pengawas itu terdiam melihat kertas jawaban milik Sho. "Yasudah, silahkan tidur.." ucap pengawas itu setelah terdiam beberapa saat.

"Sho!! Nyontek dong!!" seru Upi tanpa sadar. Sungguh ini terlalu lucu, rasanya aku ingin tertawa lebar. Tapi ini sedang ujian, jadi aku harus tetap 'Stay Cool'.

"Heh kamu! Diem!" seketika Upi terdiam, pipinya merah malu. Amu tertawa terbahak bahak, tidak lupa dia hampir memukul Upi tetapi tidak kena, dirinya hampir terjatuh dari kursi.

Hah, rasanya waktu cepat berlalu, aku rasanya ingin mengulang waktu kembali saat aku pertama kali masuk kelas ini. Amu, Upi, Toro, Kiki, dan Sho. Seorang teman yang sulit dicari, bahkan sifat mereka yang saling melengkapi pun seperti langka.

Tapi waktu berlalu cepat, ujian kelulusan sebentar lagi selesai, perpisahan semakin dekat. Singkat dan cepat.

-

Ujian kelulusan sudah selesai, kami para murid tingkat akhir sibuk mengurus acara kelulusan dan perpisahan. Aku harap saat hari itu, aku bisa mendapatkan nilai tertinggi dan bisa masuk universitas impian ku. Walau aku kurang yakin, tapi diyakini aja kata Amu.

"Wah.. Kayaknya aku salah milih ukuran deh.. Ini jubah wisudanya besar banget.." ucap Amu, tubuh pendek dan kecil itu melihat lihat ukuran jubah wisuda yang dirinya kenakan. Jika dipikirkan, pasti Kiki akan langsung pingsan melihat Amu seperti ini. "[Name]! Lihat! Kece kan!" seru Upi sambil memanggil namaku, aku menoleh, melihat Upi dengan rambut oranye yang dikepang satu.

"UWAH!! UPI KECE!!"

"Upi gitu lho! Kamu juga kece, itu model rambut baru ya?" tanyanya melihat rambut putih ku dengan model baru. "Tidak, ini kakak ku yang merapikannya.. Memang bagus sih..," ucap ku sambil melihat model rambut baru yang dibuat oleh kakakku.

"Keren!!"

"Eh, udah yuk! Bentar lagi acaranya mulai.." ucap ku, Upi dan Amu mengangguk. Kami bertiga keluar dari ruang ganti perempuan. Sebenarnya ada murid perempuan lain di ruang ganti itu, hanya saja aku tidak terlalu mengenal mereka.

"Hai ayang," sapa Kiki langsung ketika melihat Amu, aku dan Upi menatap jijik ke arah Kiki, sedangkan Amu langsung memukul perut Kiki dengan keras. "Sakit.."

"Amu ko dilawan.." gumam Amu dengan bangga. Toro dan Sho muncul di belakanv Kiki, wajah Toro masih tetap sama.. Datar...

Sedangkan Sho terlihat.. Natural dan berwibawa. Sial, jantungku berdetak kencang ketika melihat wajah Sho itu, bukan! Ini bukan perasaan ingin menampolnya, tapi ini perasaan yang lain. "Apa liat liat? Aku cakep ya? Makasih," ucapnya, aku langsung membuat muka ke arah lain, tapi memang dirinya tampan, walau sikapnya masih menjengkelkan.

"Hey! Ayok cari tempat duduk, acaranya akan mulai!" seru Amu menyadari keadaan di sekitarnya. Kami mulai mencari tempat duduk depan supaya bisa melihat secara lebih jelas. Aku duduk pinggir sendiri, bukan dekat dinding, lalu samping kiri ku Amu, Upi, lalu Toro, Kiki, dan Sho.

Berjalan secara lancar, ada penampilan yang sangat menarik untuk perpisahan kami, ada tarian daerah dan juga beberapa lelucon yang dibawakan. Memang sangat lama, tapi rasanya berlalu cepat.

Kini sudah waktunya inti acara. Sungguh, sebentar lagi kami akan berpisah. Pemberian ijazah dilaksanakan, musik mengiringi acara, dan juga pembagian nilai nilai tertinggi.

Aku melihat ijazah ku, mendapat peringkat tertinggi dan juga nilai yang memuaskan, aku tidak tahu tentang Sho, aku tersenyum bangga pada diri ku.

"Hai, girl!" sapa Sho tiba tiba. Aku menoleh ke arah belakang. Dengan sebuah kertas ijazah kelulusan serta peringkat yang tertera. Wajah sedih bercampur senang itu terlihat jelas, Sho memegang kertas kelulusan itu dengan senyum tipis yang merekah.

Aku membelalakan mata, benar saja, aku kalah dengan Sho. Dirinya peringkat satu, sedangkan aku berada di peringkat 2.

"Wah! Sho hebat!" puji Amu muncul tiba tiba dibelakang Sho. Aku heran, kenapa mata Sho itu terlihat menyedihkan walau dia tetap tersenyum. "Lihat? Aku bisa mengalahkan mu kan? Makanya jangan syirik!"

"Aku? Syirik? Maap, tidak level!"

"Kita kan sudah mendapatkan ijazah dan peringkat tertinggi.. Bagaimana kalau kita makan bersama? Aku yang traktir.." ucap Toro tiba tiba, Amu dan Upi temtu saja semangat, Kiki dan Sho mengangguk saja. "[Name]?"

"Aku ikut!"

-

【Waktu yang kita anggap berjalan lama itu ternyata salah, waktu berjalan sangat cepat. Berpisah bukan berarti tidak akan pernah bertemu kembali, berpisah untuk cita cita. Akan ada masanya untuk kita bertemu kembali.】

- end

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro