๑ :: Tsukishima Kei x reader

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

╭─── Starlatteeeee + Zee Star ཿ
╰⌲ 𖥻〘Plaxondry〙
🎓 𓋰 𖥻 Tsukishima Kei X Reader ﹫ Haikyuu ❞

"Tsukishima Kei, peringkat pertama, dengan skor keseluruhan, 978"

"UWOOO TSUKI!" Hinata heboh sendiri, manakala temannya mendapatkan peringkat teratas dalam kelulusan.

"Tch, itumah gampang.." Kageyama bergumam kesal.

"Eit, kau iri, kan? Peringkatmu hanya peringkat 16, dan skormu hanya 800+ khekhekhek!" -Hinata.

"Hinata, ketawamu seram.. lagi pula, peringkat kalian hanya beda 1 angka." -Yamaguchi.

"Oy boge! Skormu juga hanya segitu!" -Kageyama.

Tsuki hanya menggeleng pelan, ia mulai berjalan ke depan, murid lain hanya menatapnya kagum, ia meraih peringkat tertinggi disini.

Berada didepan, pandangannya melihat ke arah teman temannya berada, Hinata dan Kageyama yang sama sama kesal, Yamaguchi yang memisahkan mereka berdua, dan Yachi-

Yang memegang dua topi toga.

Pandangan Tsuki beralih ke kursi kosong disamping Yachi, terlihat siluet seorang gadis yang juga memakai pakaian kelulusan tersenyum kearahnya.

Deg!

Tsuki termenung, memori kelam kala itu kembali datang seperti kepingan puzzle yang mulai tersusun rapi. Ingatan yang samar samar mulai terlihat.

Bulir kristal bening mulai turun seperti aliran sungai, siluet gadis tersebut tak kunjung hilang, kakinya melangkah sendiri menghampiri kursi tersebut.

"Oi, Tsuki!"

Pemandangan penonton serta para wisudawan lain mulai heran apa yang dilakukan olehnya, ia tak peduli, langkahnya hampir sampai. Namun, saat ia sampai, siluet gadis tersebut menghilang dan hanya menyisakan harum Vanilla.

Seperti wangi parfum yang sangat familiar bagi Tsuki.

Pandangan Yachi terhadap dirinya hanya tatapan remeh. Ia paham kesalahannya.

Air mata yang menggenang, tidak dapat lagi ia tahan, ia membiarkan sosok dirinya yang orang lain kenal sebagai pemuda berhati beku sudah hilang, digantikan dengan pemuda dengan seribu penyesalan.

"Kau terlalu berambisi saat itu." Ujar Yachi seraya bangun dari duduknya, memberikan salah satu topi toga tersebut pada Tsuki.

"(Name), sudah pasti menderita. Namun, ia senang, karena bisa memilikmu-" Ujar Yachi yang mulai terisak.

Dari sini.

Kepingan memori tersebut akan terlihat dan berjalan seperti sebuah film.

***

Flashback..

"Peringkat 10, huh?"

Gadis itu, tidak berani menatap pria yang notabenenya adalah 'kekasihnya.'

"Kau berjanji ingin menaikkan nilai dan peringkatmu saat berpacaran denganku, mana buktinya? Aku tidak suka perempuan bodoh."

Deg!

Tsukishima Kei, kekasih (Fullname), mereka telah berpacaran sejak 1 tahun ini, cukup lama, tapi bagi (Name), hubungan mereka seperti- Toxic Productivity.

Kei bilang, jika ingin menjadi kekasihnya, maka, dirinya harus sempurna, dalam hal apapun itu. Bodohnya, (Name) mengatakan bahwa ia menyanggupinya.

"K-kei, ini baru Penilaian tengah semester-"

"Aku tidak peduli."

"A-apa?"

"Mau pertengahan atau akhir, sebentar lagi kita akan lulus, kau tahu? Bagaimana kau bisa lulus hanya dengan nilai segini?!"

Brak!

Tsukishima membanting rapor milik (Name) ke lantai, mengakibatkan gadis itu mulai terisak.

"Aku seperti ini agar kau bisa lulus dan masuk perguruan tinggi, kalau kau tidak bisa di bidang non-akademik, setidaknya, bidang akademikmu itu sempurna. Mengerti?"

(Name) mengangguk pelan, ia mulai membereskan lembar ujian dan nilai miliknya, masih tak berani untuk menatap Tsukishima. Tatapan laki laki itu sangat mengintimidasi. Menyeramkan. Pikir (Name).

***

"Yachii.."

"UWAAAAA! (NAME)!! APA YANG TERJADI?!"

"Tidak apa apa, hanya mabok soal.."

Yachi menghampiri sahabatnya dengan tatapan panik, walau sudah kelas 3, sifatnya tidak banyak berubah.

"Tsuki lagi?!"

"Huum..." (Name) hanya bergumam, membalas pertanyaan Yachi, dirinya mulai menaruh kepalanya di meja, dan tertidur.

"Aduh, (Name), KAN AKU BILANG DARI AWAL BUAT PUTUSIN DIA!"

"IHHH BERISIK DEH!"

"AKU NGASIH TAU BAIK BAIK LOH?!"

"Duh, chi, intinya gini deh, Tsuki itu cuma mau aku pinter. Dah.."

Yachi menghembuskan napas pelan, tangannya terulur untuk-

Plak!

Menampar gadis tersebut.

"AW! SAKIT IH, KAMU NGAPAIN SIHH?!"

"KAMU YANG NGAPAIN, KALO GITU JATUHNYA TOXIC PRODUCTIVITY! DIPAKSA BELAJAR, BARU JUGA PACAR!!"

(Name) terdiam, baru kali ini ia melihat Yachi semarah itu, padahal saat tahun pertama, Yachi hanyalah gadis pemalu. Sangat pemalu.

(Name) menunduk, kembali terisak untuk yang kesekian kalinya, Yachi yang melihat hal tersebut lantas sedikit merasa bersalah, tangannya mengusap kepala gadis tersebut.

"Maaf, (Name), aku- kelepasan... Habisnya, kalau kamu gak ku tampar tadi, gak akan sadar, kan? Aku khawatir kamu kenapa napa.."

Mendengar pernyataan Yachi, (Name) mengangguk paham, kepalanya terangkat, tangannya ia rentangkan memeluk Yachi.

"Terima kasih, kalo Yachi gak ada juga, pasti aku ga bakal sadar, hehe.."

"Ih, kamu mah, intinya, putusin si garem itu, nanti aku coba bujuk pas eskul, (Name) jangan paksain diri, ya! Semoga kamu bisa sembuh dan ikut kelulusan!"

(Name) terkekeh, ia hanya mengangguk untuk 'mengiyakan.'

"Nyatanya, aku gak akan berhenti, chi..." Batin (Name).

***

"Tsuki."

Tsukishima tidak terkejut, entah sudah yang ke berapa kali Yachi menemuinya diam diam setelah pulang eskul.

Yachi ingin membicarakan tentang (Name).

"Kalau kau ingin aku memutuskan gadis itu lagi, jawabanku tentu saja tidak. Aku mencintainya, tuh."

Amarah Yachi menggelora, ia harus tetap mempertahankan sisi baiknya.

"Kalau kau mencintainya, kenapa kau menekannya seperti itu?! Kemampuan (Name) itu berbeda!"

"Hitoka-chan, dengar, dia yang memintaku menjadi pacarnya, dan aku memberi syarat, "Jika kau jadi pacarku, apakah kau bisa berjanji untuk mempertahankan nilai dan peringkatmu?" aku tidak ingin berpacaran dengan perempuan bodoh."

"Kalau kau mencintainya, tak seharusnya kau seperti itu! Kau tau, kan, dia sudah kehilangan ayahnya!"

"Duh, dia yang meminta untuk membimbing, loh."

Yachi menggeram marah, amarahnya sudah tidak ia bisa ia kontrol, tangannya terulur-

Plak!

Untuk menampar Tsukishima.

"Bodoh. Kau laki laki terbodoh yang pernah aku kenal."

Setelah mengatakan hal itu, Yachi pergi entah kemana meninggalkan Tsukishima, sedangkan Tsukishima hanya bisa terdiam. Yachi Hitoka, yang terkenal pemalu dan penakut baru saja menampar dirinya.

Yang benar saja.

"(Name), kau pasti mengadu lagi." Ujarnya seraya menggenggam tangannya dengan erat.

***

Mendekati ujian akhir, (Name) benar benar menghabiskan waktunya untuk belajar, ia tidak ingin mengecewakan kekasihnya.

Setelah Tsuki, laki laki mana lagi yang akan menjadi pendampingnya? Sedangkan ayahnya saja tidak mau.

Karena itu, ia terus mempertahankan hubungannya.

Tes..

"Eh? Duh, darah.. jangan sampai kena buku.." (Name) buru buru menyingkirkan buku pelajaran miliknya, ia mulai mengambil tisu dan meyumbat hidungnya.

Ia mulai termenung, memikirkan apa yang terjadi jika mereka putus nanti, (Name) akan kehilangan sosok laki laki yang bisa membimbingnya. Ia tidak mau hal itu terjadi.

Ia juga belum memberitahukan kebenaran tentang dirinya. Soal penyakit parah yang bersemayam sejak ia kelas 1 SMA.

"Aku harap, umurku masih lama, dan aku bisa lihat senyum Kei!"

Ting!

"Notif?"

Ia bangun untuk memerika notif tersebut, secara tiba tiba, tubuhnya bergetar hebat, ponselnya ia biarkan jatuh ke lantai.

Kalimat yang (Name) takuti datang.

"Pu-tus.." -(Name)

(Name) jatuh terduduk, air matanya jatuh, tidak percaya dengan pesan yang Tsuki kirimkan untuknya tadi.

"Tidak.. hiks.. kenapa, putus? Aku sudah berusaha untuk pintar!"

Pandangannya mengabur, dan nafasnya mulai sesak. Hal terakhir yang ia lihat adalah siluet seorang wanita yang datang membawakan sesuatu, wanita itu seperti berteriak meminta tolong.

Bruk!

***

"Eh.."

Secara tiba tiba, kepala Tsuki berdenyut sakit, ia kembali memikirkan apa yang dikatakan Yachi saat itu.

Beberapa kalimat dan kenangan (Name) datang menghampirinya.

"Kei! Aku buat kue!"

"Hei Kei, nilai sejarahku 90 dong, kau gak mau ngasih hadiah? Hehe- ASTAGA BERCANDA, JANGAN BUNUH AKU."

"Kei, jangan marah ya- Bahasa Jepangku hancur- hehe.." 

"Matematika susah tau- IYA IH AKU BELAJAR."

"Kei, kenapa kau memaksaku untuk mendapatkan nilai bagus?"

"Kei, aku lelah, belajarnya bisa stop dulu?"

"Kei.."

"HENTIKAN!"

Brak!

"Oy Kei, kau kenapa lagi?!" Akiteru, kakak laki laki Kei, datang menghampiri adiknya setelah teriakan yang Kei ciptakan. Tidak peduli dengan pintu kamar yang rusak akibat ia dobrak.

"Loh- ASTAGA KAU KENAPA MEMANGIS, HEI?!"

"Bodoh..."

"Kei, apa yang bodoh? Oh iya aku baru saja mendapat pesan dari Hinata, katanya pacarmu masuk rumah sak-"

"Aku berangkat."

"HOI KEI, AKU BELUM SELESAI BICARA!!" Akiteru menggeram kesal.

***

Hanya ada 1 rumah sakit terdekat di sini, Tsukishima tau itu, makanya, ia langsung menemukan dimana ruangan (Name) dirawat.

"Tsuki?"

Ia tidak sendiri, ada Hinata, Kageyama, dan Yamaguchi disana.

Serta, Yachi, yang menatapnya dengan tatapan kesal.

"Kenapa kesini?" -Yachi.

Tsuki diam, ia tidak tahu harus jawab apa, meminta maaf kah? Atau menjelaskan yang sebenarnya?

"KENAPA KAU KESINI AKU TANYA?! JAWAB!"

"Yachi, tenang!" -Hinata.

Yachi benar, ia tak seharusnya berada disini, kemana saja dirinya selama ini?

"Jawab Kei.. hiks.."

Lidahnya kelu, tidak bisa menjawab apa yang Yachi perintahkan, pandangannya teralih pada seorang gadis yang terbaring di ranjang rumah sakit, dan-

Ditutupi oleh kain putih.

Manik Tsukishima membulat, berusaha membuka pintu tersebut, ia kembali terisak, apa benar benar terlambat untuk meminta maaf?

"(Name)-san, punya penyakit yang membuatnya tidak bisa bertahan lama, ditambah, tekanan yang diberikan selama ini.." -Kageyama.

Deg!

Rasa bersalah itu kembali menyelimuti dirinya, seperti luka yang ditaburi garam.

Perih.

Gadis itu telah pergi menghembuskan napas terakhirnya, dan dirinya tidak sempat untuk meminta maaf. 

Menyesal? Tentu saja.

Tsukishima frustasi, ia meremat dadanya dengan erat, sakit, hatinya sangat sakit. Kalau hatinya sesakit ini, bagaimana dengan (Name).

Tsukishima mulai memasuki ruangan tersebut, tangannya terulur untuk membuka kain penutup tersebut.

Sreett...

Hanya seorang gadis yang terbaring kaku, ujung jari dan bibirnya terlihat membiru. Pemandangan yang menyedihkan untuk dilihat.

(Fullname) mati karena serangan jantung yang ia dapatkan beberapa jam yang lalu, ditambah penyakitnya yang parah serta tekanan stress yang ia berikan.

"Kejam.. kau kejam, Tsuki.."

Sekarang, ia hanya bisa terisak, ingin meminta maaf pun sudah terlambat, gadis itu tidak akan bisa mendengar permintaan maafnya.

***

Flashback off

"Aku datang, lagi.."

Tsukishima sedikit menunduk, menatap makam tersebut, bunga Krisan yang ia bawa diletakkan di dekat nisan makam tersebut.

"Bagaimana kabarmu disana? Pasti senang, bukan? Hari ini hari kelulusan. Kau tahu? Aku menduduki peringkat pertama kali ini."

Makam terlihat sepi, tidak ada siapapun disana, hanya ia seorang diri.

"Ini, entah yang keberapa, aku- minta maaf..."

Ia mulai duduk disana, kembali terisak ketika mengingat wajah polos gadis tersebut.

"Bodoh.. seharusnya aku tidak memaksamu, kan, (Name)?"

"(Name), jawab aku.."

Tsukishima mulai mengangkat kepalanya, terkejut, siluet gadis tadi berada tepat dihadapannya, ia sedang tersenyum.

Siluet itu mendekatinya, memeluk sebentar, tidak ada kalimat yang dikatakan, hanya senyum seperti kalimat 'Terima kasih.' lalu kembali menghilang menyisakan harum Vanilla.

Tsukishima terdiam, tangisnya mulai mereda, namun, senyumnya belum kembali utuh.

"Aku, menyayangimu..."

Ia lantas meletakkan topi toga diatas nisan tersebut, talinya yang semula berada di kiri, ia pindahkan ke kanan.

Senyum tipis diulas olehnya, dirinya mulai berdoa, untuk ketenangan gadis tersebut.

"Selamat atas kelulusannya, (Name)."

— end

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro