My Absurd Weekend [Amagi Rinne]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

-My Absurd Weekend-
[Amagi Rinne x Reader]
Request by Key_Ra__
Happy Reading!
.
.
.

Jarimu menekan tombol yang ada di vending machine, membeli suatu untuk diminum. Lalu, mengambilnya dan menegukan minumanmu.

Rasa dahagamu hilang ketika minumanmu mengucur di tenggorakanmu. Manik matamu melirik pemuda jangkung yang tengah melambaikan ke arah kamu.

Kau bergeming tidak ingin meresponnya. Kelopak matamu terpejam, membuang napas. Benar-benar hari terberat yang kamu lalui. Ternyata menjadi seorang produser itu sulit, dalam pikiranmu.

"Hai, Onee—loh, kamu kenapa?"

Tangannya memegangi dagumu, menangkap raut wajahmu yang agak pucat kelelahan, terlihat kantung mata yang menghitam seperti panda. Di harinya, ia merasa khawatir dengan kondisi kamu.

"Ah, tidak apa-apa, Rinne-san. Aku baik-baik-saja 'kok. Jadi, jangan khawatir." Tanganmu memengangi tangannya—melepasnya dari dagumu.

Kamu tidak ingin mengkhawatirkan Rinne, walaupun keadaanmu yang sangat buruk. Tetapi, kamu mampu mengatasinya

"Baik apanya onee-san, kau terlihat kelelahan tahu."

"Sudah kubilang tidak apa-apa, Rinne-san." Kamu melirik jam tangan yang melekat dipergelangan tanganmu, "Waktu istirahat segera habis, sebaiknya Rinne-san kembali keruang latihan, aku akan menyusul nanti."

Rinne menghela napas kasar, "Ya sudah, aku duluan onee-san. Tapi, jangan paksakan dirimu, ya."

Kini pria itu berjalan menjauhimu. Kau pun bergegas menyelesaikan tugasmu yang tertunda, kau menduduki kursi yang tidak jauh dari vending manchine dan mengerjakannya.

***

Dua jam berlalu.

Kau berada ditempat latihan para anggota Crazy:B. Sebagai produser dari unit Crazy:B, mau tak mau harus mengurusi mereka, contohnya kamu yang sedang mengawasi latihannya.

Suara decitan lantai dan sepatu yang terdengar diruangan, alunan musik yang sudah mencapai titik akhir dari sebuah lagu.

Kau pun beranjak berdiri, "Ha'i-ha'i, cukup sampai disini. Otsukare sama deshita, minna. Kalian luar biasa! Mohon sampai kedepan dipertahankan performa kalian, oke. Pokoknya semangat untuk kalian dan banyak berlatih ya, yeay."

Kamu menyemangati mereka, terlihat aura keceriaanmu terpancarkan di tengah lelahmu yang memuncak. Meski begitu, kamu ingin selalu mendukung mereka.

Kau mulai berbenah—memberesi semuanya berkas dan laptopmu kedalam tasmu dan sebagian berkas kau selipkan ke map, "Karena besok akhir pekan, aku udah izin kalau besok libur. Jadi, jangan cari aku digedung ini besok ya, oke? Aku akan dirumah seharian, jika ada apa-apa, telepon aku atau kerumahku."

Segera kau membawa tasmu, kakimu pun bergegas pergi keluar ruangan tak lupa melambaikan tanganmu kepada mereka.

"Konbanwa, good night, guten abend, bye-bye kalian," pamit kamu, hingga tidak hawa keberadaanmu disana.

Pemilik marga Oukawa, menghampiri Rinne yang beristirahat dan meminum sebotol air mineralnya yang telah disediakan disana.

"Pasti ini salah Rinne-han 'kan yang membuat (Name)-han begini."

Rinne menoleh ke Kohaku. Ia mengerut dahinya, bingung dengan ucapan Kohaku. Ia tidak melakukan kesalahan pada gadis itu.

"Maksudmu apa?" tanya Rinne.

Kini, Niki ikut menimbrung, menjadi menengah dari perbincangan mereka, "Sudah-sudah, daripada gini caranya tidak bisa menyelesaikan masalahnya, tahu"

"Kita butuh penyelesaiannya, terlebih kita melihat (Name)-chan sepertinya kelelahan. Adakah saran biar produser kita lebih ceria dan menghilangkan lelahnya kembali?" lanjutnya.

HiMERU sudah menemukan solusinya, lalu ia membuka suara—mengutarakan hasil pemikirannya.

"Saran HiMERU, bagaimana kalau membeli makanan kesukaannya? Itu pasti membuat (Name)-san senang kembali. Ini pendapat HiMERU."

"Ah, itu bagus juga, aku akan menemui onee-san besok," katanya dengan mata berbinar-binar, "Satu masalah sudah selesai tinggal masalah terakhir saja."

"Hah, bukannya sudah selesai?" tanya Kohaku.

"Iya sih , tapi masalahnya aku tidak punya uang. Boleh pinjam uang kalian?"

"Judi terus sampai mampus! Nggak punya duitkan jadinya!"

***

Keesokan harinya, akhir pekan telah dimulai. Dengan pakaian rapinya, Rinne akhir datang kerumahmu dengan membawa buah tangan untuk kamu.

Sekarang, dia berada di depan rumahmu yang nampak sepi. Ia memberanikan diri mengetuk pintu rumahmu dengan tangan. Ia berharap kau ada dirumah dan tidak menggangumu kali ini.

Disisi lain, kau terlelap akan tidurnya di ruang makan. Dengan lipatan lenganmu yang menjadikan sebagai bantal dimejanya, disamping juga terdapt gelas berisi air mineral.

Sebelumnya, kau sudah terbangun dari ranjang tidurmu dan beranjak mengambil air minum. Karena tidak bisa menahan kantukmu, kau memutuskan tidur sebentar.

Terdengar suara ketukan pintu, membuatmu tergugah dari alam mimpi. Kamu mengusap matamu yang berair sebab kantuk. Kamu pun melangkah pintu rumah.

Tanganmu membuka kenop pintu dan membukannya, samar-samar kau di suguhkan melihat pemuda yang tidak begitu asing matamu, kau hanya meatap datar kearahnya.

Oh—shit. Rinne-san rupanya.

Kau kembali menutup pintumu dan membuat Rinne mematung, "Maaf, disini nggak ada orang, silahkan berkunjung dilain waktu."

Yang benar saja, kau masih terkejut ia datang hari ini. Dan keadaanmu yang tidak mendukung, masih memakai piyama dan rambut khas dari bangun tidur.

"Onee-san bohong, kau dirumah buktinya, orecchi lihat tadi. Orecchi beliin makanan buat onee-san, nih. Martabak coklat keju kesukaanmu, bukaain pintunya, dong."

Mendengar martabak, entah kenapa itu membuat menggugah selera makananmu. Sudah lama kau tidak makanan kesukaanmu semenjak tinggal di Jepang.

Tapi, kau tidak akan tertipu dengan itu, pasti cuma hanya bohongan biar dia bisa ngutang ke kamu.

"Ah, tidak makasih, lagi nggak mau aku, pergi sana. Eh tapi, bentar, by the way emang martabak ada yang jual di Jepang, ya?"

"Aduh mbak, sekarang itu sudah pakai gopud buat mesannya, udah sampai internasional, loh," kata Rinne, "Nggak mau, nih? Padahal masih ada yang lain, orecchi bawa seblak, nih."

Pintu terbuka lebar, pertama yang kamu lihat makanan ia bawa, matamu berbinar melihatnya. Rinne pun mengerti dan memberikan ke kamu.

"Ah, beneran dibeliin rupanya, kukira bohongan. Arigatou, Rinne-san jadi tambah sayang, deh."

Pemuda bersurai itu mengelus surai rambut dengan lembut.

"Orecchi sayang (Name) juga, jadi ingin bawa (Name) ke pelaminan sama orecchi."

Wajahmu merona merah bagaikan tomat, entah kenapa detak jantungmu begitu berpacu dengan cepat. Kau gelagapan setelah mendengarnya, namun dia hanya cekikikan melihatmu yang munurutnya sangat imut dimatanya.

"H-heh mulut?! A-aku nggak bakalan mau sama perawakan gembel yang suka judi di Shibuya, iya kayak kamu, aku sih ogah."

"Tapi, sayang, 'kan."

Kau pun mengabaikan ucapan dan tidak ingin meresponnya, kamu memilih memukul pelan bahunya. Hilang sudah kau dibuat tersipu olehnya.

.Omake.

"Tumben biasa kesini, biasanya 'kan cuma minjem duitku, tapi makasih lagi loh, sudah beliin makanannya buat aku."

Kau sedang berada diruang makan bersama Rinne. Kamu lagi menikmati makanan pemberian Rinne.

"Haha, apa sih yang nggak buat onee-san. Tapi, kebetulan sih disini juga orecchi juga mau pinjam uang ke kamu, boleh 'kan?"

"...."

Ah, sudah kuduga.

.
.
.

- ˏˋ  End  ˊˎ - 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro